Berpisah

104 2 0
                                    

Setelah Ilyas membawaku pulang ke hotel tempat aku dan kak Ilo menginap selama di melbourne, Ilyas langsung pulang.

Besok. Besok aku akan pulang, ke negara dimana Giar lahir, dimana Giar tumbuh, Giar melewati hal menyakitkan bersama ayahnya, Giar bertemu denganku, tempat dimana Giar ditusuk hingga tak sadarkan diri berbulan bulan, tempat dimana akhirnya Giar melukai hatiku.

Sebetulnya jika boleh aku mau disini saja dulu, disini aku bisa melupakan sejenak tentang Giar. Iya. Hanya sejenak.

Hati. Boleh tidak aku egois untuk hal ini, aku mau Giar. Aku rindu dia, aku gak bisa bohong. Aku tau kamu sakit dengan kenyataan yang tak sesuai ekspektasi atau bahkan mungkin memang tak pernah terlintas dibenak jika Giar akan tega melakukan hal itu. Tapi aku mau dia, aku mau perempuan itu lenyap saja. Dia merebut Giar dariku, engga. Kalopun aku yang merebutnya, biar saja untuk sekali ini. Sebelumnya aku tak pernah melakukan hal itu, tapi sekali ini aku mohon biarkan aku melakukan hal yang serendah itu.

*-*-*

Dengan mataku yang masih ngantuk, ku langkahkan kakiku ke kamar mandi untuk bersih bersih. Setelah semuanya selesai aku membuat lemon tea hangat dan kemudian menonton tv.

"Lia" teriak Kak Ilo yang keluar dari pintu kamarnya

Ohiya, jadi hotelnya itu cukup besar. Maksudku hotel yang kami pesan itu cukup besar, ada dua kamar dengan toilet disetiap kamarnya, ruang tengah, dapur, dan satu kamar mandi di dekat dapur.

"Hemm?" Kataku ketika baru saja menyeruput secangkir lemon tea hangat

"Udah packing barang?"

"Udah dong" jawabku santai dengan pandangan yang tak beralih dari tv yang menayangkan cartoon

"Kapan? Ko cepet, semaleman kamu packing barang?"

"Engga, Lia packing nya kemarin sebelum berangkat sama Ilyas"

"Emm, cukup sigap ya sekarang adik kaka" KaK Ilo yang menghampiriku kemudian mengacak ngacak rambutku

Tiba tiba Kak Ilo duduk dan mengambil cangkir lemon tea punyaku, menghirup wanginya lalu menyuruputnya.

"Aahh" setelah Kak Ilo berhasil meneguk lemon tea milikku tanpa meminta

"Lemon tea hangat buatan kamu tuh emang paling enak, ko Kaka ga dibuatin?"

"Ohiya? Hehehe lupa"

"Dasar kamu untung Kaka sayang"

"Emm Kak Lia mu ngomong"

"Ngomong apa? Bukannya dari tadi udah ngomong ya"

"Ini serius" kataku sedikit merengek

Kak Ilo merubah posisinya supaya langsung berhadapan denganku " Oke serius"

Aku dan Kak Ilo kini berhadapan, mata kami beradu. Mata kak Ilo yang sedikit sayu dengan bola mata coklat, wajahnya yang oval namun rahangnya cukup tegas, dengan poninya yg kali ini dibuat naik, hidungnya yg tinggi menjulang dan bibirnya yang berwarna pink. Aku tau memang itu warna asli bibir Kak Ilo serta kumis tipis yang menambah manis.

Sekarang aku tau cowo seganteng Kak Ilo aja bisa takluk sama satu cewe sampe lupa sama adiknya, ya, karna bener cinta itu buta. Ketika kita menjalaninya dunia terasa milik berdua, semua hal yang sebenarnya tidak cukup baik tapi dianggap hal wajar atau bahkan itu hal yg sangat baik.

Tentang Aku Dan Kamu  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang