Meet

16 4 1
                                    

Cekidot...

"Iy-Maria."  Ucap lelaki itu terkejut.

"Bo-boleh gue duduk." Ucap Maria sedikit gugup.

"Oh.. Emm.. Silahkan." Ucapnya.

"Ada apa?" Tanya lelaki itu sedikit kaku.

"Lo beneran udah bertunangan sama wanita lain." Tanya Maria dengan gemetar.

"Ya." Jawabnya singkat.

"Kenapa bis-" Ucapan Maria terpotong hatinya sangat pilu saat ini.

"Apa yang gak bisa huh! Lo cuekin gue. Lo gak pernah ada buat gue... Kemana aja lo! Lo gak pernah kan perduliin gue. Jadi gue juga gak peduli tentang perasaan lo." Ucap Ammar dengan nada sedikit meninggi karena ada rasa emosi.

"Lo juga kemana? Gue itu kecewa sama lo. Tap-" Maria menyahuti ucapan Ammar, lagi-lagi ucapannya terpotong.

"Gue muak sama lo. Jadi jangan ganggu hidup gue bersama calon istri gue ngerti!" Ucap Ammar dengan wajah yang sudah mengeras.

Ia pun segera bangkit dari duduknya dan keluar dari cafe tersebut setelah memberikan sejumlah uang untuk membayar minumannya.

"Bego!" Pekik Maria lalu berlari keluar cafe ia ingin mengejar Ammar namun terlambat Ammar sudah pergi mengendarai mobilnya.

Hiks... hikss...

Maria menangis dengan sesenggukan, seseorang yang melihat kejadian itu pun menghampirinya. Entah dorongan dari mana orang itu pun memeluk Maria dengan erat.

Maria pun menangis tersedu-sedu, hampir setengah jam ia menangis maria pun melepaskan pelukan orang itu.

"Jangan cenggeng dong." Ucapnya sembari mengelus kepala Maria.

"Gue g-gak cenggeng. Gue c-cuma kecewa." Ucap Maria dengan menghapus sisa air matanya.

"Udah ah yok balik." Ajaknya lalu menggandeng tangan Maria.

"Ck... Modus lo gi." Ucap Maria yang sengaja sedikit menggoda Gio untuk mencairkan suasana.

"Modus kata lo."  Ucap Gio dengan membulatkan matanya.

"Iya lah lo pegang-pegang tangan gue nih." Ucap Maria dengan menunjukan tangannya.

"Ck.. Lo tuh." Ucap Gio lalu melepas genggaman tangannya ia pun berjalan meninggalkan Maria.

"Dih kok gue ditinggal si." Pekik Maria lalu berlari menghampiri Gio.

"Bodo." Ucap Gio ngambek.

"Gue anter." Ucap Gio lalu membukakan pintu mobilnya.

"Makasih." Ucap Maria yang masuk kedalam mobil Gio.

Mereka pun meninggalkan cafe, maria melihat keluar kaca mobil. Memori tentang Ammar pun bermunculan tak terasa setetes air mata berhasil lolos dari sudut matanya.

"Mar lo mau makan dulu gak, gue laper nih." Ucap Gio yang mencairkan suasananya.

"Eh" Ucap Maria sedikit terkejut. "Boleh." Ucap Maria dengan sedikit mengangguk.

"Mar lo tau gak bedanya lo sama lukisan?" Ucap Gio yang berusaha mengombal.

"Gak, emang apa bedanya?" Ucap Maria binggung.

"Kalau lukisan tuh makin lama makin antik, kalau lo makin lama makin cantik." Goda Gio dengan mengedipkan satu matanya.

"Gio!" Pekik Maria, ia mendengus pelan. "Gombal lo mah." Ucap Maria yang memukul pelan lengan Gio yang tengah menyetir.

BOND OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang