Belajar dari pengalaman semalam yang membuat Jihoon akhirnya terjaga hingga pukul 3 dini hari, akhirnya pemuda itu menyempatkan untuk mampir ke minimarket. Membeli satu buah nasi kepal dan sebotol minum untuk persediaan nanti malam. Sederhana dan murah, namun setidaknya dapat mengganjal perut.
Setelah mendapatkan apa yang ia cari di minimarket, Jihoon kembali melangkahkan kakinya melanjutkan perjalanan. Namun langkahnya terhenti ketika atensinya tertuju pada layar televisi di etalase sebuah toko elektronik yang menayangkan berita tentang penculikan anak.
"Seorang anak berusia 15 tahun yang telah menghilang sejak tanggal 19 Mei lalu masih belum ditemukan. Pihak keluarga mengatakan akan memberi imbalan sebesar 10 juta won bagi siapapun yang berhasil menemukan sang anak."
Jihoon terpana. Sedikit rasa iri timbul di hatinya.
"Ck, di saat orang lain susah payah mencari anaknya yang diculik, aku malah mau dijual" decaknya miris.
Malam ini ia tak tahu harus beristirahat ke mana. Ia hanya mengikuti langkah kakinya yang terus berjalan tanpa tentu arah. Ia pun mulai khawatir dengan keuangannya yang semakin tipis apabila ia terus seperti ini tanpa adanya pemasukan. Jihoon harus mulai mencari kerja.
Entah sebuah kebetulan atau tidak, tapi seolah takdir kembali mempertemukan Jihoon dan pemuda asing yang sejak kemarin ditemuinya.
Lai Guanlin.
"Kau mengikutiku ya?" Jihoon menoleh ke arah Guanlin.
"Aku? Tidak. Aku hanya berjalan-jalan saja. Kebetulan sekali kita bertemu lagi di sini" ujarnya tersenyum lebar.
Jihoon hanya mendengus, memutar bola matanya.
"Kau sendiri mau kemana?" Guanlin berjalan mensejajarkan dirinya di samping Jihoon.
"Bukan urusanmu" sahut Jihoon singkat yang membuat Guanlin bungkam.
Mereka berjalan dalam keheningan untuk beberapa saat. Tenggelam akan pikirannya masing-masing.
Guanlin mulai melambatkan langkah kakinya lalu menepuk pundak Jihoon.
"Aku rasa kita akan berpisah di sini. Sampai bertemu lagi, Jihoon!" Lelaki jenjang itu tersenyum sembari membungkuk kecil sebagai salam perpisahan. Jihoon hanya balas mengangguk lalu kembali melanjutkan perjalannya.
Anak ini manis namun sikapnya membuatku penasaran, batin Guanlin dengan satu sudut bibirnya yang terangkat membentuk sebuah seringai.
♧♧♧
Jihoon akhirnya memilih rumah-rumahan kecil di taman bermain kemarin untuk menjadi tempat beristirahatnya malam ini. Walau sempit, setidaknya papan-papan yang tidak sangat kokoh itu bisa menahan hembusan angin malam yang menusuk tulang. Pun dapat menjaga sang pemuda dari guyuran hujan.
Mungkin Jihoon akan menetapkan tempat ini sebagai tempat tinggalnya sementara hingga ia menemukan tempat tinggal yang lebih layak.
Guanlin memperhatikan Jihoon di dalam sana dari kejauhan. Menatap datar ke arah rumah kecil yang tak layak untuk menjadi tempat peristirahatan pemuda seumuran Jihoon.
Tubuhnya yang tidur tertekuk, hawa dingin yang menusuk, dan kemungkinan-kemungkinan buruk lain melintasi pikiran Guanlin. Ada rasa tak tega.
Guanlin beranjak dari sana dan kembali dengan beberapa paper bag berukuran sedang setelah pergi selama satu jam. Didekatinya rumah kecil itu dan diintipnya sang pemuda berparas manis itu tengah tertidur pulas. Hening, hanya dengkuran halus yang terdengar dari dalam rumah kecil tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!
Fanfic❝ drapetomania ❞ (n.) an overwhelming urge to run away. . . . 『 ON GOING 』 ➸ warn! : AU! bxb // yaoi, alur lambat, harsh words, mature content. [ baku // semi baku ]