"Kamarmu di sini. Kau bisa gunakan semua isi dari kamar ini. Anggap saja rumah sendiri" Guanlin tersenyum saat membukakan pintu sebuah ruangan. Lagi-lagi Jihoon dibuat terperangah takjub. Kamar itu bahkan dua kali lebih luas dari kamarnya dulu. Jihoon mulai melangkah masuk, masih dengan mulut yang sedikit terbuka. Di sisi kiri ruangan tersebut terdapat jendela besar yang menghadap ke pusat kota. Dari lantai 23 apartemen ini, tentu saja pemandangan indah itu terlihat cukup jelas.
"A-aku boleh tinggal di sini?" Jihoon meyakinkan diri.
"Selama apapun yang kau mau" jawab Guanlin mantap.
"T-ta-tapi apa ini tidak terlalu berlebihan?" Jihoon merasa tak enak.
"Tidak. Santai saja" Guanlin menepuk pundak Jihoon pelan.
Ada perasaan tidak enak menyelimuti Jihoon mengingat perlakuannya yang kurang baik selama ini pada lelaki yang9 justru malah memberi tumpangan untuknya. Jihoon menunduk dan menghela nafas.
"Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikanmu?" cicit Jihoon, menelan bulat-bulat harga dirinya.
"Kau bilang apa?" Guanlin menatap Jihoon.
"Apa yang harus aku lakukan untuk membalas kebaikanmu?" ulang Jihoon mendengus pelan.
Lelaki ini benar-benar, membuatku harus mengulang ucapanku, gerutu Jihoon dalam hati.
Guanlin hanya terkekeh ringan dan mengendikkan bahunya. "Apa ya? Aku tak tahu, hanya senang membantu" lelaki itu tersenyum simpul sedang Jihoon hanya memutar bola matanya malas.
"Kau ini membuatku seolah-olah aku seseorang yang tak tahu diri" sungut Jihoon dengan bibir yang mengerucut. Mendapati itu, Guanlin mengulum bibirnya menahan senyum. Jihoon benar-benar seseorang yang unik.
"Lain kali aku akan mengatakannya jika aku membutuhkan bantuanmu" tutur Guanlin yang hanya dibalas oleh sebuah anggukan dari Jihoon.
"Ok, deal!"
♧♧♧
"Ayo kita mulai!" seru Jihoon sedikit bersemangat.
Sang lawan bicara hanya terkekeh. Pemuda manis ini bisa jadi sangat cuek dan bisa jadi bersemangat di selang waktu yang sangat singkat.
"Mulai darimu" balas Guanlin santai.
"Baiklah sebagai permulaan, biarkan aku tau apa saja yang boleh dan tidak boleh aku lakukan di rumahmu ini? Karena dari cerita-cerita yang ku baca di situs novel online di internet banyak sekali yang menceritakan seseorang yang kabur lalu dipungut oleh lelaki kaya, namun ada syarat-syarat tertentu" Jihoon menggebu-gebu membuat sang pria jangkung berusaha mati-matian menahan tawanya. Karena jika tawa itu lepas barang sedikit saja, Jihoon pasti akan protes dan mendaratkan sebuah elusan keras di kepalanya.
"Tunggu.." Guanlin tampak berpikir. Cukup lama membuat si manis tak sabar. "Kau tidak boleh mencuri.. mungkin?" lanjut Guanlin ragu.
"Kau pikir aku ada tampang seperti maling?!" Jihoon mendorong dahi pria lawan bicaranya sambil mendengus kesal. "Yang lebih realistis sedikit!" serunya lagi.
"Aku bingung. Tak ada aturan khusus di apartemen ini. Lakukan saja semaumu, anggap saja ini rumahmu sendiri" lelaki dengan surai hitam itu mengelus dahinya tepat di mana Jihoon menoyornya tadi.
Jihoon mengusap wajahnya kasar. Tujuannya bertanya seperti itu karena ia tidak ingin terlalu lancang. Sudah diberi tumpangan untuk tinggal pun rasanya sudah cukup menyusahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!
Fanfiction❝ drapetomania ❞ (n.) an overwhelming urge to run away. . . . 『 ON GOING 』 ➸ warn! : AU! bxb // yaoi, alur lambat, harsh words, mature content. [ baku // semi baku ]