Chapter 31 ~ Keterkejutan Gritte ~

312 12 2
                                    

"Jika hari itu tak seindah yang terasa
Maka, izinkanlah hari selanjutnya
Terpenuhi dengan rasa yang ku impikan"

.

.

.

"Senyum itu selalu terpatri indah, di dalam retina ku
Seakan-akan aku ikut terbawa dalam angan indahnya. Meskipun ku tau, aku bukanlah salah satu penyebab dari angannya"

.

.

.

"Jika aku harus tersakiti demi melihat kebahagiaannya maka tanpa berpikir dua kali akan ku lakukan"

.

.

.

"Rasa manis ice cream, tak sama dengan rasa manis berada dalam peraturannya"

.

.

.

"Pelangi tidak akan lengkap tanpa biru
Begitupun aku, yang akan sakit tanpa
Ibu"

.

.

.

"Bahkan rangkaian kayu yang berdiri kokoh, mampu membuat senyuman tercipta dari diri ini. Kupu-kupu bertebaran kesana kemari menghiasi
Kokohnya tempat ternyaman kayu itu berdiri"

Tepat di lembaran terakhir, guratan tercipta pada kening gadis itu "tidak salah lagi, ini pasti teka-teki, yang harus ku pecahkan. Aku yakin ini kode dari sahabat kecil ku itu" gadis itu kembali mencermati kata demi kata yang tersusun pada lembaran buku bersampul bercorak butterfly itu

"Aneh, sebenarnya apa hubungannya kupu - kupu dengan Prilly. Menyebalkan sekali kau sobat, awas saja. Jika ini menyangkut kesedihanmu, maka jangan salahkan aku yang berbuat brutal pada Ibumu itu" geram gadis itu mencengkeram dengan kuat buku yang ia pegang

"Sebentar, aku mulai paham. Dulu saat kami berusia tujuh tahun, Prilly pernah mengatakan sesuatu padaku, tapi apa?"

"Ayolah Gritte belum saatnya otak dangkal mu itu kembali, ck"

"Ck, oke ..fokus, fokus. Pejamkan mata" Gritte mulai mensugestikan dirinya untuk kembali mengulang rekaman kejadian dulu bersama Illy, saat dimana waktu itu diumur mereka, mereka menduduki bangku kelas satu sekolah dasar, aneh rasanya saat dimana anak-anak seusia dirinya, menyukai hal berbau sejenis bunga, makanan manis, ataupun binatang peliharaan. Tapi dirinya justru berbanding terbalik dari sifat ini. Tapi yang menjadi pokok pembahasan utamanya bukan tentang suka tau tidak sukanya. Itu adalah sebagian kecil dari awal perdebatan Itte dengan Illy kecil sahabat mungilnya itu. Jadi, perdebatan Itte dengan Illy dimulai dari hari dimana sehari setelah mereka selesai menjalankan ujian akhir semester, Itte dan Illy memutuskan meliburkan diri walau nyatanya sekolah tidak libur sih, tapi yah gitu, walaupun mereka mempunyai banyak ketidak samaan. Entah mukjizat darimana? Mereka bisa satu pemikiran yang sama. Yah, bagi mereka. Untuk apa datang ke sekolah jika tidak mendapatkan ilmu pengetahuan, itu sama saja bukan, seperti keledai yang membuang waktunya untuk membaca buku, namun dia tak mengerti apa yang dia baca. Illy dan Itte bermain seharian di perkebunan milik Kakek Gritte, disana mereka melihat bermacam-macam bunga. Tapi itu sama sekali tak menarik minat Itte, kalau Illy sih yang terlihat dia bahagia, antusias malah. Lihat saja dia seperti bukan Illy yang Itte kenal, ia berlari-lari mengitari perkebunan ini, tertawa lepas menciptakan kedua matanya tertutup, terlihat seperti bulan sabit, apalagi gigi kelincinya yang saat itu hanya tumbuh, yah ..bisa kehitung dengan jari lah

please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang