Pergi

251 6 0
                                    

Besoknya, selimut masih setia menemaniku. Enggan untuk jauh dari tempat tidur. Enggan untuk berhenti memikirkan kejadian kemarin walau sakit.

Hati ini butuh penjelasan, mengapa Giar melakukan hal ini. Dan tentu saja hati menuntut kejelasan, mengenai kelangsungan hubungan kita. Tapi apa yang bisa dilakukan jika yang dituntut masih enggan untuk membuka mata.

Apa yang bisa diberikan agar hati ini tenang dan bisa menerima keadaan. Jika kamu, Giar ternyata adalah seorang penipu yang aku cinta.

Drrrrt drrrt drrrt drrrt

"Hallo Kak"

"Lia, hari ini keadaan Giar mulai membaik"

"Oh iyaaa"

"Iyaaa"

"Kak Lia mau minta tolong"

"Minta tolong apa?"

"Mulai sekarang berhenti ngasih tau informasi tentang Giar"

"Lia, tapi yang kamu liat itu belun tentu bener"

"Belum tentu? Apa kakak ga liat bukti bukti yang udah di kasih sama Liona?"

"Itu bisa aja palsu"

"Aku ga sebodoh itu Kak, chat itu beneran dikirim dari nomor Giar"

"Apa salahnya sih kamu coba tunggu Giar sadar untuk memperjelas semuanya"

"Memperjelas apa lagi?! Semuanya udah jelas kak! Lelaki itu semuanya sama!"

"Engga semua sama Lia!"

"Tapi kenyataannya semuanya sama! Giar hanya menjadikan aku boneka mainannya Kak, cuma mainan!"

"Giar ga kaya gitu Lia, Kak Bagus yakin Giar udah berubah!"

"Berubah jadi lelaki yang lebih berengsek iyaa!"

"Lia! Kak Bagus bener bener ga nyangka kamu bakal sekasar itu!"

"Udahlah Kak cukup belain Giar, cukup untuk membuat hati aku tambah hancur, semua sudah berubah Kak! Termasuk Kak Ilo dan Kaka" kataku yang semakin terisak

Sebetulnya aku tak ingin menangis, tak ingin menunjukan bahwa aku lemah. Sebab percuma, toh sudah tidak ada lagi yang akan membantuku bangkit.

"Lia"

"Makasih atas informasinya dan terima kasih karna Kak Bagus udah buat hati aku tambah hancur!"

Setelah katakata itu berhasil melesat dengan mulus, aku semakin terisak. Memang kini semuanya sudah berubah, tidak ada lagi Kak Bagus yang dulu, tidak ada lagi Kak Ilo yang selalu menjagaku, tidak ada lagi Kak Ilo yang selalu ada saat aku butuh, tidak ada lagi Kak Ilo yang selalu membantuku mengeringkan air mata, tak ada yang membantuku bangkit, tak ada yang menghiburku, sekarang semuanya begitu menyedihkan.

Air mataku harus kering dengan sendirinya, kakiku harus bangkit sendiri meski pincang.

Aku mencoba untuk pergi ke kamar Kak Ilo, berharap kali ini Kak Ilo ada disana dan bersedia membantuku bangkit.

"Kak" kataku mengetuk pintu

Tentu saja dengan keadaanku yang berantakan Ibu dan Ayah seperti biasa sibuk ngurusin bisnis keluarga.

"Ada apa Lia" jawabnya sambil membuka pintu

Seperti biasa aku tak perlu izin untuk memeluk kakaku yang satu ini

"Hari ini Lia mau sama Kak Ilo"

"Ka Ilo ga bisa Lia, Kaka harus pergi keluar" kata Kak Ilo sambil melepas pelukanku

"Pergi kemana?"

"Kaka harus pergi ke kantor"

"Lia boleh ikutkan? Waktu itu Lia juga pernah ikut tapi ga ganggu Kak Ilo, jadi sekarang Lia boleh ikut lagi ya?"

"Lia Kak Ilo mau pergi sama pacar Kaka"

"Tapi Kak belakangan ini Kaka sibuk terus jarang ada di rumah kalo Lia masih bangun, Lia pengen sama Ka Ilo sehari ini aja"

"Ga bisa Lia, udah yah Kaka harus pergi" kata Kak Ilo masih didepan cermin

"Lia nyesel Kak" kataku dengan suara bergetar

Kak Ilo melihatku di pantulan cermin

"Lia nyesel udah suruh kaka nyari pacar! Kalo tau Kak Ilo bakal hilang, Lia ga akan pernah ngomong gitu di mobil" kataku mulai menangis

"Sekarang Kak Ilo berubah, aku ga kenal sama Kak Ilo yang sekarang! Kemana Kaka yang selalu ada buat Lia, yang selalu ngebantu Lia untuk bangkit!"

"Jangankan untuk membantu Lia bangkit, sekarang peduli aja engga! Lia butuh Kak Ilo sekarang, lelaki yang paling peduli sama Lia, yang paling sayang sama Lia"

"Tapi sekarang Kak Ilo yang Lia butuh udah hilang"

"Lia mau sampai kapan kamu bergantung terus sama Kaka? Kamu juga harus nemuin lelaki yang jauh lebih sayang dan jauh lebih peduli sama kamu" Kata Kak Ilo

"Lelaki yang Lia temui semuanya menyebalkan! Gak ada yang sepeduli Kaka! Bahkan Giar sekalipun!"

"Tapi sekarang Lia tau dan Lia semakin yakin kalo Lelaki itu semuanya sama bagi Lia, Menyebalkan! Termasuk Kaka!"

"Sekarang Kak Ilo bener bener udah berubah! Bahkan Kak Ilo ga nanya kenapa aku hari ini mau deket sama kaka, sebegitu sibuknya Kaka sama pacar kaka itu sampe Kaka ga peduli lagi sama aku"

"Kenapa Tuhan mengizinkan Ibu untuk melahirkan Lia, kalo saat Lia udah lahir ga ada yang peduli! Lia bisa terima kalo Ibu sama Ayah sibuk karna apa? Karna ada Kak Ilo yang bisa ngisi kekosongan mereka! Tapi sekarang Kak Ilo sama seperti mereka! Gapeduli sama Lia!"

"Lalu untuk apa Kaka mengisi kekosongan mereka kalo pada akhirnya Kaka juga bakal ga peduli sama Lia! Lia benci sama Kaka! Lia benci!" kataku

Akhirnya aku pergi meninggalkan Kak Ilo dan mengurung diri di kamar. Berfikir harus kemana aku pergi, saat ini aku tak ingin ada di rumah. Berada disini hanya membuat aku semakin sakit, orang orang di dalam rumah ini ga ada yang peduli sama aku.

Aku pergi dari rumah diam diam, membawa sedikit uang yang aku miliki. Kak Ilo entah jadi pergi atau masih di kamar aku tidak tau, yang jelas setelah kejadian tadi aku belum bertemu dengannya.

Aku pergi naik angkutan umum di depan komplek. Banyak pasang mata yang tertuju padaku, yah aku sadar mereka memperhatikanku karna mata sembabku.

"Assalamualaikum" kataku mengetuk pintu



Hello pembaca setia maaf yaa baru  upload sekarang ): semoga kalian suka sama part ini (: btw aku nulisnya sambil menitihkan air mata (': iyaa kayanya aku terlalu lebay deh hahahaha

Sampai jumpa.....

Tentang Aku Dan Kamu  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang