06 - Lalu Apa Rencana selanjutnya?

72 12 15
                                    

"Masih mau pura-pura nggak kenal?" 

Rengga menghela napas pelan, Ia berjalan menghindar namun gadis itu tetap mengekorinya dari belakang, membuat ia berhenti dan membalikan tubuhnya, menatap gadis itu dengan malas. 

"Oke, kenalan lagi." 

Seketika gadis didepannya menjabat paksa tangan Rengga, pria itu sibuk menatap tangannya yang digenggam erat. 

"Gue, Liana, anak SMAN 70 Jakarta, temennya Kanaya. Masih lupa?" Ucapnnya santai, Rengga langsung melepas genggamannya, masih menatap gadis bernama Liana dengan penuh keengganan. 

"Lo kenapa bisa disini? Mau apa lagi?" tanya nya.

"Gue emang mau ngampus disini kok. Eh ketemu lo jadi presma, kebetulan banget." Celetuk nya sambil tertawa merendahkan, Rengga masih memandangnya seolah tengah melihat tontonan kebodohan.

"Ga nyangka ya, orang kayak lo bisa jadi presma. haha.." bisa-bisanya gadis itu menggiring tawaannya setelah menyindir Rengga dengan membawa jabatan Presma, konyol sekali gadis ini. Rengga tertawa mendecih dan menarik napasnya panjang kemudian kembali tersenyum manis dihadapan Liana. 

"Tujuan lo kesini kuliah kan? tolong jaga sikap ya.." ucap Rengga setengah berbisik, gadis didepannya merengut kesal karena pria itu tidak bereaksi sesuai dugaannya. 

"Lo yang mesti jaga sikap, jaga nama baik lo, ya." jawabnya membalikkan, Rengga sedikit tersulut karena jabatannya terus di utarakan Liana, untung saja beberapa detik kemudian ada seorang temannya yang datang kepadanya. Liana langsung meninggalkan Rengga dan Rano di sana. 

"Cakep ugha tuh..." tegur Rano, Rengga menggeleng meresponnya. 

"Duh, jangan deh. Kurang waras tuh cewek." 

"waw... ku suka wanita-wanita gila yang agresip gitu" tambahnya membuat Rengga menatapnya jijik, pria itu kemudian melepaskan rangkulan Rano dan pergi menuju belakang panggung. 

Pria itu memutuskan untuk pergi menuju ruang panitia dan segera mengambil tas ransel miliknya, mengganti baju kemejanya dengan kaos hitam miliknya dan langsung rebahan disana, Rengga beralibi pusing sehingga ia dapat beristirahat di ruang istirahat dan tidur disana. Memang kesehariannya hanya tidur diruang diarea kampus, kalau tidak di ruang UKM, Ruang Lembaga paling juga di ruang panitia. Sudah seminggu ini Rengga terlihat sekali memiliki banyak pikiran di kepalanya, bisa dilihat betapa manjanya ia didepan Senja dan kerap mencari gadis itu, padahal selama pacaran ia tipikal orang yang cukup dingin dan cuek terlebih sangat mementingkan serba-serbi organisasinya. 

Sebagai orang rantau dari Sumatera Utara, Rengga selalu memiliki wibawa yang tinggi dan watak yang cukup keras, serta mudah berkomunikasi dengan banyak orang. Itulah mengapa Rengga sangat di idolakan oleh para gadis di kampung orang itu. Dari awal masuk perkuliahan, Rengga selalu dikelilingi gadis-gadis cantik dari berbagai fakultas dulu, sama seperti Teo. Namun, ia tidak pernah berniat pacaran secara serius dengan satu wanita, karena ia selalu teringat pada pesan sang ibu, 

'carilah wanita yang dapat mengendalikan amarahmu, menjadi tempat meneduhmu' 

Menurut dirinya, hanya ada satu yang ia temukan setelah dua tahun berkuliah, seorang MABA lokal dengan rambut hitam sebahunya, tidak terlalu banyak bicara ketika pertama bertemu, dan yang memiliki senyum nya semakin hari kalau dilihat semakin menarik, Junior di fakultasnya. 



Senjara. 



***



"Makasih ya Yo, udah nganterin Senja." tegur Pak Satiman setelah disalimi oleh Teo, Pria yang ditegur kini menegapkan dan memasang senyuman paling bahagia disana, sementara wajah Senja nampak sedikit jijik melihatnya. Setelah itu Teo langsung pergi dan menaiki vespa miliknya. Sang ayah kini merangkul anaknya, membawanya masuk kedalam rumah. 

LIMA RIBU SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang