Juni 2016.
Hujan di luar sana menyisakan aku seorang diri di pelataran lorong gedung B ini. Hilir mudik kawan-kawanku satu persatu meninggalkanku.
"Menunggu siapa Fe?" suara seseorang menyadarkanku kembali dari kesibukanku menatap hujan yang turun.
Aku menoleh. 'Menunggumu.' Nyaris saja kata ini meluncur, tapi alam bawah sadarku masih bisa ku kendalikan. "tuh, masih hujan." Jawabku.
"Oh, kalo gitu aku duluan ya?" Kata Langit, meninggalkanku.
Ini tahun keempatku kuliah, semester terakhirku menikmati kota ini. Saat-saat terakhir masa kuliahku sembari menikmati masaku berjuang menahan semua perasaan yang belum saatnya. Langit sudah pergi dengan motor gede yang entah sudah berapa puluh kota negeri ini disambanginya.
"Nggak pulang Fe?" suara yang lebih berat kali ini menyapaku. Tanpa menoleh pun, aku tahu siapa pemilik suara itu.
"Masih nunggu ujan reda Sep." jawabku.
Asep, laki-laki yang kebetulan sekelas denganku di mata kuliah dasar dulu. Kini Asep sudah jadi laki-laki paling terkenal di Fakultas kami. Siapa pula yang tak mengenal ketua BEM-nya?"Aku temenin ya?" izinnya yang tanpa perlu jawabanku, ia akan tetap disini menemaniku.
***
Juni 2019
Hujan masih deras di luar sana, membuatku memilih untuk menunda pulang dari kantor sore ini. Juni, selalu saja menjadi bulan hujan turun tanpa permisi. Ku tengok jendela mungil di ruangan ini, ingatanku terbang ke Juni tiga tahun lalu, tahun dimana aku masih bertemu dua laki-laki itu.
"Fe! Lu kok belum balik?" sapa Tachi, seniorku di kantor ini.
"Tanggung Bang, masih hujan. Sekalian aja ngeberesin kerjaan dulu." Jawabku.
"Fe, weekend ini ada agenda nggak? Temenin gue nonton dong!" Ajak Bang Tachi, entah sudah tawaran keberapa yang selalu ku tolak. Kalo dipikir lagi, hebat kali aku ini. Berani menolak tawaran senior di kantor.
"Malas ah Bang, lelah kali badanku ini. Inginlah istirahat seharian. Abang ajak lah itu istri Abang." Jawabku.
Bang Tachi salah satu laki-laki yang menurutku lucu. Cincin di jari manisnya selalu dipakainya, menandakan ia tak menyembunyikan statusnya yang telah menikah. Saat jam istirahat dating, bekal masakan istrinya pula yang dimakannya. Tetapi soal main, aku pun heran dibuatnya. Bukan main! Temen main jalan-jalannya Bang Tachi ini cukup banyak.
"Ah kau ini! Kebanyakan alesan aja!"
Kali ini, aku hanya tersenyum.Bang Tachi duduk di kursi samping mejaku. "Fe, mau ga abang kenalin sama adek laki-laki abang? Anaknya sholeh Fe, ga kayak abangnya. Rajin kali solat ke mesjidnya. Ga pernah pacaran pula. Lengkap. Mirip-miriplah sama dirimu ini." Tanya Bang Tachi padaku.
"Ah, Abang ni. Malas lah Bang." Jawabku
Namaku Faith. Usiaku 27 tahun. Status Single. Antara terjebak dengan masa lalu yang belum selesai, atau aku memang bertemu dengan jodohku. Begitulah aku, Faith bersama takdirku.Hari-hariku disibukkan dengan agenda kantor. Hampir 60 jam dalam seminggu ku habiskan waktuku di kantor ini. Sabtu dan mingguku? Kuliah. Aku memilih menghabiskan masa-masa singleku dengan menuntut ilmu apapun. Iya, ilmu apapun yang menurutku bermanfaat. Lahir dan besar di bagian barat tanah Jawa, tapi semenjak kuliah hingga mendapat pekerjaan hidup menetap di ibu kota jawa tengah.
Tahun lalu, aku baru saja mengambil keputusan besar. Melanjutkan kuliahku. Manajemen Sumber Daya Manusia, S2 UNDIP. Keputusan besar kataku. Setelah menolak beasiswa meneruskan kuliah ke NTU dan membatalkan apply beasiswa ke Oxford. Iya, ku batalkan. Semua rencanaku berubah karena satu hal. Karena "dia:" yang katanya adalah jodohku, belum juga Nampak di hadapanku.
Ya, seperti dugaan kalian. Aku tak mendapatkan restu melanjutkan studiku keluar negeri lantaran alasan itu. Kata Abi, "menjaga anak perempuan itu berat Nak. Abi lebih tenang kalo kamu masih meneruskan kuliahmu di negeri kita ini. Nanti, kalo selepas kamu menikah, bolehlah Abi ridho kamu melanjutkan kuliah mu ke luar negeri sana."
Dan kini, satu setengah tahun setelah kejadian itu, jadilah aku disini. Di salah satu perusahaan besar Kota Semarang, direktur bagian Manajeman Sumber Daya Manusia. Dan Bang Tachi, adalah direktur utama perusahaan kami.
Tentang aku dan masa laluku yang belum usai, atau bahkan tentang takdirku yang belum juga ku temukan, ini kisahku. Aku, Faith, 27 tahun, dengan takdirku yang menuntunku menemukanmu. Iya, kamu.
Tentang aku dan masa laluku yang belum usai, atau bahkan tentang takdirku yang belum juga ku temukan, ini kisahku. Aku, Faith, 27 tahun, dengan takdirku yang menuntunku menemukanmu. Iya, kamu.
[bersambung]
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH
RomanceTentang aku dan masa laluku yang belum usai, atau bahkan tentang takdirku yang belum juga ku temukan, ini kisahku. [FAITH] ーーーーーーーーーーーーーーーー Aku bergeming menatap tumpukan kertas kerja dan mengeryutkan bibir mengingat bibir tipisnya dengan suara sedi...