ㅡ ; Chapter 8

816 178 32
                                    

Tok tok tok.

Jihoon terdiam menunggu jawaban.

Tok tok tok.

Sekali lagi Jihoon ketuk pintu jati di depannya namun belum ada jawaban dari dalam.

"Yah, kau ini gila? Dia pasti sudah tidur sekarang, Jihoon" gumamnya pelan membalikkan diri, hendak kembali ke kamarnya. Namun tak jadi ketika sang pemilik kamar membukakan pintu.

"Ada apa, Jihoon?" suara berat dan serak khas bangun tidur menerobos gendang telinga Jihoon. Benar saja, Guanlin sudah tidur saat dirinya datang kemari.

Gila! Kau sudah gila ya, Park Jihoon?! rutuk si manis dalam hati.

Ia pun tak mengerti apa yang membuatnya datang kemari. Sejak tadi ia hanya berguling di ranjangnya karena tak bisa tidur. Tapi cukup nekat untuk datang kembali ke kamar Guanlin memang diluar akal sehatnya. 

Jihoon akui, ia menjadi sangat bodoh ketika jatuh cinta.

Tunggu, jatuh cinta katamu?! Jihoon semakin frustasi.

"A-anu, aku masih tak bisa tidur. Ku pikir kau masih bangun, jadi aku kemari" jawab pria manis itu kikuk mengusap tengkuknya.

"Ah begitu. Masuklah" Guanlin menggeser posisinya berdiri untuk memberi jalan untuk Jihoon.

"T-tidak perlu. Kau lanjutkan saja tidurmu! Maaf karena aku sudah mengganggu" Jihoon menunduk dengan bibir yang mengerucut lucu.

 "Tak apa. Kau boleh tidur di sini, mungkin kau jadi bisa tidur?" tawar Guanlin.

Jantung Jihoon terasa melewatkan satu detakannya.





Di sinilah ia sekarang. Terbaring kaku menatap langit-langit putih kamar Guanlin. Ia semakin tak bisa tidur akibat perasaan yang semakin tak karuan. Biarpun dipisah oleh sebuah guling, tetap saja mereka sedang tidur bersama.

Hanya tidur, tak ada yang lain. Memangnya kau berharap apa?

Jihoon menggeleng cepat, membuyarkan semua khayalan-khayalan liar dan aneh yang melintas di pikirannya. Pria manis itu menghela nafas dan mencoba memejamkan mata walau tidak berhasil membuatnya tertidur.



03.28am

Jihoon masih benar-benar terjaga. Pria manis itu menoleh ke sisi kanan, tempat dimana Guanlin sudah tertidur dengan nyaman. Jihoon mengubah posisi tidurnya menyamping menghadap Guanlin. Menatapi wajah tampan itu sepuas yang ia mau.

Seutas senyuman terukir di bibir Jihoon. Entah ini takdir atau bukan, tapi ada perasaan bersyukur bercampur takut di benak Jihoon. Di satu sisi ia bersyukur karena dipertemukan dengan pria tampan yang peduli dan mau menampung dirinya di rumah mewah miliknya. Namun di sisi lain ia juga takut, ia belum sepenuhnya mengenal Guanlin.

Dan takut akan kembali dicampakkan dan dipandang sebelah mata oleh Guanlin jika ia tahu masa lalunya.

"Guan.." gumam Jihoon.

Tak ada sahutan, hanya dengkuran halus yang terdengar mengisi keheningan ruangan ini.

"Kau tahu? Dahulu aku bukanlah orang yang menyebalkan seperti ini" lanjut Jihoon. Tak memedulikan jika Guanlin tak mendengarnya.

"Kalau itu semua tak pernah terjadi dan aku pun tidak gegabah, mungkin semua tak akan seperti ini. Apa kau juga akan menganggapku pembunuh?" suara Jihoon tercekat. Pria manis itu memeluk guling yang membatasi dirinya dan Guanlin lalu membenamkan wajah di sana. Menahan isakan yang sebentar lagi keluar dari bibir tebal miliknya.

"Kalau saja aku tidak penasaran dan tidak mencoba-coba, mungkin hidupku masih jauh lebih baik sekarang. Orang tuaku mungkin tak akan membenciku" pertahanan Jihoon runtuh, tangisnya tumpah dalam hening. Air mata yang keluar dari manik cantik itu sedikit demi sedikit membasahi guling dalam dekapannya.

DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang