Senja hanya bisa tercengang sejak pagi tadi, siapa gadis itu berani-beraninya nanya hal privasi seperti itu. Yumna dan Syla masih setia menemani dirinya yang duduk di cafetaria. Jam istirahat begini, banyak sekali maba-maba ang menyebar di seluruh area, entah untuk sekadar jajan atau cari perhatian sama kating-kating, hih.
Yumna memasang wajah curiga, jiwa kedetektifannya muncul begitu saja.
"Gua heran, maba-maba sekarang kelaguan banget. dulu jaman-jaman kita mah masih nunduk kalo ketemu senior, ini mah apaan?! jalan main lewat-lewat aja." Ujar Yumna
tiba-tiba saja, Senja teringat akan sesuatu. pasti gadis itu adalah yang menelfon Rengga sewaktu di perpus. Dan kelihatannya Rengga memang kenal sama MABA itu. Apa itu memang teman Rengga? Apa itu mantan nya? Apa itu orang yang dijodohkan mama rengga ? apa itu gebetannya? apa itu selingkuhannya? Duh, kenapa Senja jadi overthinking gini sih.
Selama di Cafetaria Senja sibuk memperhatikan ponselnya, ia menunggu kabar dari Rengga, namun sudah beberapa jam pria itu tidak membalas pesannya. Makin-makin deh verthinkingnya. tak lama, Ia melihat gadis cantik yang baru saja mereka gibahin, putih, tinggi, kaki jenjang, cantik pula. Anak kota sekali. Senja tak mampu menatapnya barang sedetikpun, membuatnya teringat pada rengga. Ya, memang penyakit senja sudah bisa dibilang Posesif, tapi itu hanya karena Senja sangat menyukai sosok Rengga.
Ternyata tidak hanya Syla dan Yumna yang memandangnya sinis, namun beberapa panitia dan kating yang juga mengenal dan ngefans sama rengga menatapnya dengan tatapan yang pengen bikin kabur sekarang juga. Maba itu tidak sendirian, ia bersama teman satu kelompoknya yang juga berisi maba-maba cantik nan songong.
***
Senja menyempatkan diri datang ke belakang panggung PMB, mencari sosok rengga disana. Ia sudha membawakan dua tusuk sosis sapi yang sengaja ia beli di warung bakaran. Gadis betis sekal itu melewati beberapa kerumunan kating yang terlihat mengabaikannya, ia berjalan menuju stand MC. Entahlah, sejak kejadian tadi pikirannya terus negatif. Ia mencari Rengga, tapi nihil, pria itu mungkin sudah sibuk mondar-mandir memeriksa segala kesiapan acara, Senja menghembuskan napas kasarnya, menatap sedih dua sosis bakar yang tidak memiliki pemilik sekarang. Tak ingin menyerah, ia menghampiri salah satu penitia yang nampaknya sedang menganggur dan sibuk memainkan gitar akustik di bangku sofa.
"Bang, liat rengga nggak?" tanya Senja, pria itu menatapnya sekilas dan meng-ohkan pertanyannya.
"Itu, dia tadi dipanggil sama Pak Ajub, ngomongin acara besok palingan. Ceweknya ya?" Jawab laki-laki itu bername tag Adit, Senja cuma mengangguk dan merasa sedikit kecewa. Adit melirik sosis bakar yang gadis itu bawa, aroma sosis bakar kafetaria memang tidak ada banding di kampus ini.
"Uwu, mau bawain sosis ya buat Rengga. Kayakya dia udah kenyang deh, makan sama panitia lain tadi. mending sosisnya gue yang makan. kesian tuh."
"Yee, beli dongg, cuman lima ribu juga." jawab Senja segera menjauhkan mika berisi sosis itu dari Adit, membuat pria itu memasang wajah jengkel.
"Lo taro di sini aja, ntar gua kasih rengga deh."
"Tapi satunya buat gue, itung itung ongkir.""Nggak deh bang, makasih. hahaha.." Senja meledeknya kemudian gadis itu pamit pergi dan kembali menuju fakultasnya. hari ini ia ada matakuliah jam 2, Syla dan Yumna juga sudah mengabari bahwa dosennya akan segera tiba. Tak lama senja pergi, Teo datang dan duduk disamping Adit, gangguin Adit main gitar dan mengambil alih gitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMA RIBU SENJA
Genç KurguSenja hanya mampu mengupah lima ribu, untuk jutaan cinta Teo kepadanya. namun Teo mampu mengambil jutaan tawa senja, hanya dengan lima ribu nya. "Yo, liat deh itu manusia, gitu banget ya." "Lah, terus kita apaan, Nja?" "Kita temenan aja, Yo. hehe...