24. The Slave : Decan, leave me please...

5.4K 286 13
                                    

Sabella tersenyum ramah pada Nenek Decan yang kondisinya kini sudah jauh lebih baik dari yang ia tau.

Decan menitipkannya disini, kata Decan ia harus berkerja dengan keras agar ia bisa membantu Sabella dan sementara itu Sabella tak boleh sendiri dirumah.

Dan disinilah Sabella sekarang, dengan secangkir teh chamomile yang dibuat oleh Aleesha mereka ngobrol ringan di halaman belakang rumah nenek Decan yang penuh dengan bunga-bunga mekar.

"Kamu cantik, sudah berapa lama pacaran dengan Decan ?"

Sabella tertegun, ia menatap bingung Nenek. Ia tak tau akan menjawab apa. Lalu ia mendunduk seraya tersenyum kaku.

"Gak dijawab juga gak apa-apa." Ucap nenek yang nampaknya menyadari keanehan Sabella.

Sabella lagi-lagi tersenyum kaku dan memberanikan diri untuk menatap nenek yang kini menyeruput tehnya.

"Kenalin, ini Aleesha. Anggap saja adik Decan."

Aleesha menyodorkan tangannya ke arah Sabella untuk berjabat tangan. Sabella tersenyum sambil menyambutnya.

"Aleesha Daniella."

"Sabella Xaviera."

Setelah itu mereka kembali mengobrol ringan. Menceritakan bagaimana nakalnya Decan dulu, bagaimana gemasnya Decan dan Aleesha memberi sekuntum bunga pada nenek di hari ibu.

Namun, sebanyak cerita yang nenek ceritakan pada Sabella. Ada sebuah cerita yang ingin Sabella tau. Dimana ayah dan ibu Decan sekarang ? Dan kenapa nenek menyebut Aleesha 'anggap saja adik Decan' ?

Sabella menghela, wlaupun begitu, ia tak ingin bertanya ataupun memulai cerita tersebut. Itu terlalu sensitive dan mendalam untuk ia tau. Ia belum pantas untuk itu.

Sabella menatap ponsel di atas, mungkin Decan sedang berkerja sekarang. Tapi, ia ingin memberi tau sesuatu pada Decan tentang dirinya sekarang.

Sabella mengetik sesuatu di layar ponselnya.

'Aku suka disini.'

Sent.

Lalu ketika pesan tersebut berhasil dikirim, bell rumah berbunyi. Aleesha menawarkan diri untuk membukanya, tapi Sabella menahan tangan Aleesha.

"Biar aku yang buka."

Aleesha lalu mengangguk di susul Sabella yang berjalan menuju pintu utama rumah.

Sabella mengintip sedikit lewat jendela, melihat siapa yang datang. Lalu ketika menemukan Poppy di depan dengan membawa sekeranjang buah, Sabella tersenyum dan dengan cepat membuka pintu.

"Mbak Poppy !" Seru Sabella.

"Hai !!" Balas Poppy seraya merentangkan tangan untuk memeluk Sabella.

"Kamu apa kabar ?" Tanya Poppy.

"Baik mbak, kalau mbak ?"

"Baik," jawab Poppy singkat.

Sabella lalu menuntun Poppy untuk masuk kerumah dan mengunci pintu.

"Nenek dimana ?"

"Di belakang—"

BRAK ! BRAK ! BRAK !

Sabella dan Poppy tersentak. Buah yang dibawa Poppy hampir saja terjatuh kelantai.

"Sabella buka, saya tau kamu di dalam !"

Sabella mengerutkan dahinya.

"Buka !"

Sabella maju untuk mengintip siapa di luar. Matanya terbelak begitu melihat siapa yang datang. Ia lalu berbalik dan menatap Poppy yang ternyata sudah ada Nenek dan Aleesha dibelakangnya.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang