1. The King.

47.4K 1K 98
                                    

Comment for next part
Vote for next part
Mature content ! (17+)
Adegan pembunuhan & adegan dewasa.

***

Seorang laki-laki bernama 'Daniel Decan' tersenyum ke arah segerombolan wanita yang menatapnya. Sambil meminum kopi instan dari gelas kertas ia mengedipkan sebelah matanya, membuat segerombolan wanita itu histeris.

Decan terkekeh. Lalu menaruh pelan gelas kertas di atas meja dan mulai membaca korannya. Matanya fokus menjelajahi kata demi kata yang tersusun rapi di koran. Ia sesekali mengerutkan dahinya, tampak sedikit heran dengan berita yang di sajikan di koran.

Sekarang pukul tujuh lewat empat puluh lima pagi. lima belas menit lagi ia harus sudah absen di kantornya, tapi untuk menghindari 'pemotong gaji' ia biasanya absen lima menit sebelum waktu habis.

Decan menutup korannya. Ia kembali menyeruput kopinya yang mulai dingin.

"Decan !"

Daniel spontan melirik sumber suara.

"Wah udah mau pergi aja, temenin gue bentar dong."

Decan mengangkat bahunya. Yugo, rekan kerjanya. Ia baru saja meniup kopinya, bahkan belum meminum kopinya. Daniel sedikit risih. Ia tak suka orang yang lamban dan tidak tepat waktu.

Decan berdiri. Mata Yugo tak luput dari pergerakannya.

"Gue mau absen. Lo nyusul ya," Decan berlalu.

Yugo tampak sedikit mengangkat pantatnya. Berniat menyusul Decan. Tapi apa boleh buat, Decan sudah berjalan jauh menuju lift.

Decan memasuki lift. Seisi lift dominan wanita, mata mereka tak henti-hentinya menelusuri tubuh Decan. Decan sudah terbiasa, ia hanya membalas tatapan wanita yang menatapnya dengan senyum menawan.

Sesekali ia mengajak salah satu wanita yang ia kenal satu divisi dengannya berbicara. Mereka mengobrol ringan, membahas masalah-masalah kecil yang lumayan sering mereka hadapi akhir-akhir ini.

Lalu tak lama pintu lift terbuka. Kebanyakan dari mereka keluar. Decan dan teman satu divisinya menetap. Kantor mereka masih 2 lantai di atas.

Decan kembali mengajak teman wanitanya itu berbicara. Sesekali mereka tertawa membicarakan lelucon orang kantoran. Sampai akhirnya tepat di lantai lima pintu lift terbuka.

Decan dan teman satu divisinya itu keluar. Mereka berdampingan berjalan menuju meja masing-masing.

"Mainan baru ?" Decan menoleh, mendapat Poppy yang sedang merapikan setumpuk berkas di meja sampingnya.

"Hng ?"

"Kanya, mainan baru ?"

Decan terkekeh. Ia memasukkan password di layar komputernya. "Ada-ada aja." Jawabnya.

"Lumayan tuh, bodynya." Goda Poppy sambil tergelak. Decan ikut tergelak.

Tak lama orang yang mereka bicarakan lewat. Kanya mengedipkan matanya ketika bertemu pandang dengan Decan. Ia menyeringai samar menggoda ke arah Decan.

Decan menatap layar laptopnya. Samar-samar ia juga mengeluarkan seringai.

"Gampang kali, can. dapetin dia. Secara lo most wanted di kantor." Goda Poppy. Decan hanya terkekeh. Mencoba menembak Poppy dengan meluncurkan beberapa lelucon juga.

Daniel Decan.

Lelaki berumur genap dua puluh tujuh tahun. Berwajah tampan, bertubuh atletis, punya perkerjaan tetap. Ia berkerja di devisi khusus pembunuhan di salah satu wirma hukum. Tugasnya tak lain menyelidiki khasus.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang