April 2020
Dengan tubuh yang sedikit lemas aku beranjak menuju sebuah cafe yang tidak jauh dari kediaman Haura. "Aku butuh sedikit waktu untuk menenangkan fikiran," ungkapku dalam hati. Setibanya di cafe sambil melongok kekanan dan kiri mencari tempat yang kosong untuk ku duduk, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil meja di pojok cafe.
"Mas mau pesan apa?", seorang Waiters datang menghampiri.
Saya pesan kopi robustanya satu ya mas!. Sesuai keadaanku saat ini yang pahit mas, ungkapku dalam hati.
"Baik mas, ada lagi yang mau di pesan mas?"
"Sudah mas itu saja," Jawabku.
Sambil menunggu pesanan datang, aku pun membaca WA yang tadi dikirim oleh Haura.
"Assalamualaikum Langit"
"Maafkan soal tadi. Aku juga ngga nyangka akan seperti itu. Aku cuma berpesan, in syaa Allah apapun keputusanmu aku bisa menghargai itu. Tapi kalo kamu ternyata memilih batal, aku cuma berharap kamu bisa mendapat yang lebih baik daripada aku
Salam hangatku untukmu".
Haura....
Hati semakin berkecamuk rasanya melihat pesan WA yang dikirimkan Haura, bingung untuk memutuskan hal yang penting dalam hidup ini. Belum lagi menjelaskan kepada Ayah dan Bunda, apa kata mereka nanti?. Tanyaku dalam hati.
"Mas ini pesanannya".
"Terimakasih banyak mas, membalas.
Sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan, Ah, ternyata masih pukul 05.00! gumamku. Sambil menikmati secangkir kopi. Terlintas difikiran, seruputan kopi pertama ini mugkin terasa pahit, tapi aku percaya selanjutnya pasti akan terasa nikmat. Sambil merenung dan mengingat kembali semua perkataan pak Burhan kepadaku. Apakah ini ujianMu kepadaku Ya Allah...?. Tanyaku dalam hati.
"Allahu Akbar....Allahu Akbar..." kutersentak kaget dalam lamunanku
"Terdengar kumandang Adzan". Tak sadar ternyata sudah magrib, aku bergegas menuju kasir untuk segera membayar kopiku dan pergi ke masjid terdekat.
****
"Assalamua,laikum!"
"Wa'alaikummusalam!". Terdengar suara Bunda dari dalam.
"Gimana Lang tadi pertemuan dengan orang tua Haura?".
"Hmmm,.. itu Bun... itu.... Pertemuannya lancar kok...." Terasa keluh rasanya lidah untuk berucap kepada Bunda yang sebenarnya.
Alhamdulillah, terus hasilnya apa Lang..?. Tanya Bunda sedikit mendesak.
"Langit bingung, Bun..."
"Lah kok bingung! Memangnya ada apa Lang? kok kamu Bunda lihat gelisah begitu?"
"Tanyanya satu-satu dong, Bun! Kan Langit bingung mau jawab yang mana dulu. Hehehe," aku mencoba mencari cara untuk menjelaskan ke Bunda.
"Langit dan Haura belum bisa menikah dalam waktu dekat ini," jawabku sambil menghela nafas panjang.
"Memang ada masalah apa Lang?" Bunda mencari tahu.
"Haura dapat beasiswa S2 di universitas Al-Azhar Bun, dan salah satu syaratnya tidak boleh menikah sampai studinya selesai. Nah dari pak Burhan sendiri memberikan dua solusi buat hubungan kami, yang pertama pernikahan kami ditunda sampai haura menyelesaikan study S2 nya di Al-Azhar. Dan yang kedua ..." aku sejenak terdiam karena tak mampu mengatakannya.
"Membatalkan pernikahanmu dan Haura Lang?" Bunda menimpali.
"Benar Bun!" jawabku sedikit menundukan wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH
RomanceTentang aku dan masa laluku yang belum usai, atau bahkan tentang takdirku yang belum juga ku temukan, ini kisahku. [FAITH] ーーーーーーーーーーーーーーーー Aku bergeming menatap tumpukan kertas kerja dan mengeryutkan bibir mengingat bibir tipisnya dengan suara sedi...