Chapter 20 ~ Kecewa ~

381 18 0
                                    

"Ini semua salah kakak! Kalau saja kakak tidak mengulur perjalanan kita. Ini semua tidak akan terjadi! apa kakak sudah tidak sayang kami lagi? Kenapa kak? Kenapa kakak tega memisahkan kita dari Aletta? Apa karena Aletta beda dari kita semua? Atau apa karena kakak malu kenal dengan kita orang, kita hanya anak yang bernasib kurang beruntung dari anak-anak lain. Kita hanya anak kumuh kak hiks.hiks.hiks" ucap Alan yang lost control, sumpah demi apa? Bahkan orang yang sedari tadi dihakimi oleh nya masih tetap terdiam, menatap kosong mata hitam legam Alan. meratapi kebodohannya yang mengulur waktu pada saat hal genting

"Bodoh ..bodoh ..kau bodoh Prilly" Prilly bergumam dengan sangat pelan, merutuki kebodohannya yang berakhir fatal

"Kenapa kakak diam? Apa yang kak Alan katakan itu benar kak?" Ucap Zee menatap terluka kearah Prilly, ditambah isakan yang tercipta dari mereka

"Maa ..maaf ..maafkan kakak, tapi sumpah demi apapun kakak tidak bermaksud sama sekali mengulur waktu kita untuk cepat sampai sini. Kakak tau kalian saat ini kecewa sama kakak, kakak tidak bisa menyelamatkan Aletta ..tapi kakak yakin kita bisa mencari Alett .."

"Kita? Alan rasa kakak sudah bukan kakak kita lagi. Kakak lebih mementingkan urusan orang yang baru kakak kenal dibandingkan dengan kita adik kakak sendiri!" Tekan Alan dengan mengepalkan kedua tangannya, menatap tajam Prilly yang sudah dibasahi air mata yang terus berlomba-lomba lolos dari kelopak mata hazelnya

"Tapi ..kasian kakek itu lan, kakek itu hanya hidup berdua dengan cucunya, dia hanya penjual balon Lan, yang penghasilannya hanya bisa membeli sebungkus roti dan sebotol air putih. Apa Alan tidak kasian?" Ucap Prilly berusaha menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi antara ia dan Alan

"Alan mengerti kak. Tapi tidak untuk mengorbankan kebahagiaannya Aletta kak!" Ucap Alan yang sudah sulit meredam amarahnya

"Lalu kakak harus apa? Kejadian tadi tidak bisa begitu saja kakak biarkan. Kakek itu sangat membutuhkan pertolongan kakak, apa kamu tega melihat kakek itu kehilangan cucunya yang terkena demam tinggi? Apa kamu tega membiarkan kakek itu hidup sendirian tanpa melihat senyum cucunya yang selalu menjadi bahan kekuatan ia mencari kebutuhan hidupnya? Kakak mohon lan, kamu jangan benci kakak yah ..jika kamu dan adik-adikmu membenci kakak lalu bagaimana kakak bis .."

"Bisa apa kak? Bisa dijadikan pelampiasan kakak, IYA? Kakak datang ke kami kalau kakak lagi butuh kami. Sedangkan disaat keadaan kami yang seperti ini kakak malah menomor duakan kami! Kakak egois! Alan benci kakak"

"Putli cama Zee juga benci kakak" ucap Putri menghempaskan genggaman tangan Prilly begitu saja

"Zee .." ucap Prilly lirih, Prilly menjatuhkan tubuhnya begitu saja dihadapan mereka bertiga, menatap mereka penuh dengan kesakitan, ia menunduk terus menunduk tak sanggup menatap mata mereka lagi yang penuh dengan kebencian

"Zee percaya sama kakak, hanya saja Zee masih tidak percaya kakak menomor duakan kami hiks. Hiks. Hiks" ucap Zee yang ikut bersimpuh dan memberanikan diri untuk mengangkat dagu kakak tersayangnya, sedetik kemudian ia mencium kedua kelopak mata Prilly yang sudah sangat sembab

"Tidak seperti itu Zee. Kakak mohon, jangan menjauh dari kakak, kalian adalah salah satu sumber dari kebahagiaan kakak"  ucap Prilly sebelum ia didorong oleh Alan dan Alan menarik adik-adiknya menjauh dari jangkauan gadis itu

"Alan ..Putri ..Zee" pekik Prilly sekencang-kencangnya, menangis dibawah guyuran air hujan yang seolah-olah sedang menertawakan kepiluan ia

.

.

.

.

Flashback on 🔁

please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang