23. The King : i won't let her go.

7K 341 27
                                    

Decan sudah berada di kantornya ketika Poppy menelponnya dan bilang bahwa ia ingin bertemu dengan Sabella dirumah Decan.

Decan keluar dari lift ketika pintu lift terbuka. Suara Poppy yang sebelumnya terputus-putus kini sudah jernih. Wanita itu menggerutu, biacaranya terdengar kesal di ujung telfon.

'Lo si gak bilang-bilang mau masuk kantor hari ini.'

"Gue harus masuk secepatnya Poppy, banyak hal yang gue urus." Sergas Decan. Ia jelas tak mau disalahkan.

Poppy terdengar membuang nafas kasar.

'Kalau begitu, gue sendiri yang bakalan jenguk Sabella.'

Belum sempat Decan berucap, Poppy sudah mematikan telfonnya. Decan membuang nafas.

Sabella saat ini dirumah neneknya, Decan sengaja menitipkan Sabella disana. Karna ia tidak mungkin membiarkan Sabella sendiri dirumahnya dengan keadaan masih menjadi incaran tua bangka sialan itu.

Setelah absen, Decan menuju ke mejanya. Dari jauh Decan dapat melihat tumpukan berkas disana. Itu pasti konsekuensi yang ia dapat karna kemarin meliburkan diri dari perkerjaan hanya untuk menemani Sabella seharian.

Di layar ponselnya terdapat notifikasi pesan dari sebuah nama yang kini menyebar di relung hatinya.

Sabella mengetik sebuah kalimat yang membuatnya tenang.

'Aku suka disini.'

Decan tersenyum. Ia lalu meraih ponselnya dan mengetik sesuatu untuk membalas pesan Sabella. 

'Selamat bersenang-senang.' Balasnya. Dengan emoticon senyum ala ponsel mahal di ujung kalimat.

Decan kembali fokus pada berkas yang menumpuk di mejanya. Ia mematikan ponselnya— tak berfikir panjang bahwa nanti mungkin Sabella memerlukannya.

Jam makan siang hampir habis tapi Decan masih berkutat dengan berkas-berkas tadi. Ruangan lumayan sepi, hanya tinggal dirinya dengan beberapa orang yang terlihat makan makanan bekal mereka. Tapi di mejanya Decan tak memakan apa-apa. Ia tampak lupa dengan acara makan.

Di sela kesibukannya, Decan masih sadar bahwa ada orang-orang yang mulai datang karna selesai dengan jam makan siangnya. Tapi Decan masih tak peduli, ia harus menyelesaikan perkerjaannya dengan cepat karna ia harus mengurus Adam.

Decan harus membuat Sabella lepas dari Adam. Apapun caranya.

Tiba-tiba bau kopi tercium di penciuman Decan. Baunya semakin pekat bersamaan dengan seseorang duduk tak jauh darinya.

"Eh, Poppy kemana ya ?"

Ah, Decan kenal suara itu. Suara Yugo. Tapi bagaimana dengan pertanyaannya ? Poppy dimana ?

"Bukannya dia pergi makan siang ?" Tanya Decan balik sembari mengetik sesuatu di komputer.

"Kalau makan siang biasa kan sama lo." Tutur Yugo sambil terdengar menyeruput kopinya.

Decan berpikir sejenak. Iya benar juga ya. Tumben hari ini Poppy tidak mengajaknya makan siang. Kalaupun Poppy masih dirumah neneknya, kenapa ia bisa selama ini ? Apa yang mereka lakukan ?

"Enggak izin juga. Lo tau dia kemana ? Berkas minggu lalu masih di dia soalnya."  Ucap Yugo. Decan menggeleng.

"Coba lo telfon." Perintah Decan pada Yugo. Lewat ekor mata Decan dapat melihat Yugo merogoh kantong celana kainnya.

Lalu setelah mengotak atik handphonenya ia lalu mendekatkannya pada daun telinga.

"Gak diangkat." Ucap Yugo setelah beberapa saat.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang