16. The Slave : encounter.

8.6K 410 23
                                    

Comment for next part
Vote for next part
Happy reading !

***

Sabella menahan lengan Poppy begitu mereka hendak keluar dari klinik. Sabella sudah sadar dan merasa lebih baik hingga ia bisa pulang. Tapi ia khawatir kemana ia harus pulang mengingat ia punya kenangan buruk di dalam rumahnya.

Poppy menatap Sabella, ia lalu menggenggam tangan Sabella. "Ada apa ?" Tanya nya lembut.

Di pintu, Decan tengah menatap mereka. Ia tak mendekat, merasa Sabella ingin menyampaikan sesuatu pada Poppy.

"Aku harus pulang..." ucap Sabella lirih.

"Bukannya kita bakalan pulang sekarang ?" Tanya Poppy seraya melirik Decan.

"Ya— hm tapi aku gak bisa pulang kerumahku."

"Iya, kamu bakalan kerumah nenek atau Decan. Atau kalau kamu mau kamu bisa tinggal dirumah ku ?" Ungkap Poppy.

Sabella menggeleng, ia melirik Decan sebentar lalu merapatkan dirinya dengan Poppy. Ia terlihat sedikit ketakutan, wajahnya pucat.

"Aku gak bisa tinggal dirumah mereka," ucapnya dengan suara bergertar.

Poppy menatap mata Sabella dalam. Sabella terlihat ketakutan. Lalu ia melirik Decan sebentar.

"Kalau begitu kamu kerumah ku." Ucap Poppy lalu menarik Sabella untuk berjalan menyusul Decan.

Tapi Sabella tak berkutik, ia diam di tempat dan menahan Poppy. Ia lalu menahan salivanya, ia hampir menangis. "Sabella..." ucap Poppy dengan nada lirih.

"Biarkan aku pulang kerumah ayahku— di desa." Ucapnya dengan suara tercekat. Poppy menatap mata Sabella dalam, ada kekhawatiran, ketakutan, kegelisahan disana. Poppy hendak berbalik dan memberi tahu Decan, tapi lagi-lagi Sabella menahannya.

"Tolong...jangan bilang ke Decan," ucap Sabella dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Poppy menyatukan alisnya, kenapa Sabella tampak takut dengan Decan ? Pikirnya.

Sabella mengelap pipinya lalu mengenggam tangan Poppy kuat. "Tolong..." ucapnya lagi. Poppy mengangguk lalu menuntun Sabella untuk keluar dan menuju mobil Poppy.

"Sabella, kamu udah putuskan mau tinggal dimana ?" Tanya Decan yang duduk di depan saat mereka berada di jalan menuju rumah Decan.

Sabella melirik kaca spion, tatapan matanya bertubrukan dengan Poppy yang sedang menyetir. "Um— ya." Ucapnya.

"Dia dirumah ku untuk sementara." Ucap Poppy.

Decan mengangguk, ia mengusap perban yang melilit lengannya.

Perjalanan mereka dominan sunyi. Mereka tak berani membuka suara sampai mereka tiba dirumah Decan. Sebelumnya Poppy mengantar Sabella menuju rumahnya untuk mengemasi beberapa barang. Lalu ia mengantar Sabella menuju desa.

Sabella awalnya menolak, ia bilang bahwa ia bisa nak bis. Tapi Poppy menggeleng dan meyakinkan bahwa ia benar-benar tidak keberatan mengantar Sabella sampai kerumah ayahnya.

Sabella takut, ia takut Poppy seperti Decan. Ia memang baik, baik seperti Decan awalnya. Tapi Sabella khawatir Poppy akan melakukan sesuatu padanya nanti saat di perjalanan.

"Sabella, gak apa-apa." Ucap Poppy lagi.

"Saya terlalu merepotkan mbak." Ucapnya. Tapi Poppy mengancam ia tidak akan membiarkan Sabella pergi jika ia tidak mau di antar Poppy. Sabella semakin ketakutan, tapi Poppy berjanji akan mengantarkan Sabella kedesa dengan selamat.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang