00 - Tabungan Relasi

246 19 17
                                    


[Tabungan Relasi] 

"Untuk berinvestasi di hati seseorang, dibutuhkan tabungan relasi yang cukup banyak. Tetapi, jangan sampai kamu membuka tabungan itu dengan sembrono, rugi besar nantinya." 


Wahai kau 
yang kerap tersenyum manis di benakku
berhentilah
agar ku sanggup tidur kali ini... 








Sudah ribuan kali Alarm itu berdering tepat di telinga pria berambut cokelat muda, namun empu nya nampak terlalu bahagia bersama alam mimpinya. Lihatlah, bahkan bisa-bisanya dengan posisi tidur tengkurap ia tersenyum, padahal jelas-jelas saluran pernapasannya akan terganggu dan meningkatkan resiko kematian dini.

"Bang Eyo!" Suara nyaring itu berasal dari depan pintu kamar si pria, telah berdiri seorang anak kecil dengan tas pinguin nya yang sedari tadi sibuk mengetuk-ngetuk pintu dengan penekanan yang cukup keras. 

"Bang Eyo! Adin udah telat ini!" Usiknya lagi, dirinya berusaha menggapai knop pintu dengan menjinjit sedikit, memutar knop pintu yang ternyata tidak dikunci. Bocah laki-laki kecil itu masuk dengan sembarang dan berlari kecil menuju kain sarung cokelat yang bergumul dengan pemiliknya. Ia tarik paksa hingga terdengar erangan kecil dari mulut pria yang digadang-gadang 'Bang Eyo'. 

"Abang! Adin mau dianter abang! Abang bangun dong!" teriaknya lagi menusuk telinga pria itu, Bang eyo bangun dengan setengah nyawanya, megusap wajah yang bahkan cermin enggan untuk memandangnya. Si kecil - Adin, Ia menaiki ranjang dan duduk didepan Bang Eyo -nya. 

Bocah kecil itu merasakan sesuatu yang lembab dibawah tulang keringnya. Raut wajah Adin langsung muram, bisa-bisanya Bang Eyo memasahi seragam sekolah nya pagi ini. 

"Mamah! Bang Eyo ngompol!" 

Cuitan itu berhasil membuat Eyo tersadar sepenuhnya dan mencoba menggeledah pandangan menuju kasur dibawahnya, Ia sedikit mengintip sarung miliknya. 

"Duh Dongo banget Teo!" Racaunya setelah melihat dirinya 'basah' 

Adin langsung melompat dari ranjang Teo, Ia berlari keluar dan ingin melaporkan sang Abang atas kecerobohannya pagi ini. Teo bangkit dan membungkus bagian bawah tubuhnya dengan sarung, Ia keluar untuk bergegas mandi dan pergi kekampus. 

"Mah, tuh liat! sarung nya basah, abang ngompol." Tunjuk Adin kearah sarung Teo, Mamah mengernyit heran, apa benar Teo si sulung yang mgninjak usia 22 tahun masih mengompol? 

"E-engga mah! Teo cuma basah.." sanggahnya langsung berlari kekamar mandi, sang mama hanya mengembungkan pipinya-- menahan tawa. Ia mengusap kepala adin dan menuntunnya menuju meja makan. 

"Abang ngompolnya beda, Din." Bisik mamah terkekeh. 




Adin masih sibuk menunggu sang abang bersiap-siap, ini sebenarnya siapa yang mau sekolah, sih? 

"Abang, Adin telat tau!" Kesal si adik yang kini mengayunkan totebag berisi bekal makan siangnya ke dinding teras. keluarlah yang ditunggu, yang ternyata hanya mengenakan Kaos oblong milik Ayah dan sarung andalannya, ini yang bersih. 

Teo memang tipikal yang sangat suka menggunakan sarung sebagai pengganti celana, menurutnya itu lebih sopan dibanding celana pendek. Kata Ustad di kompleknya juga gitu. Vespa klasik berkarat milik Ayahnya yang Teo keluarkan pun tak lepas dari protes sang Adik. 

LIMA RIBU SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang