13 - Kalender Penolakan Cinta Teo

87 10 9
                                    


"Makasih ya kak, besok-besok nggak perlu nganterin gue pulang lagi. Btw makasih juga catetannya, gue jadi nggak diforum-in"

Liana berucap tatkala Teo membukakan pengunci helm dibawah lehernya, laki-laki itu hanya mengangguk dan menunduk sejenak.

"Thankyou.. gue cabut ya" jawabnya langsung kembali menyalakan motornya.

"Bye"

Teo akui bahwa adik tingkatnya yang satu ini memang dari awal sudah cukup mencurigakan terlebih kesan awal pertemuannya selalu berhubungan dengan Rengga.

Ia jadi kepikiran, Senja sekarang pasti sedang duduk di bis dan jengkel dengan dirinya yang tiba-tiba membatalkan janji untuk pulang bersama.

Kantin Teknik

"Maksudnya?"

Teo berhenti mengunyah karena topik yang dibahas oleh Liana sedikit ambigu.

"Sekarang gue nggak tahu harus apa." Lanjut gadis kuncir kuda tersebut kemudian beralih pada soto ayam miliknya. Apa maksud wanita itu? Orang yang ingin dihancurkan? Orang yang sedang diperjuangkan? Wah Teo tau pasti yang ini adalah dirinya.

"Kalo lo emang sayang sama sahabat lo, jaga dia ya kak. Tolong.."

Lengkungan bibirnya tertarik, ada apa sih sebenarnya dengan MABA didepannya ini?

"Tanpa lo suruh, Udah gue jagain dari jaman orok." Jawabnya bercanda membuat Liana tersenyum.

"Hati-hati ya kak sama Kak Rengga. Mungkin dia emang tulus sama Kak Senja, tapi lo nggak bakal tahu apa yang bakal cowok itu lakuin sama temen lo, kak."

Cewek ini kenapa sih, kenapa seolah-olah dia tahu semuanya? Apa yang sebenarnya dia ketahui dibalik ini?

***

"Kita udahan ya, Jangan temuin aku dalam waktu dekat ini."

Sekiranya itulah pesan yang Rengga dapatkan dari kekasihnya beberapa menit lalu. Pria itu tentu merasa sangat kesal, padahal ia sudah beribu kali minta maaf terhadap kejadian tersebut namun gadis itu tak kunjung mengatakan ucapan 'memaafkan' sedikit pun.

Pria itu mengacak tumpukan kertas revisiannya, melempar kearah tembok kosannya dan berteriak.

"Bangsat!!"

Laki-laki itu langsung menekan kontak senja dan menelponnya, ia tidak tahan dibuat seperti ini, peduli setan dengan revisian skripsinya. seperti yang diduga, pasti gadis itu langsung memblokir kontaknya sehingga tidak ada tulisan ringing pada panggilan telfonnya, Rengga merasa jengkel bukan main karena untuk pertama kali nya Senja mengatakan hal seperti itu padanya.

Ia beralih pada kontak Teo dan langsung menelfonnya,

"Halo." sambut suara berat itu dari sebrang telfon Rengga, sebenarnya Rengga sangat tidak suka untuk menelfon salah satu saingan terbesarnya, tapi mau bagaimana lagi?

"Tolong dong bilangin Senja, buka kontak blokir gue." balasnya tanpa basa-basi.

"Bagus dong." Jawab Teo dengan nada santai, membuat Rengga semakin naik pitam.

"eh bangsat, gue cuma minta tolong bukan cari ribut lagi."

"Bodo amat, urusan kalian gue nggak ikut-ikutan."

nggak lama setelah itu Teo langsung memutuskan sambungan telfonnya sepihak.

Sementara itu, Teo yang baru pulang mengantar Liana kini menjadi gelisah sejak perkataan Liana di kantin dan Rengga barusan. Membuat tingkat kekhawatiran terhadap sahabatnya menjadi sangat tinggi. Ia yang tadinya sudah hampir sampai di depan rumahnya langsung melanjutkan lagi menuju gang rumah Senja.

LIMA RIBU SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang