08 - Bucin dan Bodoh itu Beda Tipis

83 11 5
                                    

Mengingat pesan Teo kemarin, gadis itu jadi berpikir dua kali untuk mengikuti Rengga secara diam-diam ke Internal party. Ya, yang sebenarnya adalah Rengga tidak pernah ada komunikasi untuk mengajak gadis itu ke Internal party BEM, ia hanya mendengar dari Yumna yang memiliki teman anak BEM juga.

Sebenarnya kegiatan ini sudah menjadi Rahasia umum anak-anak kampus dimana BEM selalu mengadakan pesta privat seperti itu. Gadis itu berkali-kali membuka chatroom dirinya dan kekasihnya, sudah seharian mereka tidak mengobrol sekadar chat. memang akhir-akhir ini Rengga jarang menghubunginya semenjak kegiatan, pria itu beralasan untuk fokus pada skripsinya, bukan Senja kalau tidak memiliki sikap curiga pada Rengga. 

Terkadang gadis itu diam-diam lewat ke kawasan komplek UKM dan memeriksa apakah Rengga berada disana, memang benar pria itu nampak selalu memandangi latopnya beserta kertas tumpukan disebelahnya, ingin mengganggu sekadar memberi camilan pun rasanya enggan baginya. 

Internal Party BEM dilaksanakan nantu malam, mungkin masih ada beberapa jam untuk Senja berpikir untuk menyelundup atau tidak. Ah, daripada ia pusing mending sekarang ia mengerjakan tugas minggu lalu. Ah, tapi otaknya sekarang tidak bisa diandalkan, pikirannya mudah sekali terdistorsi hanya karena Rengga, sialan memang pria itu. 

"Dek, turun dong! bantuin mamah masak!" teriak Mama dari lantai bawah, Senja kini bergegas dan langsung menghampiri sang mamah. 

"Mau ada apaan sih, Ma? tumben banget mama masaknya banyak." Sahut Senja melihat sudah banyak panci berisi beragam sayuran dan daging ayam mentah. sang mama yang sibuk mencuci sayuran kini memandang Senja. 

"Hari ini kamu kuliah nggak?" 

"Engga Mah, diliburin, Dosennya anaknya lahiran jadinya kelas diganti minggu depan." jelasnya sambil nyemil wortel mentah yang sudha terpotong kecil. 

"Kamu nggak tahu ya? si Adin adeknya Teo hari ini sunatan."

"Kok mamah yang repot?" 

"Iya mamah mau bantu bikinin sayur sop sama Ayam goreng aja, Abisnya Mama Ina udah keteteran banget. lagipula hari ini cuma syukuran doang, resepsi khitanannya mah lusa." ujar Mama, yah jangan heran deh walaupun mereka berdua beda RT, namanya ngasuh anak bareng-bareng dari kecil jadi apa-apa Mamanya Senja dan Mamanya Teo sudah seperti adik kakak. Senja cuma mengangguk, ia kini mengambil bagian untuk menggoreng ayam. 

Si Poni dengan tubuh sekal itu nampaknya sangat gabut, ia terus membolak-balikkan Ayam yang bahkan belum cukup matang untuk sekadar di balik. 

"Eh! ayamnya nanti ancur." tegur Mama menatapnya kesal, Senja tersenyum dan langsung melepas kendali spatula di tangannya. 

"Mah, nanti malem Senja izin ya mau nginep di kosan nya Yumna, bareng Syla juga."

"Ngapain? pergi sama siapa?" 

"Mau ngerjain tugas Mah, sekalian nemenin Yumna di kosannya." 

"Kalo nggak penting-penting banget nggak usah nginep deh, Dek." 

"Penting banget pokoknya mah, lagian Senja udah 21 tahun masa iya nginep doang nggak boleh sih." 

Mamah nampak menimbang keputusan, ia memandang Senja dengan wajah nya yang penuh pengharapan. 

"Mama bolehin, tapi minta izin dulu ama Ayah." 

Ah, mana mungkin orang se protektif Pak Satiman menyetujui idenya. Apalagi Alasan Senja itu tidak benar alias hanya kamuflase karena ia telah memutuskan untuk pergi ke Acara pesta BEM yang dilaksanakan di Bar. 

"Itu Ayam gorengnya diliatin! ntar gosong!"



***



LIMA RIBU SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang