Chapter 3

2.3K 250 10
                                    

Gadis itu kini telah menyelesaikan permainannya. Ia menghela nafasnya sejenak, merasa sedikit kelelahan atas seluruh emosi dan tenaga yang ia curahkan dalam permainan piano itu. Lisa tersenyum lembut dan masih memandangi gadis itu. Lalu tanpa sengaja, tangannya yang licin menjatuhkan sketchbook yang ia pegang, juga beberapa barang di atasnya. Lisa merutuki dirinya sendiri dalam hati. Bisa-bisanya ia begitu ceroboh, pikirnya.

Kepala gadis itu langsung menoleh ke arah datangnya suara. "Siapa disana?" tanyanya dengan keras.

Lisa masih belum menjawab. Ia justru mulai membereskan dan mengambil barang-barangnya yang jatuh dengan gugup.

"Aku bilang...siapa disana? Tanya gadis itu, sekarang kemarahan terdengar jelas di suaranya. Lisa menoleh ke atas, memerhatikan gadis itu mengambil sebuah tongkat putih yang disandarkan di samping piano. Ia perlahan berdiri dan berjalan menuju ke arah Lisa, menggunakan tongkat tadi sebagai penunjuk untuk berjalan. "Aku tahu kau disini. Cepat berhenti jadi orang aneh dan perkenalkan dirimu!" hardiknya.

Lisa masih belum mengatakan sepatah kata pun. Ia justru menatap lekat-lekat gadis yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Tiba-tiba, ia tersadar. Gadis itu tidak dapat melihat dirinya. Kacamata dan tongkat itu. Semuanya lalu menjadi jelas. Ia adalah gadis bernama Chaeyoung yang dibicarakan oleh Jennie dan Jisoo.

"Aku memang buta, tapi aku tidak bodoh. Cepat sebutkan siapa dirimu sebelum kau terlihat semakin aneh." Tukas Chaeyoung, terdengar rasa kesal di suaranya.

"I-itu lelucon yang sangat...buruk." Lisa berpikir bagaimana dirinya bisa terlihat semakin aneh jika ia saja tidak bisa melihat dirinya. Namun ia langsung menyesal dan berharap ia bisa mencabut perkataannya. Diantara banyak hal yang bisa ia katakan, kenapa ia justru mengatakan itu. Kerja bagus Lisa.

"Jika itu memang lelucon, apa kau melihatku tertawa sekarang?" balasnya. "Dan mengapa juga aku melucu tentang fakta bahwa aku tidak bisa melihat sama sekali? Jelas-jelas itu bukan sesuatu untuk ditertawakan." kata Chaeyoung yang sekarang hanya berjarak beberapa meter dari Lisa.

"Benar juga. A...aku harus...pergi" Kata Lisa dengan sangat gugup sebelum ia berbalik dan menuju ke pintu keluar.

"Ya, pergilah. Kau baru saja menyia-nyiakan dua menit dari hidupku yang sudah gelap ini." Chaeyoung membasahi bibir bawahnya. "Nah...barusan itu baru sebuah lelucon." katanya dengan ekspresi datar yang masih sama.

"Oh. Ehm kalau begitu... Ha..." Tawa Lisa canggung.

"Kau sangat aneh." Chaeyoung menyerngitkan dahi.

"Ya, sudah banyak yang bilang begitu padaku." Lisa mengiyakan. "Jadi...sampai bertemu lain kali." Kata Lisa gugup, lalu mulai berjalan ke arah luar.

"Aku baru saja memainkan lagu Moonlight Sonata dari Beethoven." Kata Chaeyoung tiba-tiba.

Lisa berbalik dan tersenyum lembut. Walaupun gadis itu telah bersikap kasar padanya, ia bisa melihat ada tanda kebaikan dalam gadis itu. "Terima kasih." Lisa membalas.

Chaeyoung mengangkat bahu, mengotak-atik tongkatnya sementara kepalanya menoleh ke arah terakhir kali ia mendengar suara gadis yang tidak ia ketahui itu. "Yah... kupikir kau mungkin butuh sedikit edukasi seni. Kau terdengar seperti tipe orang yang suka mendengarkan lagu boyband pop murahan." Chaeyoung menyeringai. "Sama-sama." katanya sambil kembali menuju ke dalam ruangan.

Lisa mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak mengambil hati perkataan terakhir Chaeyoung; ia bersikap seperti itu pada semua orang. Lisa lalu mendengar piano kembali dimainkan dan tersenyum. "Moonlight Sonata," ucapnya pada diri sendiri.

---

Lisa menuju ke bagian departemen seni. Disana, ia melihat berbagai karya seni yang dipajang di sepanjang dindingnya. Karya-karya yang dipajang jelas merupakan karya dari orang-orang yang benar-benar berbakat. Ia jadi tidak percaya diri pada kemampuannya. Bagaimana jika karya-karyanya hanyalah sampah dibandingkan ini semua? pikirnya. Ia akhirnya mengusir pikiran itu dan berjalan ke arah kelas seni.

AcluophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang