ㅡ ; Chapter 13

538 88 20
                                    

"Kau yakin tak mau tinggal di rumah?" Yuqi meyakinkan. "Kalau kau tak mau pulang, kau bisa menginap di rumahku" tawar gadis itu lagi.

Guanlin menggeleng mantap. Menginap di hotel selama berada di China adalah pilihannya. Ada alasan tersendiri, terlebih ia juga tak ingin merepotkan Yuqi.

"Ya sudah kalau begitu. Kalau butuh sesuatu cepat hubungi aku!" seru Yuqi yang kemudian dijawab oleh sebuah anggukan dan senyuman dari Guanlin. "Aku duluan ya! Dah Darrel!" gadis itu melambai dan berjalan menjauh.

Tinggallah Jihoon dan Guanlin di sana. Jihoon yang masih bingung dengan situasi serta penjelasan-penjelasan yang ia dengar waktu lalu dari Yuqi membuat dirinya semakin bingung. Namun ia memilih untuk tak banyak bertanya lagi. Semakin banyak ia tahu, semakin bingung dirinya.

Guanlin melangkah terlebih dahulu untuk mencari taksi. "Ayo!" ajaknya.

Jihoon hanya mengekor kemudian. Setelah mendapat taksi, keduanya duduk di baris belakang. Tak ada percakapan setelah Guanlin menyebut nama hotel yang hendak dituju. Hening memenuhi udara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Bagaimanapun Guanlin merasa asing di kampung halamannya sendiri. Sudah bertahun-tahun ia tak pernah lagi menginjakkan kaki di sini. Tempat yang menjadi saksi kejayaan dan kekejaman dirinya di masa lampau.

Mereka tiba di lobby hotel. Guanlin meminta Jihoon untuk menunggu sementara dirinya check in.

"Kau mau tidur sekamar denganku atau ingin menempati kamar sendiri?" tanya Guanlin yang membuat lelaki manis itu terkejut.

Otaknya lambat berpikir. Jika memilih untuk menempati kamar tidur sendiri, itu berarti akan menghabiskan uang lebih banyak. Dan Jihoon bukanlah orang yang tidak tahu diri, biarpun Guanlin terlihat banyak uang, namun Jihoon tidak ingin memanfaatkannya seperti itu.

Tapi di sisi lain, dirinya belum siap kembali satu kamar dengan Guanlin. Ingatannya memutar saat ia nekat mendatangi kamar Guanlin malam itu dan menangis tak karuan hingga tertidur. Ia tak ingin hal itu terulang lagi dan membuat Guanlin tahu semuanya.

Seketika jantung Jihoon berdegup cepat.

"Darrel?" suara Guanlin membuyarkan lamunannya. Jihoon tergagap masih dengan ekspresi linglung, membuat pria di depannya tertawa kecil.

"A-aku masih tahu diri, jadi kita sekamar saja" jawab Jihoon ketus memutar bola matanya. Tentunya untuk menutup rasa gugupnya. Namun Guanlin sudah paham terlebih dahulu. Senyumnya mengembang lebar.

"Tunggulah di sini sebentar" Guanlin menepuk pundak Jihoon dan kembali menuju meja resepsionis.

Setelah mendapat kartu akses pintu kamar, Guanlin memberi isyarat pada Jihoon untuk mengikutinya. Keduanya memasuki lift menuju lantai lima.

Tak banyak pembicaraan. Guanlin hanya tersenyum mengingat ekspresi Jihoon saat ia menanyakan soal kamar. Jihoon melirik sekilas dan mendapati lelaki itu tersenyum.

"Kau jangan berpikir macam-macam ya!" sungutnya.

Guanlin terkejut namun seketika tertawa. Lelaki itu kini mulai dapat memahami si manis.

"Iya iya, aku tahu. Nanti uangnya lebih baik kita belikan baju untuk ke pesta, ya?" bujuknya. Dalam hati pria itu tahu kalau Jihoon pasti tengah salah tingkah.

Satu hal yang bisa ia pelajari; semakin Jihoon salah tingkah, semakin ia menjadi galak. Dan itu menjadi semakin menggemaskan untuk dirinya.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai tiga. Seorang lelaki berparas tampan dan dingin memasuki lift tersebut. Jihoon melirik ke arah lelaki itu dan kemudian melirik ke arah Guanlin. Terjadi perubahan pada raut lelaki tampan itu. Wajahnya mendadak muram.

DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang