Kembali

64 1 0
                                    

Sekarang aku sudah berada di dalam pesawat, sebentar lagi akan segera take off. Meninggalkan Ilyas sendiri di negeri orang dan satu langkah mendekat pada kenyataan yang begitu pahit.

"Lia"

Tentu saja itu Kak ilo yang memanggilku, kami duduk bersebelahan. Aku memilih untuk duduk di dekat jendela, spot favoritku.

"Iya ka?"

"Kamu udah jadian sama Ilyas?"

"Engga ko, belum" kataku sambil menggelengkan kepala "kenapa?" Tanyaku

"Kaka liat dia sayang banget sama kamu kayanya"

"Lia ga ngerasain apa apa kak"

"Mungkin belum" katanya sambil menyenderkan kepalanya

Aku hanya menarik nafas panjang dan mengalihkan pandangan untuk melihat keluar jendela, beberapa menit yang lalu pesawat berhasil take off.

"Kamu kangen giar?"

"Aku terlalu kalut kak, sampe aku bingung sama perasaan aku sendiri"

"Ilyas bilang tunggu dia balik ke Indo"

"Kapan dia bilang kaya gitu?"

"Tadi waktu kita pamit"

Aku hanya diam, ku coba putar ulang kejadian beberapa jam yang lalu di otakku. Tapi aku tak menemukan memory itu yang ada cuma kecemasan, cemas pada kondisi Giar dan rindu yang semakin bertambah.

"Ternyata pikiran kamu lagi melayang tadi"

Aku menatap ke arah Kak ilo

"Lia, kalo kamu memang belum siap untuk membuka hati, lebih baik kamu jangan dulu deket sama Ilyas"

Ucapannya terhenti, aku mengerutkan dahi. Maksud Kak Ilo ngomong kaya gitu apa?

"Kaka laki laki dan kaka tau gimana kalo cowo lagi suka dan sayang banget sama cewe"

"Lia tau Ilyas mau Lia"

"Kaka liat Ilyas tulus, jadi kalo kamu belum bisa buka hati dan belum yakin sama hati kamu sendiri lebih baik jangan dulu memulai"

"Kak..."

"Lebih baik kamu tenangin diri kamu, kamu jangan lari dari keadaan sesulit apapun itu, Kaka ada disini buat kamu, cuma kaka gamau aja ade kaka yang baik ini harus nyakitin hati orang sebaik Ilyas"

Begitulah obrolan terakhir kami selama dalam pesawat. Ternyata Ilyas ngomong itu tadi, tapi dia mau ngapain nyuruh aku nunggu dia pulang. Tapi mungkin aja cuma buat main, ya, wajar aja sih.

Tubuhku lelah, mataku ngantuk, tapi aku tak bisa beristirahat dengan tenang selama di pesawat ada hal mengganjal dalam hatiku yang aku sendiri belum tau hal itu apa.

Semua omongan Kak Ilo tadi bener, aku terlalu terbawa emosi untuk menghilangkan rasa sakit dengan begitu secara  ga sengaja aku memanfaatkan perasaan Ilyas untukku. Itu ga adil buat Ilyas, pasti, pasti dia merasa begitu sama halnya denganku kala itu.

Aku tau move on itu ga harus buru buru, tapi semua orang punya caranya masing masing. Aku harus memutuskan sesuatu untuk menghadapi hal ini. Aku juga ga boleh terlalu larut dalam kesedihan perihal cinta, yang mungkin aku bisa dapat dicintai dengan lebih baik oleh seseorang di luar sana.

Sekarang aku tau menaruh harap yang berlebihan pada orang lain itu hanya menimbulkan luka. Aku masih muda, hidup itu perjalanan hal wajar jika aku bertemu dengan hal yang cukup pelik untukku saat ini. Mungkin ini cara semesta menunjukan cara kerjanya dan tuhan sedang mengujiku untuk semakin dekat dengannya.

Aku ga akan menutup hati karna sama saja aku menutup mata, kalo begitu aku akan banyak kehilangan moment yang sebenarnya berharga namun aku baru menyadarinya ketika aku sudah kehilangan atau melewatkannya. Tapi aku juga tidak akan memaksakan diri untuk mencintai siapapun demi move on dari Giar.

Kalo di pikir pikir sebenarnya bukan sepenuhnya salah Giar, aku aja yang kurang selektif dan terlalu buru buru untuk jatuh cinta. Sebenarnya hal ini ga akan pernah terjadi seandainya aku bisa lebih mengenal giar dan ga terlalu menaruh harap. Aku juga bego karna terlalu mencintainya, mungkin tuhan iri melihat aku yang lebih mencintai hambanya dibanding penciptaku sendiri.

*_*_*

Hari ini hari kedua aku pulang dari melbourne, Kak Ilo kembali ke kantor begitu juga Ayah dan Ibu. Seperti biasa aku ditinggal bersama Teh Yayah di rumah.

Hari ini rasanya bete banget diem di rumah, bingung mau ngapain rebahan mulu pusing, mau nonton lagi ga ada film yang seru, buka handphone gitu gitu aja ga ada yang penting.

Main sama Keke kali yak. Tak perlu menunggu lama ku putuskan untuk menelponnya. Pasti dia ada di rumah.

"Hallo, lia"

"Ke lagi di rumah ga? Ada acara ga? Main yuk?"

"Emang udah pulang?"

"Udah kali dari dua hari yang lalu"

"Ya ampun kangen banget tau, yaudah yuk ketemu yuk sekalian makan diluar yuk belum makan nih"

"Yaudah ayo, aku ke rumah ya"

"Oke deh aku siap siap dulu bye"

"Bye Ke"

Memang teman yang bisa diandalkan disegala cuaca.





Haii...

Hari ini sampe sini dlu ya... ntar minggu depan di lanjut... jangan lupa untuk terus support aku ya😉

See you....👋

Tentang Aku Dan Kamu  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang