ㅡ ; Chapter 2

1K 169 12
                                    

"Maaf Tuan Lee, tapi sepertinya kita harus membatalkan transaksi ini, karena terjadi sesuatu hal. Maaf telah mengecewakan Tuan" ujar pria itu hati-hati. Ada rasa takut tersirat dalam suaranya.

"Begitukah? Ya sudah kalau begitu tak apa.  sahut suara di seberang sana.

Seusai memutus sambungan telepon, pria itu akhirnya bernafas lega setelah menahan nafasnya selama beberapa detik. Untunglah orang yang sebelumnya berniat membeli Jihoon masih bersikap baik. Ia bisa saja dihabisi olehnya karena telah membatalkan jual-beli tersebut tanpa memberikan alasan yang jelas.

Tentu saja ia tak bisa mengatakan kalau Jihoon kabur dari rumah. Sama saja dengan memperkeruh keadaan. Ditambah lagi ia harus mengembalikan sejumlah uang yang telah ditransfer oleh lelaki yang ia panggil Tuan Lee tersebut.

Tangan pria itu kembali mengepal mengingat putra sulungnya yang kini entah berada di mana. Nafasnya menderu menahan amarah yang membuncah.

"Anak sialan itu pasti sudah tahu kalau aku akan menjualnya" dengusnya.

Sang istri yang sedari tadi dengan setia menemani di ruang tengah, hanya bisa mengusap punggung sang suami untuk meredakan emosinya.

"Sudahlah, yang penting semua baik-baik saja. Lagipula pengeluaran kita bisa ditekan dengan tidak adanya anak itu" ujarnya yang disetujui oleh sang suami dengan sebuah anggukan.

"Kemasi barang-barangnya. Jual saja apapun yang bisa dijual. Aku tak ingin ada sedikitpun hal miliknya yang tersisa di rumah ini."

Sang istri hanya mengangguk patuh. Setelah suasana mulai mereda, sang istri segera bergerak ke kamar Jihoon untuk mulai mengemasi barang-barangnya. Keduanya memang sudah tidak mengharapkan pemuda malang itu kembali ke rumah ini.




♧♧♧




Jihoon berjalan ke arah pusat kota dan memilih jalanan yang tidak terlalu ramai. Matanya tertuju pada sebuah kedai makanan yang mencantumkan harga terjangkau. Mulai hari ini, kedai tersebut akan menjadi kedai favoritnya.

Jihoon berdiri tepat di depan kedai tersebut. Menatap papan menu yang sengaja di pajang di depan lengkap dengan harganya. Jihoon masih menimbang-nimbang dengan memperhitungkan uang yang dimilikinya sekarang.

Tak sadar telah berdiri terlalu lama di sana, seorang lelaki jangkung dengan pakaian rapi menghampirinya.

"Kau mau makan?" tanyanya.

Jihoon terkejut dan segera menoleh ke arah sumber suara yang menginterupsi kegiatan hitung-menghitungnya.

"Iya" sahutnya singkat.

"Kalau begitu ayo, biar ku traktir" tawarnya dengan senyum ramah, menampilkan lesung pipinya yang menawan.

Jihoon mengernyit mendapati orang asing tiba-tiba mengajaknya makan dan ingin mentraktirnya. Seketika pikiran negatif penuh kecurigaan menguasai Jihoon.

"Tidak, terima kasih. Aku punya uang sendiri" tolak Jihoon mantap.

"Kau yakin? Tak menyesal?" tanyanya lagi.

Jihoon hanya mengangguk lalu mendahului lelaki itu masuk ke kedai. Merasa diikuti oleh lelaki tersebut, Jihoon memilih tempat duduk di tengah-tengah orang ramai, sehingga apabila lelaki itu melakukan hal macam-macam padanya ia dapat berteriak meminta pertolongan.

DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang