Jihoon kembali dibuat tak bisa tidur oleh perkatan Guanlin semalam. Ia sudah memaksa matanya untuk memejam, namun otaknya terus saja tak bisa berhenti berpikir.
"Orang tuamu bahkan tak menginginkan Park Jihoon, bukan?"
Kalimat itu terus terngiang memenuhi kepala Jihoon.
Memang ada benarnya juga, gumamnya dalam hati. Lelaki manis itu menghela nafas panjang.
"Darrel.. Darrel Park.. nama yang bagus juga" gumamnya sembari menatap langit-langit. "Dari mana Guanlin dapat membuat identitas palsu seperti ini?" gumamnya lagi, otaknya kini terus berpikir keras. Membuat dirinya terus terjaga hingga pukul 03.25am.
Apa aku tanyakan saja padanya nanti? tanya Jihoon dalam hati. Pria manis itu terus berguling kesana kemari, berharap untuk dapat segera tidur hingga akhirnya ia terlelap saat matahari sudah mulai terbit.
"Jihoon? Kau sudah bangun?" ketuk Guanlin di balik pintu kamar Jihoon. Tak ada sahutan yang berarti Jihoon pasti belum bangun, Guanlin mengerti itu. Ia buka pintu kamar Jihoon yang memang tak dikunci dan benar saja, ia mendapati si manis masih terlelap damai di ranjangnya.
Guanlin melangkah mendekat berniat untuk membangunkan si manis. Namun melihat raut wajah Jihoon serta gurata-guratan lelah di wajahnya yang tergambar sangat jelas membuat Guanlin mengurungkan niatnya. Ia tak tega.
Guanlin lalu ikut berbaring di samping Jihoon. Menatapi wajah si manis hingga puas. Sesekali dielusnya lembut pipi tembam milik Jihoon,
"Kau ini manis sekali.." gumam Guanlin sembari terus mengusap pipi Jihoon dengan lembut. "Siapa yang menyangka di balik wajah manis ini ada seseorang yang begitu keras berjuang melawan masa lalu pahit dan selalu menutupi kesedihannya dengan omelan-omelan galak, yang justru membuatnya semakin menggemaskan?"
Jihoon terusik dari tidurnya, merasakan pipinya disentuh sesuatu yang halus membuat dirinya terpaksa membuka matanya mau tak mau. Ia mengerjap beberapa kali untuk membenarkan pandangannya yang masih mengabur.
"Selamat pagi" sapa Guanlin dengan senyuman manis yang tepat berada di depannya, hanya berjarak kurang dari 30cm.
Jihoon terkejut dan terlonjak. Ia segera bangun dan mengecek apakah pakaiannya masih lengkap atau tidak.
"A-apa yang kau lakukan di sini?" paniknya. Dengan refleks ia menutupi tubuhnya dengan selimut.
Guanlin tertawa sangat kencang melihat reaksi Jihoon. "Aku hanya membangunkanmu, Jihoon. Kenapa kau kaget sampai seperti itu?" Guanlin masih saja terkekeh.
"Ah.. begitu. Tidak. Tidak apa-apa" Jihoon membuang muka lalu segera bangun. "Aku kesiangan, kau bereskan tempat tidurku sementara aku mandi ya" Jihoon cepat-cepat beranjak dari sana menuju kamar mandi, menyembunyikan wajah panasnya yang kini sudah memerah menahan malu.
Guanlin hanya terkekeh, ia tahu persis bahwa lelaki manis itu kini tengah salah tingkah. Maka ia hanya mengiyakan dan mulai membereskan tempat tidur Jihoon. Sementara itu, sembari membilas tubuhnya pikiran Jihoon mengawang. Bisa-bisanya ia refleks melakukan hal itu di depan Guanlin. Ia sangat malu sekali.
Usai mandi, Jihoon segera berpakaian. Guanlin sudah menunggu di ruang makan dengan beberapa hidangan sederhana yang tersaji di atas meja. Guanlin telah menyiapkan semuanya dan Jihoon hanya tinggal bersantap.
"Kau sudah kenal Yuqi, kan?" tanya Guanlin. Jihoon hanya mengangguk sebagai jawaban, tanpa mengangkat kepala dan terus mengunyah sarapannya. ''Ia akan berangkat bersama kita, semoga kau bisa cepat akrab dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!
Hayran Kurgu❝ drapetomania ❞ (n.) an overwhelming urge to run away. . . . 『 ON GOING 』 ➸ warn! : AU! bxb // yaoi, alur lambat, harsh words, mature content. [ baku // semi baku ]