ㅡ ; Chapter 6

815 181 8
                                    

Tangan Jihoon mengepal kuat hingga buku tangannya memutih. Tubuhnya bergetar menahan amarah. Ia kini termenung sendiri di dalam kamar barunya. Nafasnya menderu kala ingatan-ingatan pahit itu kembali bermunculan di pikirannya.




Plak!

"Kau ini bisa tidak sih becus dalam mengerjakan sesuatu?! Begini saja tidak bisa?!" sentak sang ibu setelah sebuah tamparan perih mendarat di pipi Jihoon.

"Kenapa kau tidak susul saja adikmu? Kau ini hidup hanya bisa menyusahkan saja!"  ujar sang ayah ketika Jihoon tak sengaja menjatuhkan piring saat mencucinya.

"Dia anak yang membunuh adiknya sendiri itu? Kenapa orang tuanya masih mau mengurus dia? Mengerikan sekali anak sekecil itu sudah berani membunuh!" bisikan-bisikan para tetangga terdengar saat Jihoon hendak pulang dari minimarket dekat rumah.


"Jihoon?" Guanlin membuka pintu, membuyarkan semua suara yang samar-samar menyeruak dalam otaknya. Jihoon seketika menoleh.

"Biar ini rumahmu tapi kau harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk! Bagaimana kalau aku sedang bertelanjang bulat dan kau tiba-tiba masuk?" ketus Jihoon menghampiri Guanlin yang lagi-lagi hanya terkekeh salah tingkah sembari mengelus tengkuknya.

"Maafkan aku. Tadi aku sudah mengetuk dan menunggu lama tapi tak ada jawaban" ujar lelaki jangkung itu. Setelah Jihoon tepat berada beberapa langkah di depannya, Guanlin melanjutkan, "aku akan pergi ke toko, kau mau ikut atau di sini saja?" tanyanya.

Jihoon tampak berpikir. Sebenarnya hari ini ia ingin berdiam diri saja di rumah. Ia ingin tidur seharian setelah beberapa hari berkelana tak tentu arah.

"Aku di sini saja. Ingin istirahat" jawab Jihoon singkat.

"Baiklah. Kalau ada apa-apa kau bisa hubungi aku lewat telepon rumah. Nomorku ada di buku telepon, kau bisa cek di sana" jelas Guanlin sambil menunjuk telepon gantung yang menempel pada dinding ruang utama. Jihoon mengangguk tanda mengerti. "Kalau begitu aku pergi dulu" pamit lelaki jangkung itu memamerkan lesung pipinya.

Jihoon hanya mengangguk sekali lagi lalu menutup pintu kamar. Ia langkahkan kakinya menuju tempat tidur dan menjatuhkan diri di sana. Ditatapnya langit-langit putih kamarnya sebelum ia akhirnya terlelap.




♧♧♧





"Tuan, maaf saya menghubungi dengan membawa kabar yang kurang mengenakkan seperti ini" ujar suara lelaki di seberang sana. Nada bicaranya terdengar ragu dan penuh waspada.

"Ada apa?" lelaki itu berujar santai.

"Oleander dalam masalah" suara itu sedikit berbisik.

Lelaki tersebut menegakkan posisi duduknya. Mengambil waktu sejenak untuk mengontrol emosi pada suaranya. "Apa yang terjadi?" tanyanya setenang mungkin.

"M-maaf Tuan, tapi aku tidak bisa mengatakannya sekarang" jawabnya hati-hati.

Sang Tuan memijit pangkal hidungnya pelan lalu memutus sambungan telepon. Ia menghela nafasnya gusar dan mengusap wajahnya sembari mendengus. Menyandarkan kembali posisi duduknya untuk menenangkan tubuhnya yang sedikit menegang. Jika Peterㅡanak buah kepercayaannyaㅡ sudah menghubungi dan mengatakan ada sesuatu yang tak beres, pastilah masalah tersebut bukan main-main.




♧♧♧




Jihoon terbangun setelah 12 jam tertidur lelap. Hari sudah berganti malam, seisi apartemen gelap gulita seperti dalam gua. Jihoon mengusap matanya, beberapa kali mengerjap untuk memfokuskan penglihatannya yang masih mengabur.

Setelah sepenuhnya terbangun, Jihoon segera menyalakan lampu kamarnya dan keluar. Apartemen itu benar-benar gelap seperti tak berpenghuni.

"Guanlin?" Jihoon mengitari seisi ruangan, mengecek keberadaan sang pemilik apartemen. Nihil, ia tak menemukan siapapun.

"Ah ya sudah biarkan saja. Aku lapar" Jihoon mengendikkan bahu. Setelah ia menyalakan semua lampu-lampu, ia lalu menuju dapur. Menyiapkan bahan makanan dan dan mulai memasaknya.

"Toh ia bilang aku boleh menganggap ini sebagai rumahku sendiri kan" Jihoon bergumam kecil sambil melanjutkan acara memasaknya.

Dihidangkannya makanan lezat sederhana itu di meja makan. Ia lalu segera bersantap dengan menyisakan satu porsi untuk Guanlin juga.

"Guan, aku makan duluan ya!" serunya tanpa memedulikan tak ada yang menyahuti dirinya.

Selepas makan, ia membereskan dan mencuci bersih peralatan masak dan peralatan makan yang tadi ia gunakan. Setelahnya ia duduk di sofa ruang tengan dan menyalakan televisi. Rasanya bosan berdiam diri sendirian seperti ini.

Jihoon beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan menuju ruangan di sudut barat, yang katanya ruang kerja Guanlin. Jihoon mengetuk pintu jati tersebut beberapa kali.

"Guan, ayo makan malam dahulu! Aku sudah membuatkan omelette sayur dan sayap ayam bumbu!" serunya. Tak ada sahutan dari dalam.

Apa mungkin ia tertidur di dalam? batin Jihoon.

Tangannya meraih kenop pintu dengan ragu, teringat kata-kata Guanlin yang menginstruksikan bahwa ia tak boleh masuk jika Guanlin tak ada di sana. Namun akhirnya Jihoon memilih untuk membuka kenop pintu tersebut.

Terkunci.

"Apa dia belum pulang?" Jihoon mengangkat sebelah alisnya. Tak mendapati sang pemilik apartemen di sana, Jihoon lantas kembali ke ruang utama. Menjatuhkan dirinya di atas sofa dengan remote televisi di tangannya. Ia lalu memindah-mindahkan saluran televisi berharap menemukan acara yang dapat mengusir rasa bosannya.





11.28pm
Jihoon menatap jam digital di atas meja kecil di samping sofa. Sudah cukup larut namun sang lelaki jangkung belum juga menampakkan batang hidungnya. Perasaan khawatir menghinggapi Jihoon.

Bukan. Jihoon bukan mengkhawatirkan sesuatu yang buruk terjadi pada Guanlin. Melainkan kemungkinan terburuk, yaitu













Guanlin memiliki niat yang jahat dan mengurung dirinya di apartemen ini.

Guanlin memiliki niat yang jahat dan mengurung dirinya di apartemen ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡ to be continued ㅡ




heyhooooo! aku kembali yuhuuuuu~

makasih banyak yang buat doanya, aku udah sehat sekarang dan udah bisa lanjut nulis lagi

udah kejawab belum tuan lee nya itu siapa?  ☺️


oiya kemarin kan aku minta saran scenetuh, aku udah bacain semuanya dan aku tampung ya!
sekarang aku mau minta saran dan readers lagi buat scene kejunyaㅡ karena......

mulai chapter selanjutnya bakal ada scene keju!
dan karena aku bener-bener payah dalam hal romance, jadi  aku mohon banget saran dan masukan buat scene kejunya dari kalian huhuhu ㅠ . ㅠ
boleh langsung komen disini atau kalau mau lebih detail bisa langsung message aku yap. aku tunggu lho

DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang