Chapter 19 ~ Diantara II pilihan ~

309 19 0
                                    

Mereka itu bagai pasir dan air laut
Bertumpu pada tempat yang sama ..
Sulit terpisah meski diterjang beribu-ribu batu karang ..

~     ~     ~    

.

.

.

.

"Pril, bantu Ali sana ..kasian tau dari tadi cuman dapat segitu. Tuh liat dia juga keringetan kan" ucap Budhila memecahkan aksi menguntit Prilly

"Eeeh ..Tante" ucap Prilly kaku, ia hanya bisa menepuk keningnya dan berbalik arah memandang Budhila yang saat ini sedang menatapnya juga

"Apa? Katanya mau ke toilet, ko malah salah arah gini sih" balas Budhila diselingi gelengan kepalanya

"Aaah ..masa sih Tan?" Alibi Prilly yang sudah jelas-jelas terciduk, alibinya pun mengundang gelak tawa wanita paruh baya itu

"Jadi gimana nih?" Goda Budhila dengan menaik turunkan kedua alisnya bergantian

"Gimana apanya Tan"

"Jadi ke toilet atau .."

"Iiiih ..Tante jangan gitu dong. Serius deh aku mau ke toilet, tadi itu tidak sengaja melihat tuan .."

"Disana, dan aku terpaku melihatnya terlihat tampan dalam keadaan seperti itu" sambar Budhila yang kali ini lebih menggoda Prilly, dan lihat usaha beliau berhasil setelah melihat semburat merah merona yang tercetak alami dari kedua pipi Prilly

"Iiiih pipinya kenapa tuh Pril, ko merah-merah begitu"

"Aaaahhh ..Tante stop deh" rengek Prilly dengan menangkupkan kedua telapak tangannya menutupi wajah kepitingnya

"Loh .. Ali, kamu sudah selesai" ucap Budhila mendapati Ali yang berada tepat dua langkah dihadapan Prilly, hal itu sontak membuat tubuh Prilly menegang

"Dia kenapa" ucap Ali yang melirik sekilas gadis dihadapannya

"Tan, aku mohon" ucap Prilly memelas dibalik kedua telapak tangannya

"Tidak apa-apa ko Li"

"Oh" ucap Ali lalu kembali berjalan tenang melewati gadis dihadapannya

.

.

.

.

"Pril, ini untuk kamu" ucap Budhila menyerahkan benda pipih berwarna silver dengan aksen dibagian belakang berlogo Apple

"Ini apa Tan?" Ucap Prilly bingung, setelah meraih benda pipih itu

"Itu handphone buat kamu, hubungin Tante kalau kamu butuh bantuan Tante. Jangan pernah memendam masalah kamu sendiri yah nak" ucap Budhila memandang gadis itu sendu, lalu mengusap pucuk kepala gadis itu pelan

"Tap .."

"Tidak menerima penolakan" tegas Budhila

"Aku hanya merasa tidak pantas menerima ini Tan. Aku takut tidak bisa merawat pemberian Tante, jasa Tante sudah banyak untuk keluarga Prilly, Prilly tidak mau menambah beban Tante" ucap Prilly pelan, ia menundukkan pandangannya tidak berani menatap mata wanita paruh baya dihadapannya

please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang