17. The King : missing her.

8.3K 364 17
                                    

Comment for next part
Vote for next part
Mature content ! (17+)
Adegan pembunuhan & adegan dewasa.
Happy reading !

***

Decan duduk di teras sambil membaca beberapa buku. Setelah pulang dari klinik, ia cuti dari perkerjaannya selama dua hari dengan alasan sedang cedera di tangan kanannya.

Sekarang pukul lima sore lebih beberapa puluh menit. Beberapa rumah yang jaraknya lumayan dekat degan Decan sudah menghidupkan lampu teras dan lampu jalan pun sudah dinyalakan.

Poppy baru saja pulang dari rumahnya, ia membawakan Decan beberapa makanan yang masak sendiri. Ia juga membawa Shopie— putri semata wayangnya. Mereka—tepatnya Decan dan Shopie, sempat makan bersama.

Decan sempat bertanya kenapa Sabella tidak ikut datang, Poppy bilang Sabella sedang tidak ingin keluar karna ia masih sedikit trauma. Decan sedikit sedih dan kecewa mendengarnya.

"Hai !" Decan mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum, ada Dira.

"Hai." Sapa Decan.

"What's wrong with your hand ?" Tanya Dira.

Decan bergidik. "Kecelakaan." Ucapnya.

Sebenarnya Dira adalah wanita yang berkerja di toserba di ujung komplek. Decan sering bertemu dengannya saat berbelanja. Ia lumayan cantik dan tinggi. Ia juga ramah dan murah senyum.

Ia masih memakai seragam kerjanya saat ia masuk ke dalam pekarangan rumah Decan. "Boleh aku duduk ?" Tanya nya seraya menunjuk kursi rotan yang kosong di samping Decan. Decan mengangguk.

Dira berkeringan, ia juga tampak lelah. Ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya di depan wajahnya.

"Kamu tinggal di dekat sini ?" Tanya Decan.

Dira menggeleng, "kost ku dua blok dari sini." Ucapnya.

Oh, jadi dia ngekost. Batin Decan.

"Kamu asal mana ?"

"Jauh banget, di desa." Ucapnya seraya terkekeh.

Decan mengangguk. Ia memperhatikan Dira dari atas sampai bawah, lalu tatapannya terhenti pada dada Dira, tertulisan Vidira Amanda di seragamnya.

Decan membuang muka, takut-takut jika Dira memergoki dirinya tengah memperhatikan dadanya. Decan kembali membaca bukunya, tapi ia tidak sepenuhnya fokus. Ia tersulut gairah.

Ia melirik Dira, Dira ternyata ikut membaca buku yang Decan baca. "Kamu suka baca buku ?" Tanya Dira.

"Ya." Ucap Decan dengan suara serak.

"Menarik ya, bukunya." Ucap Dira seraya kembali mengibaskan tangannya di depan wajahnya.

Dira lalu berdiri, ia tersenyum pada Decan. "Aku pergi dulu ya," ucapnya. Ia setelah itu berlalu berjalan melewati pekarangan rumah Decan.

Baru saja Dira hendak menutup kembali pagar rumah Decan, ia dikejutkan dengan Decan yang berdiri di belakangnya.

"Decan ? Kenapa ?"

"Bisa bantu aku masukkin paketnya gak ?" Ucapnya seraya menunjuk tumpukkan paket di samping pagarnya.

Dira lalu mengangguk dan mengangkat paket-paket tersebut menuju rumah Decan. "Disini ?" Tanya nya sambil menunjuk meja teras dengan dagunya.

"Kalau bisa di dalam." Ucap Decan dengan tatapan memohon. Dira mengangguk lalu membawa paket Decan ke dalam rumahnya.

"Wah, rumah kamu cantik ya." Ucap Dira seraya mengedarkan pandangannya pada rumah Decan.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang