Matahari menggantung tepat di atas sekolah menengah pertama Naba Darp yang terletak di daerah Tak-Takan kota Serang. Panasnya membuat semua murid enggan keluar asrama setelah makan siang, bahkan burung pun enggan keluar!
Termasuk Gee yang hanya tidur-tiduran di asrama tingkat dua itu, kipas angin tak berhenti menoleh ke kiri dan kanan. Dari sepuluh murid yang menempati kamar itu, hanya dua orang yang terbangun: Gee dan Muadz. Mereka berdua dapat jadwal piket Kamis itu, Gee sudah duluan selesai menyapu dan mengepel bagian dalam kamar bertembok biru ini.
Gee menoleh ke luar, Muadz yang mengenakan kaos bola Manchester United itu masih menyapu bagian balkon asrama tak mau melewatkan bagian kotor apapun. Beda dengan Gee yang tak peduli dan ingin selesai cepat-cepat.
Gee mengambil bantal dengan sarung motif coklat bergaris merah dan menaruhnya di atas lantai dekat dengan kipas lalu tidur di atasnya. Ia masih memakai baju koko yang ia pakai saat shalat Dzuhur sejam yang lalu. Baru saja ia mau memejamkan mata, ponselnya tiba-tiba bergetar.
Gee mengambil Samsung Champnya dengan kesal, ternyata ada pesan baru dari nomor tak diketahui. Ah elah! Siapa sih ganggu aja! kesalnya dalam hati.
"Assalamu'alaikum, maaf ganggu.. Ini kak Gee?" kata orang tak di kenal itu di SMS. Begitu melihat isi pesan yang sangat sopan itu, rasa kesal karena waktu tidur siangnya diambil seketika hilang. Sejak pertama kali ia punya ponsel, tak pernah ada yang mengirim pesan dengan salam dan tanda baca yang baik dan benar seperti yang barusan ia dapat ini.
Menarik.. pikirnya. Semua pesan dari teman-temannya pasti dalam bahasa planet lain, terlalu sulit untuk dijelaskan.
Ia menebak-nebak siapa orang ini. Kelihatannya orang ini adik kelasnya yang baru saja masuk sekolah minggu lalu. Kini Gee sudah kelas delapan, ia sekarang sekelas dengan Rian. Sahabatnya itu tinggal di kamar bawah sedang terlelap.
Gee melihat sekeliling, teman-temannya knocked out semua. Mungkin Muadz tahu siapa ini, pikirnya.
"Woy Mu! Tau ga ini nomor siapa?" tanya Gee sambil mengeluarkan kepalanya ke jendela asrama jenis awning yang engsel di atasnya sudah hampir lepas.
"Apaan? Ntar ah lagi sibuk nih!" jawabnya cuek tanpa menoleh sama sekali. Ada pel di tangannya, ia berjalan mundur--sangat fokus. Gee kembali ke tempat nyamannya, ia tengkurap beralaskan bantal yang ia lipat dua sambil melihat kembali pesan yang tadi. Tombol reply ia tekan.
"Wa'alaikumsalam.. nggak kok nggak ganggu, ini siapa emang??" jawab lelaki tiga belas tahun ini. Satu menit kemudian ponselnya bergetar kembali. Wih cepet amat jawabnya, nggak ngantuk apa ini anak... kata Gee dalam hati, ia membuka pesannya.
"Oiya lupa ngenalin diri maaf.. Aku Rey, tau nggak?"
Rey? Bukannya adiknya Muadz ya? pikir Gee.
"Orang ND juga?" tanya Gee--pura pura tidak tahu. Pesan singkat mereka terus berjalan.
"Iyaa, masa mas Muadz nggak pernah cerita sih? Aku adiknya.."
"Ooh kamu adiknya Muadz toh hahaha, salam kenal ya Rey."
"Salam kenal juga kak, kakak lagi apa??"
"Lagi tidur tiduran aja nih, panas euy di luar, kamu lagi apa? Udah makan belum?"
"Sama, lagi tidur-tiduran, udah kok tadi makan ikan lele hehehe, iya nih panas jadi males keluar."
"Kakak kamu mah rajin tuh dari tadi masih ngepel," Gee menoleh ke belakang, bermaksud melihat apakah Muadz sudah selesai.
Ternyata Muadz sedang jongkok di belakangnya--nyengir.
"Kayaknya saya tau tuh lagi SMSan sama siapa.." katanya sambil berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Mati Di Abu Dhabi
General FictionSeorang remaja bernama Gee berangkat ke Abu Dhabi meninggalkan keluarga dan kekasihnya tercinta, di sana ia bertemu berbagai macam persoalan hidup yang tak pernah selesai. Update setiap malam Minggu!