"Riaaan.." Gee sudah berada di depan rumah Rian Sabtu itu, tidak ada jawaban. "Masih pada tidur atau gimana sih ini," gumam Gee. Ia duduk di samping kolam ikan di halaman depan rumah Rian, ia menyentuh permukaan air kolam yang dingin, ikan berlarian ke sana ke mari.
Butuh empat puluh lima menit naik ojek dari rumah Gee ke situ, sekarang ia bingung harus apa, yang ia lakukan hanya duduk menatap kolam dengan hening. Lima menit kemudian datanglah Rian dari luar.
"Woi! Dari tadi lo di sini?" tanya Rian sambil membuka gerbang dan melepas tas sekolahnya, gerbang besi berteriak lirih seiring Rian mendorongnya. Rian lima sentimeter lebih pendek daripada Gee, rambutnya lurus dan poninya rata, ia memakai baju polo belang-belang hitam putih.
"Iya nih gue dari jam delapan bro," jawab Gee, mereka berjabat tangan, Rian mengelap tangannya yang basah setelah bersalaman dengan Gee ke celananya.
"Gila, tau sendiri gue masih di sekolah."
"Rumah lo sepi amat, gue kira ga bakal bisa sepi loh," Gee mengintip ke dalam jendela hitam. Rumah Rian terlihat sepi dan gelap. "Pada ke mana sih?"
"Ya pada ke luar lah, yuk ah masuk," ajak Rian, ia mengambil tasnya dan masuk ke rumah, mereka naik ke atas, ke kamar Rian.
Di dalam kamar Rian yang penuh poster rapper Amerika ini mereka duduk santai, kamarnya sama besarnya dengan kamar Gee, dua kali tiga meter, hanya cukup untuk kasur, lemari, dua gelas sirup dingin, dan beberapa butir kue di dalam kaleng.
"Eh Yan, waktu dijemput papah mamah gue ya kemaren, gue ditanya sesuatu, tau ga gue ditanya apa?" tanya Gee.
"Apa? Kalo lo balikan lagi sama Syila?" jawab Rian asal. Syila adalah teman sekelas mereka saat SD, Gee kenal Syila sejak ia kelas empat, Syila anak baru kala itu, lalu dua tahun kemudian mereka berpacaran, lalu putus satu tahun setelahnya, sebelum Gee masuk SMP tepatnya, masih terasa sakitnya di hati Gee diputuskan lewat SMS saat ia sedang bermain Play Station bersama adiknya.
"Weeeh asal amat! Masa lalu mah biarlah masa lalu," jawab Gee. "Jadi gini, gue ditawari sekolah di luar negeri sama ortu gue."
"Trus?"
"Ya gue gamau lah, mana enak ninggalin kota ini, beratnya lagi gue nanti jauh dari lo."
"Jauh dari Muadz juga ya?"
"Nah iya, kalian berdua kan sahabat gue.." Gee meminum sirup jeruk yang es batunya sudah lenyap, gelasnya dingin berembun, membuat lantai sedikit basah.
"Hajar aja sih Gee, kalo gue jadi elo ya, gue mah bakal ambil tuh kesempatan, lagian asik juga kan ada hal baru yang terjadi dalam kehidupan kita?"
Gee menatap wajah sahabatnya itu. "Tapi gue bego Yan, gimana kalo ga keterima?"
Rian memukul kepala Gee pakai kaos kaki yang habis ia pakai. "Heh! Begoan gua kali, yaudah lah sini gue aja yang berangkat, lagian pusing gue sama pelajaran Pak Dani."
"Serius lo?" tanya Gee.
"Lo mau ikut gak? Bukannya lo stres juga ya sama pelajaran Bu gendut?"
"Iya juga ya, asik kali kalau bisa bebas dari Matematika, yuk lah ambil kunci motor lo, kita ke rumah gue sekarang," Gee meneguk habis minumnya dan bangkit dari duduknya, Rian mengambil kunci motor yang menggantung di tembok.
"Let's goo!" teriak Rian riang, remaja seperti mereka berdua memang penuh spontanitas.
Setengah jam kemudian, mereka sampai di rumah Gee, sebuah rumah sederhana yang halaman depannya dihiasi oleh pohon belimbing dan beberapa tanaman kecil di dalam pot, tidak ada yang spesial dari rumah dua tingkat dengan garasi di depannya ini kecuali perpustakaan dan sanggar menulis di halaman belakangnya, Papah Gee yang mengurusnya, tapi Gee kurang aktif di situ dan lebih asik dengan kegiatan rapnya bersama Rian dan kawan kawan Hip-Hop Serang, entah apa itu kegiatannya, yang penting kumpul, kadang bisa sampai larut malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/188770108-288-k787845.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Mati Di Abu Dhabi
Fiksi UmumSeorang remaja bernama Gee berangkat ke Abu Dhabi meninggalkan keluarga dan kekasihnya tercinta, di sana ia bertemu berbagai macam persoalan hidup yang tak pernah selesai. Update setiap malam Minggu!