18. (Pilihan Damian)

1.9K 109 85
                                    

New version!

You Are Mine

  .

Happy reading💕

___________________________

Keheningan malam ini menyempurnakan kebungkaman yang terjadi diantara dua insan itu. Semilir angin pun menyapa, melewati wajah Rindu yang senantiasa memasang air muka lempeng. Gadis itu menekuk lututnya, dengan posisi kedua tangan memeluknya erat.

"Kenapa diem?"

Rindu sontak menggelengkan kepala pelan. Bibirnya masih setia terkatup rapat, enggan bersuara meskipun sepatah kata.

"Masih marah sama yang di taman kemarin?"

Lagi-lagi Rindu hanya menggeleng. Pertanyaan yang Damian lontarkan tadi memang bukan lah penyebab dirinya diam seperti sekarang. Amarah yang Damian kira sudah berubah menjadi kecewa yang menyelinap masuk memenuhi relung dada.

Sebenarnya bisa saja ia mengungkapkan segala perasaanya kini. Namun entah mengapa kali ini Rindu lebih memilih memendam seorang diri. Mungkin karena ia tahu, Damian pasti tak akan peduli.

Mau sampai kapan Rindu harus mengerti kepada sandiwara yang bahkan ia sendiri tak tahu kapan akan berakhir? Rindu menganggap, disini ia menjadi korban atas kisah yang sama sekali tak dapat di mengerti alurnya.

Apakah Rindu memilik hak untuk menghentikan atau mengganti alur cerita tersebut?

Mulai melakukan pergerakan, Rindu menggeser posisi duduknya ke samping. Mendekati Damian yang mungkin berjarak dua langkah darinya. Di rooftop rumah Rindu, mereka berdua telah menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit. Tentu tanpa saling bersua.

"Apa, aku boleh minta sesuatu?" Rindu pun akhirnya membuka suaranya.

Damian yang memang sedari tadi menoleh, memandang sang kekasih dari samping, menanggapi dengan tautan alis. Merasa heran pada kalimat yang gadisnya ucapkan.

"Biasanya juga langsung ngomong tanpa izin," ujar Damian.

"Kan, biasanya. Seseorang bisa berubah kapan aja, 'kan?"

Lagi. Namun kali ini Damian mampu mengerti jikalau terdapat makna tersurat di dalam susunan kata itu.

"Kamu, mau minta apa, hm?"

Memutar tubuhnya menghadap Rindu, tangan Damian turut serta terulur. Menarik lengan gadis itu guna menyamakan posisi. Jadi lah mereka saling berhadapan menyatukan deru napas yang berhembus dari hidung masing-masing.

"Coba ngomong," lanjut Damian kemudian.

Rindu memberanikan diri membalas tatapan Damian. Gadis itu menatap dalam manik mata cowok yang berhasil mencuri dan menjatuhkan hatinya secara bersamaan.

Rindu tak tahan. Ia sungguh ingin menangis saja. Beberapa hari ini, dirinya berusaha matian-matian untuk mengurangi ego serta sifat manjanya yang kemungkinan besar membuat seorang Damian risih. Tapi malam ini ia harus menggugurkan niat itu. Ia harus menuntaskan berbagai pertanyaan yang berkecamuk menggangu pikiran sejak kemarin.

You Are Mine [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang