25. The King : dusk till dawn.

4.5K 271 8
                                    

Decan melajukan mobilnya, ia meremas kemudi hingga buku jarinya memutih, rahangnya mengeras tanda ia sedang meredam emosi. Dengan kecepatan 140 km/jam di tengah kota Decan bisa saja merenggut nyawa seseorang. Tapi ia tak peduli, Sabella sedang dalam bahaya, bahkan bukan Sabella sendiri, Poppy yang merupakan teman baiknya juga dalam bahaya sekarang.

Tujuan utamanya sekarang adalah rumah Adam. Ia jelas tidak bisa sendiri, ia butuh pertolongan, tapi ia tidak bisa menelfon polisi sekarang, ia sudah pasti menjadi buronan polisi.

Di perjalanan Decan berkali-kali mengutuk dirinya sendiri, betapa bodohnya ia mematikan ponselnya dan membiarkan orang-orang yang disayanginya dalam bahaya.

Begitu sampai di perkomplekan elite yang sebagian besar penghuninya ini adalah pejabat Decan mengedarkan pandangannya, mencari rumah yang dicarinya. Lalu tak jauh di tempatnya sekarang ia melihat rumah putih megah dengan satpam yang hendak membuka pagar. Decan behenti sejenak, itu rumah Adam. Tak lama, mobil expander hitam keluar. Kacanya hitam, Decan tak dapat melihat siapa yang ada di dalam, namun tanpa fikir panjang Decan mengikuti kemana mobil itu pergi.

Kening Decan bererut, matanya tak lepas dari mobil hitam di depannya yang kini sudah berjalan di tengah kota.

Tak lama, ponselnya berdering lagi. Kini bukan telfon, tapi sebuah e-mail dengan alamat email yang tidak jelas mengirimkan sebuah foto. Decan dengan cepat membukanya dan begitu terkejutnya ia begitu melihat foto yang dikirim tersebut adalah foto Sabella yang tengah diikat tak berdaya di sebuah tiang di dalam ruangan yang kosong.

Decan semakin dibuat geram, ia kembali mengikuti mobil hitam tersebut hingga akhirnya mereka sampai disebuah kebun kentang dengan rumah minimalis di ujungnya. Mobil itu berhenti, namun  bukan Adam yang keluar, melainkan dua orang gagah membawa tongkat baseball.

Decan mengerutkan dahinya, ia tau ia dalam bahaya sekarang. Decan membuka dashboard menarik pistolnya keluar dengan perlahan sembari melihat kedua orang itu. Mereka mendekat sambil memperhatikan Decan. Dua orang itu lalu mengetuk kaca mobil Decan, namun Decan tak berkutik, lalu tak lama dua orang tersebut menghantam kaca mobil Decan dengan tongkat baseball.

Decan kaget bukan main, ia lalu memindahkan diri ke jok belakang dan mengisi pistolnya dengan peluru. Lalu ketika kaca mobil Decan pecah sempura hingga hancur, kedua orang tersebut membuka pintu mobil Decan. Begitu mereka membuka pintu mobil Decan dengan cekatan lewat pintu garasi dan dengan cepat berlari sembari menembak bahu kedua orang tersebut.

Terdengar erangan kesakita dari mereka, mereka tumbang sambil memegang bahu mereka. Sedangkan Decan ia berlari hingga menuju rumah minimalis di ujung perkebunan kentang ini.

Decan berkali tersandung, terpeleset karna kebun kentang ini lumayan licin akibat baru saja di siram air. Namun, Decan sedikit heran, rumah siapa ini dan kebun kentang siapa ini hingga Sabella bisa berada disini.

Hari sudah mulai redup, hari sudah sore. Tapi Decan masih belum ingin menyerah sama sekali, bahkan ia baru saja memulai. Ia tak akan membiarkan Sabella dalam bahaya.

Lalu ketika sampai di teras rumah minimalis tersebut, Decan dengan jelas mencium bau asap rokok dari dalam. Tak pikir panjang lagi, Decan lalu menendang pintu tersebut ia terbuka dan menghantam dinding dengan keras.

Decan masuk ke dalam, lalu tanpa sadar seseorang yang bersembunyi di samping pintu melayangkan pukulan dengan tongkat besi ke kepala Decan.

Decan terjatuh, kepalanya sangat pening bahkan ia merasakan darah keluar dari hidungnya. Sedang pistolnya terlempar, Decan melirik pistolnya, tak jauh darinya. Saat ia hendak mengambilnya sebuah kaki bersepatu pantofel hitam mengkilat meninjak telapak tangannya.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang