10 - Protective Guy Friend

173 11 18
                                    

Senja sedaritadi memandang pantulan dirinya dari cermin yang terletak di dinding kamarnya, Ia menguncir rambutnya perlahan sebelum akhirnya ia berhenti dan menghela napas kasar -- terdengar sangat putus asa. Ia melempar kuncirannya sembarang ke ranjangnya. Moodnya sudah jelek sekali siang ini, Ia sudah serapih ini tapi Rengga membatalkan janji nonton mereka tepat dua jam sebelum film nya tayang.

Rengga memang bukan sekali dua kali membatalkan janji mereka dengan alasan organisasinya, Rengga tidak bohong, memang faktanya pria itu lebih jatuh cinta dengan pekerjaan dan tugasnya sebagai Presma dibanding Senja. Entah mengapa tetapi perasaannya begitu tidak enak karena Rengga bersikap sangat baik kemarin-kemarin, tentu saja Senja merasa keheranan dengan hal itu, Apa pria itu menyembunyikan sesuatu dari nya?

Lagi, Gadis itu tidak ingin menyia-nyiakan dandanannya, ia memutuskan untuk pergi kekampus untuk setidaknya ia menagih bertemu dengan pria itu, Ia benar-benar rindu kepadanya.







"Halo.."

"Halo, Ga? kamu dimana?" tanya Senja, padahal gadis itu sudah berdiri di warung madura dekat Komplek UKM, memperhatikan aktifitas anak-anak UKM tepatnya memperhatikan Rengga yang kini duduk di bangku teras, terlihat sekali kaos hitam polosnya sudah dipenuhi keringat, wajahnya saat mengangkat telfon pun sangat tidak bersahabat.

"Aku udah bilang kan, ada kegiatan beres-beres UKM." jawabnya, terdengar suara helaan napas dari sebrang telfon, bukan suara seperti orang kelelahan - lebih ke orang 'malas' menjawab.

"Kamu kan banyak bawahan."

"Aku gaenak sama temen-temen aku, kan nonton bisa besok-besok.." jawabnya lagi, Senja menatap Pria itu nanar, memang benar Senja melihat Rengga kelelahan dan Senja tidak berhak menghakimi kegiatan pria itu.

"Kamu mau aku bawain makanan nggak ke ukm? ." Tawarnya lagi, setidaknya ia sangat ingin bertemu dengan pria itu.

"Ngga usah repot, Nja. Disini udah ada anggaran konsumsinya kok."

"Yaudah deh, semangat kerjanya." Jawabnya kemudian ia langsung mematikan telfonnya, usahanya untuk datang kekampus nampaknya agak sia-sia, sekarang ia harus kemana dengan dandanan cantik begini?







Daripada jauh-jauh datang ke kampus dan pulang lagi, lebih baik ia pergi ke kosan Yumna.

"Halo, Nja? Kenapa?"

"Lo di kosan nggak? Gue mau tiduran di kosan nih.."

"Yah, gue lagi pulang ke Subang, Nja. Baru banget nyampe nih."

Senja mendesah pelan, "yaudah deh, lain kali ajah."

"Sorry banget nih, orang tua pada kangen ama neng geulis inih." Sahut Yumna di sebrng telepon, Senja tertawa mendecak.

"Ulu ulu... yaudah deh gapapa, bye neng geulis.."

"Okeey.. bye."

Ide pergi ke kosan Yumna juga sudah batal, harus kemana lagi dirinya? Lingkaran pergaulan Senja cukup sempit dan tidak memiliki teman sekadar mengobrol disaat ia tidak ada jam kuliah.

Ia berjalan gontai menuju lingkungan kampus, rasanya kalau untuk kembali kerumah sudah kentang (baca: kepalang tanggung), setidaknya ia ingin menghabiskan satu jam agar tidak terlalu sia-sia keberadaannya.

Gadis itu berakhir di sebuah warung makan karena perutnya tiba-tiba berdemo ria, Ia bahkan tidak sarapan dulu sebelum pergi kekampus karena memang niatnya ia ingin makan bersama kekasihnya yang tadi baru saja menolak ajakannya, sedih ya. Kebetulan Senja dan Ibu warung tersebut sudah saling mengenal, Ya Senja akrab karena Teo mengajaknya beberapa kali kesini sehingga mengira Senja adalah salah satu wanita yang Teo dekati.

LIMA RIBU SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang