6. The Slave : the king in her dream.

14.6K 486 3
                                    

Comment for next part
Vote for next part

***

Sabella masuk ke kamar depan yang sudah Decan siapkan untuknya. Kamarnya lumayan besar dengan kasur king size dan sofa. Tidak ada air conditioner tapi kipas angin gantung cukup untuk membuatnya dalam suhu yang normal dan tidak kepanasan.

Ia duduk di tepi ranjang. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, mencari keberadaan jam.

Pandangannya lalu terhenti pada jam dinding yang di gantung di atas pintu. Pukul 9.57, sebenarnya ia belum mengantuk tapi ia butuh ruang sendiri sekarang. Ia sedang malas untuk berinteraksi dengan orang lain, yang ia butuhkan hanya menyendiri dan larut dalam pikirannya yang tidak tenang.

Sabella naik ke atas kasur, ia menutup tubuh bagian bawahnya dengan selimut. Ia mengadahkan pandangannya ke langit-langit lalu menghela nafas panjang.

Ia sangat frustasi sekarang. Ia tak peduli jika Adam sedang kalang kabut mencarinya. Toh, iya mencarinya hanya karna tanggung jawab seorang suami— dan tidak mau membuat ayah Sabella mengamuk karna ia berani menyakiti putri semata wayangnya.

Sabella lalu melepas cincin pernikahannya dengan Adam. Cincin ini saja tidak seperti cincin pernikahan karna hanya dia yang memakainya. Ia memasukkanya ke kantong kaos yang ia genakan. Sekarang ia benar-benar benci dengan Adam.

Tentang ayahnya, sudah lama ia tak bertemu dengan ayahnya. Mereka belum pernah berkomunikasi secara langsung ataupun tidak langsung semenjak Sabella menikah. Sabella menghela nafas gusar, ayahnya benar-benar kecewa dengannya, apakah ibunya di atas sana juga merasakan hal yang sama ?

Sabella menggeleng, berharap bahwa ibunya mengerti dengan dirinya.

Sabella termenung. Ia benar-benar tidak bisa tidur sekarang. Ia tidak ngantuk sama sekali.

Ia lalu kembali mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ada rak buku di kanan kamar. Tidak besar, tapi terdapat lumayan banyak buku.

Sabella beranjak turun dari kasur. Ia berjalan menuju rak tersebut.

Kebanyakan buku biografi tentang tokoh penting, ada juga ensiklopedia tentang mesin. Yang menarik ada buku tentang 'keluar dari pikiran kelam'. Sepertinya buku ini di tujukan untuk orang yang terjebak masa lalu.

Di sisi lain rak terdapat beberapa novel. Dominan novel thriller, misteri, fiksi ilmiah, hampir tidak di temukan novel tentang percintaan sampai akhirnya ia menemukan novel 'twilight'. Novel yang cukup lama, bahkan sekarang sudah ada filmnya. Ia sudah menonton semua seri filmnya tapi apa salahnya membaca ulang ?

Sabella lalu mengambil buku tersebut, lalu duduk di sofa di samping tempat tidur.

Ia menikmati aktivitas membacanya, lagipula yang ia inginkan dari membaca ini adalah rasa kantuk. Ia semakin larut membaca sampai akhirnya dimana kata terakhir dari bab ketiga selesai ia mulai mengantuk.

Ia menguap dan merenggangkan tubuhnya. Ia meletakkan buku yang ia baca di sofa saat ia berdiri. Ia melirik jam, sudah hampir jam satu malam.

Sabella beralih menuju kontak lampu lalu mematikannya.

Baru saja ia hendak berjalan menuju kasur, suara ketukan di pintu mengalihkannya. Ia berhenti sebentar lalu berbalik, berniat membukanya karna ia tau itu pasti Decan.

Namun kegelapan kamar membuat jari kelingkingnya tersandung kaki sofa. Ia mengaduh pelan. Lalu ia mati kutu, jantungnya berdegup kencang. Pintu terbuka, kepala Decan menyembul disana. Ia yakin itu Decan mengingat ia memakai kaos yang sama dengan terakhir mereka berbicara di depan TV tadi.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang