Ini adalah pernikahan ketiga yang kujalani. Namaku Ratih usiaku kala itu 38 tahun. Berawal dari perjodohan oleh kakak iparku di kampung, aku yang merupakan janda beranak satu tidak menolak saat dijodohkan dengan Kamal yang juga duda beranak satu tapi si anak ikut dengan mantan istrinya. Kamal tinggal di kampung sebagai penyadap karet milik iparnya, hasil sadapan getah dibagi dua dengan pemilik kebun karet.
Sementara aku yang sudah belasan tahun hidup di kota bekerja sebagai tukang cuci dan setrika, kadang bantu bersih bersih rumah dan mengasuh anak. Semua kukerjakan demi memenuhi kebutuhan hidupku dan anakku Raja yang saat itu sudah berumur 12tahun. Dua kali menjanda membuatku tidak terlalu mempermasalahkan pekerjaan dan latar belakang Mas Kamal yang akan menjadi suamiku. Aku berharap hidupku bisa menjadi lebih baik jika bersama dengannya nanti.
Singkat cerita kami pun menikah dan aku memutuskan pindah kekampung untuk tinggal bersamanya. Hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, setelah menikah sementara aku tinggal dirumah orang tua ku yang juga hidup dalam kukungan kemiskinan. Mas Kamal mengajakku pindah karena tidak nyaman hidup seatap dengan adikku yang juga sudah berkeluarga dirumah itu.
Lalu dibangunlah pondok oleh Mas Kamal di lahan kebun karet yang diurusnya. Pondok kecil berlantai tanah dengan atap rumbia dan dinding papan dilapis plastik itu pun selesai dengan kondisi seadanya. Kucoba berlapang dada menerima keadaan yang sungguh diluar perkiraanku sebelumnya. Tak apalah sementara tinggal digubuk ini, setidaknya aku berbahagia dengan suami yang menyayangiku dan anak bawaanku.
Awal-awal pernikahan aku merasa beruntung, ditengah keterbatasan perekonomian kami, Mas Kamal tampak sangat menyayangi Raja, bahkan saat Raja demam, Mas Kamal rela menggendong Raja sampai tertidur. Aku terharu melihatnya, sejak kecil Raja tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah yang utuh seperti sekarang.
Setahun berlalu aku hamil, kehamilan yang sudah lama kunantikan sejak kelahiran Raja 13th lalu. Namun karena umurku sudah hampir 40tahun, kehamilan itu terasa sangat berat. Dengan beban kerja yang harus kujalani setiap hari, aku benar-benar merasa lelah luar biasa. Pagi sesudah subuh, aku sudah ke kebun membantu Mas Kamal menyadap getah sampai jam 9. Selesai menyadap getah aku mencuci pakaian dengan menimba sumur yang sudah belasan tahun tak pernah kulakukan selama tinggal dikota. Memasak menggunakan kayu bakar, Ya Tuhan..aku merasa berada dimasa peradapan kuno kembali. Tapi itulah hidup yang kujalani..setidaknya aku bersyukur, pernikahan kali ini aku benar benar menjadi satu-satunya istri dan tidur bersama suamiku setiap malam. Tidak seperti pernikahan pertama dan kedua ku sebelumnya.
Next??
Part berikutnya akan diceritakan perubahan sikap Mas Kamal setelah Ratih melahirkan. Dan pernikahan pertama dan kedua yang dijalani Ratih dengan penuh air mata dan kepedihanIni adalah curhat dari seseorang yang sudah saya kenal bertahun-tahun
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ketiga (TAMAT)
RomanceBukanlah hal yang diinginkan Ratih menikah hingga 3 kali. Dengan berbagai masalah yang dihadapinya disetiap pernikahan. Kesedihan demi kesedihan dialaminya dalam menjalani rumah tangga. Itulah realita hidup, tak selamanya berakhir bahagia. Tak sepat...