"Ibel tanya siapa orang yang dulu kamu harapkan putus dengan pacarnya." Jelas Maria yang angkat bicara.
"Oh itu.. Dia itu Cinta Pertama gue waktu SMA Namanya Debeul." Ucap Ammar. "Udahkah lanjut." Ucap Ammar yang menyelesaikan Jawabannya.
"Debeul siapa?" Tanya Maria penasaran.
"Iya Siapa dia Mar?" Tanya Riska.
"Kepo kalian kan udah gue jawab jadi gak ada pertanyaan lagi." Ujar Ammar.
"Next Gaes." Timpal Ibel.
"Oke, Sekarang giliran Gue kan." Ucap Ammar yang memang duduk di sebelah kanan Ibel dan disebelah kirinya ada Maria.
Botol pun mulai di putar, putaran yang semakin cepat itu pun mulai melambat hingga akhirnya terhenti ke Gio.
"Gue Oh good." Gumam Gio.
"So.. Truth or Dare" Ucap Ammar pada sahabatnya itu.
"Dare deh." Jawab Gio pasrah.
"Dare yakin ya?" Tanya Ammar dengan senyum jahilnya.
"Awas ya kalau lo kasih pertanyaan macem-macem." Ancam Gio karena perasaannya mulai gak enak.
"Hahaha... Gak lah." Ucap Ammar terkekeh.
"Udah buruan." Ucap Gio tak sabaran.
"Oke. Jadi lo harus tembak salah satu cewek yang ada disini dan yang menentukan siapa cewek yang akan lo tembak dengan mengambil kertas yang akan di gulung dan ada nama para cewek disitu." Ucap Ammar dengan senyumannya.
"Wah gila lo, kalau cewek lo yang kena gimana?" Tanya Gio balik.
"Eitsh Maria gak termasuk karena dia cewek gue." Ucap Ammar terkekeh.
"Ah gak adil itu namanya." Ucap Cella gak terima.
"Iya gak adil lo kan bilang kalau semua cewek disini dan dipilih random." Jawab Evan.
"Ya ya ya..." Jawab Ammar menyerah.
Evan mencari kertas dan pena ia pun segera menulis nama Maria, Ibel, Cella, dan Riska. Setelah selesai ia menggulungnya dan diserahkan pada Ammar.
"Nih" Ucap Evan.
Ammar pun menggocok Kertas gulungan tersebut dengan tangannya, kemudian ia membuka kepalan tangannya.
"Pilih salah satu." Ucap Ammar pada Gio.
Gio pun memilih satu gulungan kertas ia pun segera membukanya. Matanya membulat sempurna ia menghelai nafas berat.
"Siapa Gi?" tanya mereka penasaran.
"Dia adalah... Emm.... Maria." Ucap Gio, yang sukses membuat Ibel tersedak.
"What!" Pekiknya terkejut.
"Yoi nih buktinya." Ucap Gio yang menunjukan pada Maria.
"Eitsh cewek gue kok jadi yg kena." Ucap Ammar
"Huft." Maria pun menghela nafas kesal.
"Udah konsekuensi." Jawab Gio.
"Iya.. Toh cuma permainan kan." Ucap Cella, dan disetujui oleh yang lain.
Gio pun menepati permintaan Ammar, ia segera berdiri dari duduknya dan mengajak Maria berdiri. Mereka sekarang berhadapan, Gio orang yang pecicilan dan jahil itu bisa juga grogi karena ia harus menembak Maria yg notabenny adalah kekasih sahabatnya.
"Ehem.. Ehem.. "Gio berdehem untuk menetralkan perasaan groginya.
Ia pun mengambil Tangan Maria dan mengenggamnya. "Ih ngapain pegang-pegang." Ucap Maria judes.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOND OF DESTINY
General FictionUpdate Max Tiap Hari Minim Update 3 hari Sekali Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi esok atau lusa, yang kita tau hanyalah dapat merencanakan apa yang akan kita lakukan esok atau pun lusa. Ikatan takdir tidak akan pernah salah memilihka...