Rahang Jihoon jatuh. Matanya membulat mengitari seisi apartemen mewah milik Guanlin yang diwarnai oleh nuansa hitam, putih dan perak.
"Selamat datang di rumahku" ucap Guanlin sembari mengusap tengkuknya canggung. "Baru kali ini ada teman yang mengunjungi apartemenku selain sahabat lamaku" tambahnya lagi terkekeh pelan.
"Sejak kapan aku jadi temanmu?" Jihoon melirik ke arah pria jangkung itu membuat ia tergagap salah tingkah.
"M-mungkin kita bisa berteman mulai hari ini?"
Sial, kenapa aku jadi gagap begini?!
Guanlin merutuki dirinya dalam hati.
"Yah, aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi bukan?" Jihoon dengan cepat menjabat tangan Guanlin, menyetujui ajakan pertemanannya. "Ngomong-ngomong aku boleh pinjam kamar mandimu? Rasanya tidak enak sekali aku belum mandi beberapa hari ini" tambahnya sembari menyelonong masuk lebih dalam ke apartemen Guanlin.
Pria jangkung itu sedikit menganga, mematung di tempatnya berdiri. Jihoon seseorang yang benar-benar tidak terduga.
Dan menarik, tentunya.
Guanlin segera menyusul Jihoon dan menunjukkan jalan ke arah kamar mandi. "Sebelah sini" ujarnya.
Jihoon mengekor Guanlin hingga keduanya sampai di depan pintu jati berwarna gelap. Guanlin membukanya, membuat Jihoon lagi-lagi terperangah takjub melihat seisi kamar mandi mewah yang sangat bersih dan rapi.
"Kau tunggu sebentar di sini, aku akan ambilkan handuk dan baju ganti" Guanlin tersenyum simpul.
Jihoon segera masuk dan menutup pintu. "Tidak perlu, aku bawa handuk dan baju ganti sendiri" suara Jihoon samar-samar terhalang dinding dan pintu yang membatasi keduanya.
Guanlin lagi-lagi mengernyit. Mengangkat satu alisnya bingung lalu memilih untuk menunggu pemuda manis itu mandi sembari menyiapkan makan siang untuk mereka berdua.
Setelah semua beres, keduanya duduk bersama di ruang makan. Perbincangan ringan memecah keheningan yang sebelumnya sempat terjadi sebelum acara santap siang dimulai.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Aku akan menjawabnya jika aku rasa perlu untuk di jawab" sahut Jihoon cuek.
Guanlin menghela nafas kecil. Jawaban-jawaban sekenanya yang keluar dari pemuda manis di depannya ini membuat dirinya gemas. Entah mengapa rasa penasarannya semakin menggebu-gebu.
Sepertinya ia akan sedikit sulit untuk ditaklukan, batin Guanlin.
"A-anu, kalau boleh tahu kenapa kamu meninggalkan rumah?" tanya Guanlin hati-hati.
"Dari mana kau tahu aku meninggalkan rumah?" Jihoon mengangkat sebelah alisnya.
"Aku sempat berpikir tadi, karena sepertinya persiapanmu matang sekali. Kau bahkan membawa handuk dan baju ganti" kekeh Guanlin.
"Ah, iya. Aku kabur dari rumah" balas Jihoon cuek lalu melahap satu suapan besar ke dalam mulutnya.
"Kenapa?" Guanlin kini menatap lekat ke arah pemuda manis di depannya, penasaran.
"Kau sungguh-sungguh ingin tahu?" tanya Jihoon dengan mulut yang masih sedikit penuh oleh makanan, meninggalkan sedikit sisa makanan di sudut bibirnya.
Melihat hal tersebut, tangan Guanlin reflek mengambil tisu dan segera mengelap sudut bibir Jihoon perlahan. Pemuda manis itu tertegun oleh perlakuan dari pria di depannya, sampai kesadarannya kembali ia lalu menepis tangan Guanlin pelan.
"A-apa yang kau lakukan?!" Jihoon memalingkan wajahnya. Menyembunyikan semburat merah muda di pipinya.
"Aku hanya membersihkan belepotan di bibirmu. Kenapa wajahmu merah begitu?" Guanlin mengangkat satu alisnya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Jihoon. Ingin melihat lebih dekat, membuat si manis semakin salah tingkah.
"Kau bercanda ya?!" sentaknya seraya mendorong wajah Guanlin dengan telapak tangannya. "Haduh, laki-laki jaman sekarang suka sekali berbuat seenaknya" gerutu Jihoon.
"Kau sepertinya butuh berkaca agar dirimu sadar kalau kau juga laki-laki" Guanlin menyandarkan posisi duduknya dan menyilangkan tangan di depan dadanya. Pria jangkung itu terkekeh pelan.
Jihoon hanya memutar bola matanya dan mengambil minumnya. Ia minum beberapa teguk lalu melanjutkan makannya. Begitu pula dengan Guanlin.
"Ah, tapi serius aku penasaran kenapa kau kabur dari rumah?" Guanlin kembali melontarkan pertanyaan.
"Kau ini, setidaknya biarkan aku menghabiskan makananku dulu!" sahut Jihoon sewot.
Guanlin terkesiap. Baru kali ini ia menemukan seseorang yang bertingkah seperti itu padanya. Karena selama ini semua orang yang ditemuinya selalu bertingkah baik dan sopan. Walaupun Guanlin tahu, beberapa diantaranya hanya berusaha menjilat.
"Kau benar-benar ingin tahu alasanku kabur dari rumah?" tanya Jihoon sembari mengelap mulutnya yang telah selesai dengan aktivitas makan siangnya.
"Hmm" angguk Guanlin.
"Orang tuaku ingin menjualku."
Guanlin mengangkat kepalanya, menatap pemuda manis di depannya. Melempar pandangan bingung.
"Men-jual?" ulang Guanlin dengan nada tak yakin.
"Iya. Orang tuaku berpikir aku sudah tak lagi berguna dan perekonomian mereka pun semakin sulit makanya ingin menjualku" jelas Jihoon tenang.
Guanlin terdiam. Masih menatapi pemuda di depannya lekat-lekat. Sang objek justru masih saja cuek, tak sadar kalau manik hitam di depannya sedang menatap seperti sedang menganalisa.
Park Jihoon?
Guanlin mengangkat sebelah sudut bibirnya membentuk sebuah seringai. "Kau tak perlu khawatir. Kau bisa tinggal di sini berapa lama pun kau mau" ujar Guanlin.
Park Jihoon, bersikap baiklah padaku maka kau akan aman di bawah kuasaku.
ㅡ to be continued ㅡ
happy sunday, guys!
gimana tanggapannya buat chapter kali ini? udah mulai masuk fase penasaran belum? ahahaha
jangan dulu bosen ya!dan makasih banyak yang udah kasih masukan&saran scene buat cerita ini. semuanya aku baca dan aku tampung♡
ditunggu aja kelanjutannya bakal gimana yahseperti biasa, jangan lupa tinggalin jejak vommentnya gud pipol!
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAPETOMANIA ㅡ [ PANWINK ] HIATUS!
Fanfic❝ drapetomania ❞ (n.) an overwhelming urge to run away. . . . 『 ON GOING 』 ➸ warn! : AU! bxb // yaoi, alur lambat, harsh words, mature content. [ baku // semi baku ]