"Segeralah bersiap, aku akan membawamu ke tempat Bibi Wang" Guanlin berkata. Jihoon yang sedari tadi masih saja bermalas-malasan di tempat tidur sembari menggonta-ganti saluran televisi menoleh ke arah pria jangkung itu. Memiringkan kepalanya dan menatap penuh tanya.
"Siapa Bibi Wang itu?"
"Dia adalah pemilik salon dan butik langgananku dulu. Kita akan bersiap di sana dan langsung berangkat ke pesta" jawab Guanlin.
Jihoon hanya manggut-manggut kemudian bangkit untuk bersiap. Hari menjelang siang, Guanlin dan Jihoon menaiki taksi untuk menuju salon yang milik Bibi Wang. Di sana, Guanlin dan Jihoon disambut oleh seorang wanita setengah baya, namun masih berpenampilan modis dan sangat cantik.
"Edward? Benarkah ini kamu?" wanita itu menatap Guanlin setengah percaya. Menangkup pipi si pria yang lebih tinggi di depannya dan kemudian memeluknya dengan penuh kerinduan.
"Iya, ini aku. Bibi Wang apa kabar?" Guanlin membalas pelukan tersebut dengan disertai usapan yang lembut di punggung sang wanita.
"Aku selalu baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Apakah kau hidup senang dan bahagia di Korea sana? Bibi sangat mengkhawatirkanmu" ujarnya penuh perhatian.
"Aku cukup senang di Korea. Oh iya, ini temanku, Darrel. Darrel, ini Bibi Wang" Guanlin lantas memperkenalkan Jihoon pada Bibi Wang begitu juga sebaliknya. Keduanya berjabat tangan. Bibi Wang tersenyum sangat ramah.
"Kau manis sekali, Darrel" pujinya dalam bahasa korea yang sedikit terbata, Bibi Wang ternyata pernah belajar walau hanya sedikit. Pujian itu sangat tulus membuat si manis tersenyum malu-malu. Bibi Wang mempersilahkan Jihoon dan Guanlin memasuki butiknya dan meminta keduanya untuk memilih jas yang hendak digunakan.
"Kau pilih," bisik Guanlin di telinga Jihoon. Kening si manis berkerut.
"Kau tahu, aku tidak pandai bersolek dan tidak pernah menghadiri acara mewah seperti ini. Kalau aku yang pilih, aku khawatir pilihanku akan terlihat norak dan memalukan."
Guanlin terkekeh, "tidak mungkin! Kau pilih saja mana yang kau suka, setelah itu Bibi Wang akan membawamu ke ruang rias."
Jihoon memutar bola matanya kemudian menuruti perkataan Guanlin. Ia mulai memilih jas yang tersedia di sana. Sangat banyak dan terlihat sangat mewah. Jihoon berpikir, mungkin gajinya satu tahun bekerja di toko kelontong tidak akan cukup untuk membeli jas mewah ini.
Matanya kemudian tertuju pada sebuah jas berwana merah menyala. Pemuda manis itu mendekati tempat jas itu digantung dan mulai menyentuhnya perlahan. Ia menimbang-nimbang apakah akan terlihat cocok jika menggunakannya?
Bibi Wang menghampiri Jihoon dan berkata dengan lembut, "kau suka yang ini?" tanyanya.
Jihoon hanya mengangguk memberi jawaban. Bibi Wang lalu mengambil jas tersebut dan menggenggam tangan Jihoon untuk mengikutinya. "Ayo ikut aku," ujarnya.
Jihoon memasuki sebuah ruang rias yang bersebelahan dengan butik tersebut. Karyawan di salon tersebut sangatlah ramah. Setelah Bibi Wang memberi perintah kepada beberapa karyawannya untuk memoles Jihoon. Setelah mendapat arahan dari wanita setengah baya tersebut, beberapa karyawan dengan ramah meminta Jihoon untuk mengikutinya dan mulai menata mulai dari rambut hingga kaki.
"Matamu sangat cantik!" puji seorang karyawan wanita yang sedan memoles wajah Jihoon. Ia tersenyum dan tak henti-hentinya menatap takjub pada sepasang mata milik Jihoon. "Aku sangat iri dibuatnya."
"Terima kasih" jawab Jihoon kaku. Alih-alih bereaksi penuh percaya diri, Jihoon justru menunjukkan ekspersi kaku yang malu-malu. Wanita itu kembali tersenyum sembari melanjutkan pekerjaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/188238246-288-k322429.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!
Fanfiction❝ drapetomania ❞ (n.) an overwhelming urge to run away. . . . 『 ON GOING 』 ➸ warn! : AU! bxb // yaoi, alur lambat, harsh words, mature content. [ baku // semi baku ]