Bulir bulir air mata billy terus saja menetes tanpa memgeluarkan suara, dirinya sedari tadi duduk di samping sebuah bankar rumah sakit yang diatasnya terdapat malaikat yang begitu cantik.
Bintang , kalvin, derlia, martin dan cici sedari tadi sudah memberitahu billy untuk berangkat sekolah,namun billy tetep keukeuh duduk di sana, sudah 4 hari semenjak caca belum sadar billy belum pernah pergi ke sekolah, dirinya sibuk menangisi caca yang terbaring seperti mayat di sana, sambungan kabel kabel pada komputer di pinggir bankar yang melekat di tangan caca, alat pembantu nafas yang menempel di hidungnya, juga sebuah alat di dadanya yang selalu mengeluarkan lampu berkelap kelip berwarna merah.
"Bunda kenapa kalo cuman kena bola, memang bisa sampe ga sadar lama begini?!" Isak billy.
Itu sebenarnya yang menjadi pertanyaan bintang, selama 2 hari ini pertanyaan itu yang mengganjal jika hanya 2 hari belum sadar itu masih wajar tapi ini sudah menjelang 4 hari, belum ada pergerakan sedikitpun dari caca, namun bintang selalu menyembunyikan itu, agar yang lain tak hawatir, terutama billy dan cici.
"Nggak kok sayang, nanti caca sadar kok!!" Ujar bintang merengkuh kepala billy.
"Ya, nanti aja dia sadar kok!!" Ujar kalvin.
"Kalian terus bilang gitu aja, tapi apa, selama ini ga ada tuh sadar caca nya!!" Pekik billy
"Nggak billy, diem!!" Cici menarik tangan billy untuk dia peluk, billy langsung berbalik dan dalam satu langkah sudah berada di pelukan cici.
Memang akhir akhir ini, cici lah yang selalu bisa menenangkan billy kalau begini.
"Diem, diem, jangan nangis!!" Gumam cici di telinga billy sambil mengelus sayang tengkuk billy, bahu billy masih bergetar karena sesenggukan menangis.
Kretekk......
Semuanya berbalik ke arah bankar caca, karna terdengar suara besi bankar yang dipukul dengan sengaja.
Mata billy langsung mengembang dan mendorong cici, billy berlari ke bankar caca, berdiam dlu sebentar, menunggu respon caca yang matanya setengah terbuka.
"Caca!!" Lirih billy.
Caca hanya mengangguk lemah, dalam sekejap, tubuh billy sudah merengkuh tubuh caca yang masih lemas, bahkan belum membuka matanya sempurna.
Caca menggeleng, memberikan sedikit gerakan yang bisa dirasakan billy, billy mengangkat tubuhnya lalu menatap caca.
"Kenapa?" Tanya billy bingung.
"S-sakit!!" Lirihan dibalik alat bantu pernafasan caca, samar samar didengar billy.
Membuat bintang menyunggingkan senyum manisnya itu, lalu menghampiri caca.
"Sialan lo, liat nih, bikin anak orang nangis mulu dari 4 hari, gegara lo ga sadar!!" Ujar bintang, caca lalu menolehkan sedikit kepalanya melihat mata indah billy yang juga menatapnya.
Caca merentangkan tanganya pada bintang, mengisyaratkan bintang untuk membantunya duduk di bankar, walau masih lemas, bukan caca namanya kalo dia hanya lemah karena sakit.
Caca kembali merentangkan sedikit tanganya pada billy, karena dia tak bisa merentangkan lurus tanganya yang masih tersambung selang dan kabel.
Billy berjalan pelan, menyerbu tubuh caca pelan, karena takut caca akan kesakitan.
"C-caca, m-minta m-maaf, billy s-sayang!!" Caca masih berusaha keras untuk berbicara sambil memeluk billy, bahkan dia sampai memejamkan matanya, membuat billy mendengar suara caca sangat kecil, bahkan membuat cici yang kepo mendekatkan telinganya.
"Billy yang minta maaf, gara gara billy caca jadi gini gara gara caca nyelamet.......
Caca membekap mulut billy dengan tangan lemahnya.
Lalu menggeleng lemah tanpa suara."Billy,n-nggak s-salah!! Lirih caca
Billy memajukan bibir bawahnya sambil menatap caca.
"Caca kenapa sih, sakit tenggorokan ya, kok ngomongnya gitu sih, udh ga jelas, kecil lagi suaranya!!" Protes billy, membuat caca memutar bola matanya, bagaimana dalam kondisi seperti ini dia bisa berteriak seperti biasanya pada billy🙄🙄.
"Heh, billy, namanya aja orang sakit, lemah tubuhnya sayang, makanya susah, buat ngapain aja susah!!" Ujar derlia.
"Billy sakit nggak tuh, biasa aja!!" Gumam billy.
"Lah begok, sakit lo biasa, cuman panes doank, huh...susah gw jelasin sama lo deh!!" Ujar cici.
"Caca menarik narik tangan billy pelan, kerena tidak bisa bicara maka dia menarik tangan billy pelan.
"Kenapa?" Tanya billy.
Caca menunjuk pipi sebelah kanannya dengan tanganya, lalau setelahnya dia menunjuk bibir ranum milik billy dan kembali menunjuk pipi sebelah kanannya.
Bintang tersenyum dibuatnya, sedangkan billy?, percayalah, dia sedang malu sendiri melihat caca.
Billy menatap bintang, lalu bintang mengangguk sambil tersenyum jahil, lalu billy kembali menatap caca, dan diberi senyuman tipis oleh bibir kering dan pucat caca dari balik alat pembantu nafas itu.
Dengan cepat billy menyambar pipi caca, dan menariknya kembali, caca tersenyum lalau dia mengambil hpnya yang berada di meja nakas samping, mengetikan sesuatu entah apa itu.
Setelah selesai mengetik, caca langsung menunjukan layar hpnya kepada billy.
"Udh lama banget ya ga cium billy, caca tuh kangen sama bibir manisnya billy, tapi sayangnya caca make oksigen, jadi ga bisa cium di bibir deh, padahal caca mau loh, kalo caca udh sembuh, cium di bibir ya, bibir billy itu manis banget, kayak permen, jadi candu❤❤💋😂😂😘"
Setelah membaca itu, kalvin dan bintang tertawa terbahak membuat billy mengerucutkan bibirnya.
"Kalo ga bisa ngomong ga ush ngomong, billy malu!!" Gumam billy pada caca.
Caca dengan cepat menarik satu tangan billy lalu menyatukan pipinya dengan pipi tirus billy, karna bibirnya tertutup alat oksigen.
Salam pena
Ayuk.kd
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Boy 《PROSES PENERBITAN》
Teen Fiction"lo kayak anak anak, gemes gw sama lo!" Dia pacar gw, gw sama dia emang ga nyambung, gw bastard, tapi dia? Dia hanya cowok polos yang bakalan nangis kalo dimarahin. Dia emang beda sama gw, tapi dia, dia yang selalu bisa ngertiin sifat keras gw, dia...