"Ajak mereka untuk duduk bersama kita." Bambam menyarankan kepada Lisa selagi ketiganya melirik ke arah Jennie dan Chaeyoung yang tengah duduk di meja biasa mereka.
Pipi Lisa memerah dan matanya melebar. "Apa kau berniat membunuhku?" Ia menelan ludah.
"Apa hal terburuk yang dapat terjadi?" Tanya Jisoo. "Yah...kau memang bisa saja mengacaukan segalanya..." Lisa menoleh padanya dengan tatapan ketakutan. "Tapi akan selalu ada kemungkinan bahwa kau akan baik-baik saja!"
Perkataan Jisoo yang berniat untuk menenangkan Lisa justru membuatnya semakin takut.
"Aku tidak bisa. Tolong jangan lakukan itu. Aku akan menjadi orang gagap dan aneh yang nyaris tak bisa mengatakan satu kalimat-pun di hadapan Chaeyoung, aku hanya akan mempermalukan diriku sendiri." Kata gadis berkaki panjang itu sembari meletakkan tangan di wajahnya.
Bambam dan Jisoo saling bertukar pandang dan menyeringai... Jisoo lalu mulai melambaikan tangannya kepada Jennie. "Jen!"
Lisa melepaskan tangan dari wajahnya dan segera menoleh ke arah temannya itu. "Apa. yang. kau. lakukan?!" ia berteriak sekaligus berbisik, wajahnya sudah berubah kemerahan.
"Menjadi kapten yang baik." Jisoo tersenyum puas ketika melihat Jennie berjalan menghampiri mereka.
"Hei, apa kabar Soo?" Tanya Jennie dengan senyum lembutnya.
"Ayo duduk bersama kami! Kau dan Chaeyoung." Seru Jisoo.
Jennie tampak agak terkejut. "Hah? Kau ingin kami duduk denganmu... Apa kau yakin? Kau tahu apa yang terjadi terakhir kali kami duduk bersama kalian..." ia terdiam, melemparkan pandangan minta maaf kepada Jisoo dan Bambam selagi ia mengingat kembali kejadian itu.
Bambam mengangkat bahu, "Kami sudah melupakannya. Tidak apa, lagipula itu tidak terlalu buruk." Ia meyakinkan. Lisa menatap Bambam. Ada begitu banyak kemungkinan buruk yang dapat terjadi karena ini.
"Ayo duduk dengan kami Jen. Itu akan menyenangkan, aku dan Bambam tidak akan memasukkan ke dalam hati perkataan Chaeyoung. Ayolah mandu..." Jisoo menggoda.
Jennie tertawa, menggigit bibir bawahnya dan merenung sejenak sebelum mengangguk.
"Baiklah. Aku akan segera kembali." Ia memberi tahu mereka sebelum berjalan kembali ke meja tempat Chaeyoung berada. Trio itu menyaksikan kedua gadis itu berbicara, Chaeyoung tampaknya tidak setuju.
Lisa mengerang. "Aku sangat membenci kalian berdua sekarang."
"Itu bohong." Bambam mendebat. "Ayolah Lisa, apa bedanya kau berbicara dengan Chaeyoung sekarang dan saat kau sendirian dengannya?"
"Itulah masalahnya, Bam. Aku tidak tahu bagaimana sikap Chaeyoung ketika ia bersamaku dan juga orang lain. Ada sejuta hal yang dapat terjadi begitu mereka datang kesini dan aku tidak berpikir oksigen di paru-paruku akan cukup untuk itu!" Seru Lisa, wajahnya tampak panik.
Bambam menjentikkan jarinya. "Lisa, bernafaslah. Ini hanya seperti sekelompok teman yang makan siang bersama. Anggap saja sebagai sesuatu yang sesantai itu." Ia memberitahunya.
"Santai?" Lisa berseru. "Ini bukan sesuatu yang santai ketika salah satu orang yang makan siang bersamaku sangat aku suk-"
"Hai semuanya! Terima kasih sudah mengajak kami duduk bersama kalian." Jennie menyapa dengan Chaeyoung yang kini sudah berdiri di sampingnya.
"Walaupun salah satu dari kami dibawa ke sini melawan kehendak sendiri..." gumam Chaeyoung, Jennie menyikut tulang rusuknya dengan segera. "Ow!" ucapnya melalui gigi yang terkatup. Chaeyoung lalu menggosok-gosokkan tulang rusuknya selagi kedua gadis itu duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acluophilia
FanfictionMemulai kehidupan yang baru di kota Seoul, Lalisa Manoban, gadis riang berjiwa seni itu tak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi cahaya dalam hidup seseorang. Terlebih lagi jika seseorang itu adalah gadis buta yang dikenal arogan, Park Chaeyoung...