"Dindingnya udah runtuh, tenang aja, Nja."
"HAHAHAHA, BISA GILA GUA...."
"AKHIRNYA..."
"Gasabar liat besok pagi."
Ya begitulah celotehan Teo yang mengganggu warga rumah, suaranya yang berat dari dalam kamar membuat Mama dan Adin sibuk berghibah di ruang tamu.
"Abang kamu kenapa, Din?" Tanya Mamah, Adin menggelengkan kepala.
"Begitu tuh kalo abis pulang dari rumah Ka Senja, kalo nggak nangis-nangis ya paling loncat-loncat udah kayak orang gila." Balas Adin sibuk mencari channel TV kesukaannya, tidak heran kalau Adin sekarang mulutnya sudah jago gibah, mengingat seberapa besar kontribusi Teo dalam mengurus adik kecilnya itu.
"Perasaan baru kemaren dia ampe sakit gara-gara berantem." tambah Mamah lagi.
Sementara yang dikamar kini sibuk memandang dirinya di pantulan kaca, memperlihatkan senyum selebar mungkin agar mewakilkan kebahagiaannya hari ini. Walaupun hal seperti ini sudah biasa ia rasakan saat menjalin hubungan, entah mengapa sensasinya terasa baru dan amat membuatnya gila sekarang juga.
Iya, setelah dua puluh satu tahun hidup, Mateo Alanda bisa nyium sahabatnya sendiri pertama kali dalam seumur hidupnya.
"Mamaah!!!" Pria itu langsung keluar dari Kamarnya dengan wajah super sumringah, Sang Mama dan adiknya tidak terkejut akan hal itu, lagipula Teo memang sudha terbiasa membuat suara menggelegar saat ada Info penting dalam hidupnya yang harus ia bagikan.
"Teo mau mandi dulu ya.." Sahut Teo lagi yang ternyata keluar dari kamar hanya untuk mengambil handuk dan langsung masuk kedalam kamar mandi.
"Terus mama musti ngapain? mandiin kamu gitu?" Jawab Mama.
"Enggak mah, Teo udah gede, ntar mamah kaget." Teriak Teo membuat Mamanya menepuk jidat, emang anak perjaka yang satu ini mulutnya anti filter-filter sekali.
Sementara itu, di satu rumah Di Blok H3 No.11 Komplek Rajawali, salah satu anak semata wayangnya cuma bisa bengong duduk di ruang tamu nya, melihat kedatangan Ayah dan Ibunya Ia langsung berdiri dan menyapa.
"Tumben amat sendirian Hee? Biasanya suka ngajak Teo sama Adin."
Gadis itu cuma bisa nyengir kuda, dan mengangguk. Terlihat sekali dirinya canggung-canggung salting dihadapan orang tuanya.
"Hmmm... tadi Teo kesini kok mah, numpang makan Mie nemenin Senja, abis itu langsung pulang."
"Nggak sama Adin?" Tanya Mamah lagi, Senja menggelengkan kepala.
"Nggak mah, tadi sekalian pulang ngampus dia."
Mamah cuma memberikan sign O, Senja mengangguk cepat. Tidak bisa membendung kebahagiaannya lagi saat ini, Ia langsung berlari menuju kamarnya.
"Heh, mau kemana kamu?!" Tanya Mamah yang baru saja menaruh tas di sofa, kedua orang tua itu menatap kepergian Sang anak dengan heran.
Si anak kini menutup pintunya dan langsung memutar kunci kamarnya, berjalan menuju cermin dan mencoba menatap pantulan wajahnya disana, maksudnya lebih tepat dibibirnya.
HELL!! dia ciuman sama sahabatnya sendiri?
Senja nggak lagi mimpi kan? Bisa banget Teo kurang ajar gitu!
Eh
Tapi kenapa Seneng ya?
Hehheheehe....
Berulang kali Senja menyentuh bibirnya, mengusapnya perlahan dan menutup mata, mencoba mengingat betapa lekatnya memori kejadian itu di benaknya.
Hatinya berdesir tiap mengingat wajah sahabatnya sendiri, Ini gila! Sebenernya Senja lagi kenapa? Perasaan macam apa ini? Tak mampu membendung akhirnya gadis itu langsung menelpon Syla, Si teman yang memiliki banyak gebetan tapi semua digantungin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMA RIBU SENJA
Teen FictionSenja hanya mampu mengupah lima ribu, untuk jutaan cinta Teo kepadanya. namun Teo mampu mengambil jutaan tawa senja, hanya dengan lima ribu nya. "Yo, liat deh itu manusia, gitu banget ya." "Lah, terus kita apaan, Nja?" "Kita temenan aja, Yo. hehe...