"Seperti apa rasanya terkena serangan panik?" Chaeyoung tiba-tiba bertanya ketika Jennie mengantar keduanya menuju rumah Jisoo. Mereka berencana menjemput ketiga orang lainnya untuk pergi bersama menuju tempat karaoke.
Jennie mengoleskan lip gloss di bibirnya ketika mereka berhenti di lampu merah. Ia menoleh pada Chaeyoung dengan tatapan bingung. "Aku tidak tahu, aku belum pernah mengalaminya." Ia nenjawab. "Tunggu- apa kau baik-baik saja?" Tanyanya tergesa, memperhatikan Chaeyoung dengan ekspresi khawatir.
"Apa ada yang sakit? Apa kau merasa seperti akan pingsan? Chaeyoung! kumohon, jangan berani-beraninya kau berbuat sesuatu yang akan membuatku panik, atau aku bersumpah aku akan-"
"Aku baik-baik saja." Chaeyoung meyakinkan, memainkan tongkatnya. "Aku hanya..." Gadis yang lebih muda itu menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Lampu berubah menjadi hijau dan jari kaki kecil Jennie kembali menginjak pedal gas untuk mulai menjalankan mobilnya lagi.
"Hanya apa Chaeng?" tanyanya, melirik Chaeyoung dengan cepat.
Chaeyoung ragu-ragu selama beberapa saat, keheningan yang canggung segera merayapi keduanya. Jennie mengerutkan kening, menatap Chaeyoung dengan tatapan sedih dan berharap sahabatnya bisa melihat ekspresinya yang terluka itu. "Kau tidak percaya padaku, ya kan?"
Tepat ketika Jennie berpikir bahwa ia dan Chaeyoung tengah berada pada titik dimana keduanya mulai mempererat kembali persahabatan mereka... entah dari mana sesuatu akan menghentikannya lagi. Ia benar-benar tidak tahu alasannya. Awalnya, ia tidak terlalu memikirkannya karena Chaeyoung memang cenderung menutup diri pada semua orang. Terdapat sebuah dinding yang keras yang selalu berada di sekelilingnya, dan Jennie tahu itu.
Tetapi sekarang ia merasa bingung.
Lisa tiba-tiba datang pada hidup Chaeyoung dan Chaeyoung lebih banyak berbagi padanya dan menjadi lebih dekat dengannya dibandingkan hubungannya dan Chaeyoung selama ini. Apakah itu membuatnya marah? Ya, sangat. Karena sementara Lisa adalah gadis yang baik, Jennie-lah orang yang selalu ada di sana untuk Chaeyoung dalam segala aspek di hidupnya. Sejak Chaeyoung didiagnosis menderita kanker. Sampai saat ia kehilangan penglihatannya, Jennie adalah satu-satunya teman yang tetap berada di sisi Chaeyoung. Dan sampai saat ini, ia masih tetap ada di sana untuknya dengan cara apa pun yang Chaeyoung inginkan. Ia telah terbukti menjadi teman yang baik, ah, bahkan Chaeyoung tidak tahu betapa banyak hal yang telah dilakukan Jennie—hal-hal yang rela ia korbankan untuk tetap menjadi temannya. Jennie dapat memberi contoh sejuta hal yang telah ia lakukan untuk Chaeyoung, tetapi Chaeyoung tidak akan pernah menghargai atau mengakui satu pun dari itu. Dan itu terasa menyakitkan, karena sepertinya Jennie hanyalah sekadar orang lain bagi Chaeyoung. Sementara bagi Jennie, Chaeyoung adalah segalanya.
Ya Tuhan, dia butuh alkohol sekarang, pikirnya sambil mengusap dahinya ketika Chaeyoung tidak juga menjawab. Jennie menghela nafas selagi mereka kembali duduk dalam keheningan. "Itu indikasi yang cukup bahwa perkataanku benar, terima kasih." Gumamnya, mencengkeram kemudi.
Chaeyoung tidak mengatakan apa-apa. Ia terus memainkan tongkatnya, merasa bersalah atas apa yang baru saja ia lakukan, juga untuk segala hal yang selama ini telah ia lakukan pada Jennie. Bukannya ia tidak mempercayai Jennie, karena surga dan neraka pun tahu bahwa Chaeyoung mempercayai gadis itu melebihi segalanya, tapi rasa keras kepala Chaeyounglah yang terus mencegahnya untuk bercerita pada Jennie. Ia hanya tidak ingin melimpahkan masalahnya kepada orang lain. Menjadi teman dari gadis buta sudah merupakan masalah yang cukup besar, mengapa ia perlu menambahkan masalahnya lebih banyak lagi? Ia tidak tahu mengapa, tetapi akhir-akhir ini ia merasa seolah-olah Jennie memiliki masalah- yang ia rasa ia tidak bisa membantunya. Ia tidak tahu masalah apa yang dimiliki Jennie, tetapi ia juga tidak bisa bertanya padanya tentang itu. Ya Tuhan, ia benar-benar teman yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acluophilia
FanfictionMemulai kehidupan yang baru di kota Seoul, Lalisa Manoban, gadis riang berjiwa seni itu tak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi cahaya dalam hidup seseorang. Terlebih lagi jika seseorang itu adalah gadis buta yang dikenal arogan, Park Chaeyoung...