9. The King : trapped by his slave.

12.6K 389 9
                                    

Comment for next part
Vote for next part

***

Decan keluar dari mobilnya begitu sampai di basement kantor. Hari ini memakai setelan jas berwarna biru tua di padukan dengan kemeja putih dan sepatu pantofel coklat tua classic.

Jambangnya sudah lumayan panjang, sedikit panjang dari dua hari yang lalu. Ia semakin terlihat mempesona, wanita akan dengan mudahnya terjerat dan jatuh dalam pelukannya. Ia tidak perlu repot-depot memutar otak lagi nantinya.

Mobil sport abu-abu mengeluarkan bunyi 'bip' dua kali begitu Decan menekan kontak mobilnya.

Ia lalu berlalu menuju kantor dan masuk ke lift bersama teman satu divisinya. Yugo.

"Awal yang bagus untuk senin ?" Canda Yugo. Decan mengedikkan bahu lalu tertawa kecil.

"We'll see later." Jawabnya.

"I don't think so... tim gue kekurangan satu anggota. Udah ngilang dari minggu lalu, gak tau kemana."

Decan menyatukan alisnya, "siapa ?"

"Kanya— Kanya Gladis. Do you know her ?"

Decan membentuk bibirnya berbentuk O. Lalu ia mengedikkan bahunya, "gue juga terakhir liat dia minggu lalu sih."

"Gue gak tau dia kemana, gak ada kabar sama sekali. Tim tanpa dia kalang kabut." Yugo menggelengkan kepalanya lalu menghela nafas. Tampak sangat susah ditinggal rekan kerjanya.

"Udah tanya keluarganya ?"

"Nah itu, di gak punya keluarga. Dia sebatang kara."

Decan menepuk pundak Yugo lalu mengusapnya dan berlalu menuju mejanya begitu lift terbuka. Ia menyapa Poppy begitu sampai di mejanya. Poppy terlihat segar dengan rambut pendeknya yang diikat. Ia juga mengenakan lipstik merah segar.

Ah, Decan jadi ingat Kanya. Bra merahnya.

Jika kalian ingin tahu, Decan sudah lebih dulu mengetahui bahwa Kanya sebatang kara, wanita bar-bar itu tinggal di sebuah rumah susun yang lumayan terawat. Kanya pernah berkerja sebagai detektif di sebuah wirma negeri, namun akhirnya ia mengundurkan diri karna mengaku tidak diberi gaji dengan pantas.

Akhirnya Kanya melamar kerja di sebuah wirma swasta yang cukup berkelas dan diterima di divisi yang sama dengan Decan dan berakhir mengenaskan.

Kanya yang malang, ia harusnya tidak perhitungan dengan gaji di kantor tempat ia berkerja sebelumnya. Mungkin itu adalah ganjaran baginya karna selalu merasa tak cukup.

Decan tertawa kecil seraya menghidupkan komputernya.

"Kenapa ?" Tanya Poppy.

Decan menoleh kearah Poppy, wanita itu menatapnya dengan tatapan heran.

Decan hanya menggeleng lalu kembali dengan komputernya.

Poppy meletakkan setumpuk berkas di meja Decan sampai menimbulkan bunyi dentuman yang lumayan nyaring. Decan mengangkat sebelah alisnya, sambil membuka lembaran berkas tadi.

"Ini kasus pembunuhan istri oleh suaminya tahun lalu. Ada keterangan saksi baru yang belum kedata, Pak Weri mau lo data ulang."

Decan mengangguk seraya membaca berkas yang Poppy berikan. Ia tau persis kasus ini. Ia, Poppy, Pak Weri, dan beberapa teman setimnya yang mengurus kasus ini.

Ini sebernarnya pembunuhan biasa yang terjadi di rumah tangga. Sang suami terbakar api cemburu melihat istrinya berinteraksi dengan satpam yang berkerja di kompleks perumahan mereka. Sang suami lalu menganiaya istrinya yang parahnya lagi sedang mengandung buah hati mereka.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang