Chapter 25 ~ Tuntutan orang tua ~

314 16 0
                                    

Tahukah kamu rasanya dituntut dalam hal apapun untuk selalu perfect bagaimana?
Aku tahu itu dalam hal baik untuk ku kedepannya, tapi jika itu sangat menekan batin ku untuk apa?
Terkadang aku berpikir, aku seperti binatang sirkus dalam kukungan besar, hidupku selalu dituntut untuk apa yang terkadang sangat sulit untuk ku, terkadang sangat lelah untuk ku, terkadang sangat menyiksa untuk ku, bahkan aku selalu dituntut untuk menjadi apa yang mereka mau. Sedangkan mereka tidak pernah menanyakan sekalipun apa aku mau atau tidak, apa aku tertekan atau tidak?
Aku tahu posisiku disini sebagai anak satu-satunya harapan kedua orangtuaku, tapi apakah aku harus tertekan seperti ini ..selalu dituntut untuk perfeksionis. Aku harap kalian tidak pernah merasakan hal yang sama seperti ini, seperti apa yang ku rasakan pada kehidupanku ..

.

.

.

.

"Ngh .." kedua kelopak mata itu bergerak-gerak tak beraturan, terbuka perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk menembus retinanya, tidak ada kata yang keluar selain lenguhan yang tercipta dari bibir ranumnya, memijat lembut pelipisnya, setelah dirasa cukup meredam rasa nyeri yang menderanya, dengan sadar ia menyadari keberadaannya saat ini

"Awww ..kenapa aku disini?" Desisnya yang samar, mencoba bangun dari tidurnya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru setiap sudut ruangan itu, hening tidak ada siapapun disini

"Tante .."

"Apa yang terjadi padaku? Bukankah ..saat itu aku bera .." langkah seseorang menghentikan kebingungannya saat ini, berjalan anggun meski umurnya yang terlihat sudah berkepala empat, berpakaian formal layaknya wanita karir, dengan membawa sebuah nampan yang diatasnya terdapat dua gelas berisi lemon tea

"Sudah bangun ternyata, bagaimana dengan tubuh mu apa sudah enakan?" Ucap wanita paruh baya itu setelah meletakkan nampan yang ia bawa

"Apa yang terjadi padaku tan?"

"Apa Tante boleh duduk disebelah mu?" Ucap wanita paruh baya itu berpura-pura menyindir dan sukses membuat gadis dihadapannya itu terkekeh

"Eeeh ..silahkan Tante, ini kan rumah Tante juga" ucapnya gelagapan serta menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Sejak kapan kamu mengalami gejala itu nak? Apa ini caramu menutupi semua kesakitan itu?" Ucap wanita paruh baya itu dengan intens, kedua matanya beradu pandang pada gadis itu, yang dibalas gadis itu dengan tatapan lirihnya

"Ma ..maaf Tante" ucapnya terdengar berat dan serak, gadis itu menundukkan kepalanya, ia merasa sangat bersalah pada wanita paruh baya dihadapannya saat ini, ia sangat tahu kejujuran landasan sebuah keluarga yang harmonis ..tapi ..ia juga merasa sangat tidak berhak menjadi salah satu bagian dari keluarga ini ..ia bukan anak yang terlahir dari wanita dihadapannya

"Sudah berapa kali saya mengatakan itu padamu, stop panggil saya tante. Kalau seperti ini Saya merasa tidak berarti bagimu"

"Maaa ..maaf, hiks.hiks.hiks aku kira aku sudah cukup membuat anda kesusahan karena diriku" jelasnya dengan suara yang tercekat

"Kita saling membutuhkan, dan kamu tahu itu"

please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang