16 - Dan Akhirnya

81 10 10
                                    

Senja berjalan meninggalkan Rengga yang masih duduk dengan wajah tanpa harapnya, pria sudah menduga dari awal bahwa gadisnya akan bersikap tak acuh bahkan gadis itu ingin bicara dan duduk bersamanya sudah melebihi ekspektasi.

"Nja, bungkusannya ketinggalan." tegur Rengga yang masih duduk, Senja membalikkan badan dengan wajah malasnya, ia menatap sejenak kantong plastik putih yang sudah ia genggam.

"Ambil aja buat minum besok, takut besok haus." Jawab Senja.

Gadis itu memang terlalu baik atau bagaimana sih?

Rengga membuka bungkusan tersebut, namun yang ia lihat cuma berisi satu sachet ukuran besar sunlait rasa jeruk nipis. Rengga sedikit jengkel, nyatanya gadis itu mendoakannya agar cepat pergi dari dunia ini.

"Ck."

Gadis itu baru saja sampai dan masuk kedalam rumah, mood yang semula baik-baik saja tadi pagi menjadi jelek karena kehadiran Rengga di minimarket, benar-benar hal paling random jika Rengga mendatangi rumahnya malam-malam begini. Sang Ibu yang kini duduk diruang tamu sambil mengupas bawang dan menonton TV kini meliriknya, memandangi sang anak yang akan menghampiri dan duduk disebelahnya.

"Kalo nggak ikhlas beli belanjaannya besok besok mamah gausah nyuruh kamu lagi deh." Tegur mamah sarkas, Senja cuma bisa menghela napas dan menaruh plastik belanjaannya secara sembarang. tiba-tiba saja kedua tangan gadis itu melingkar di pinggang sang Ibu dan menaruh dagunya di tulang selangka ibunya.

"Enggak kok, Aku ikhlas banget. tapi tadi aku minjem duit mamah ya, nanti aku ganti."

"emangnya kamu beli apaan?"

"beliin Sanlait."

"Kan mamah udah nyetok buat nyuci piring dibelakang sampe dua biji."

"enggak mah, buat orang tadi.."

"siapa?"

"ada, kebetulan dia butuh jadi aku beliin aja. kasian mukanya.."

"Sejak kapan anak mamah jadi dermawan gini?"

Bukan buat nyuci piring mah, buat di tenggek biar sekalian mati tu orang.

***

"dut.."

Senja tersenyum mendengar suara berat itu disebrang telepon, entah sejak kapan gadis itu jadi sangat bahagia mendapatkan panggilan masuk dari Teo.

"Halo." jawabnya pura-pura dingin. Padahal hatinya sudah menjerit kesenangan.
"Malem banget nelfonnya?"

"Katanya bantu mamah masak, jadi ga mau ganggu hehe"

"Biasanya juga gangguin gatau waktu."

"Ntar marah lagi."

Senja terkekeh, Jadi begini ya Teo kalau lagi bucin?

Sebenarnya Senja ingin cerita soal Rengga yang baru saja berkunjung ke dekat rumahnya, hanya saja nanti laki-aki itu akan marah.

"Yo, boleh cerita?"

"Boleh banget, apa si yang nggak buat enja."

"Hehehe.. nggak jadi deh besok aja kalo ketemu."

"Loh loh? Ko gitu? cerita gaak!"

"Ntar teo marahh:)"

"Kenapa? Rengga ganggu kamu lagi?"

Senja nggak menjawab, artinya itu benar. Wah, denger itu kuping Teo langsung merah.

"Hmm, makanya daripada kamu marah-marah, mending besok aja aku cerita."

LIMA RIBU SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang