"Bersiap untuk take-off," kata pilot dari speaker pesawat. Gee melihat ke jendela: pesawat mulai melaju kencang melintasi runway bandara.
Setelah bergetar sedikit akhirnya pesawat ini sudah melayang ke udara. Kepala Gee sedikit pusing karena take off. Tapi pusingnya seketika hilang saat melihat pemandangan di jendela. Tanah Banten yang disinari matahari senja itu semakin terlihat mengecil, Gee terpukau. Akan cocok sekali rasanya jika ada secangkir kopi.
"Gee!" Farhan menepuk lengan Gee. Gee yang sedang melamun memerhatikan daratan terkejut.
"Ah! Iya ada apa?" kata Gee.
"Lanjutin dong cerita yang tadi."
"Aih iya ya, gue sampai lupa. Sori sori, gue kebiasaan kaya gitu tuh ga bisa konsen ke satu hal."
"Wah lo kena ADHD kah?"
"ADHD apaan dah?"
"ADHD tuh singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, jadi lo kayak susah fokus gitu tuh."
"Wah, masa iya gue gitu?"
"Tadi buktinya? Udah lah lo cerita aja buruan."
"Oke, jadi ceritanya begini," kata Gee, ia membenarkan posisi duduknya dan melanjutkan ceritanya:
"Jadi, ada seorang perempuan kelahiran dua puluh empat Desember. Tahun kelahirannya pun sama kayak gue: 1999. Namanya Shinta, Shinta Maharani. Dari artinya sendiri, Shinta adalah kebahagiaan. Tapi arti namanya ternyata tak sesuai dengan kisah hidupnya. Hanya arti nama belakangnya yang sesuai dengan kehidupannya."
"Maharani? Emang artinya apa?" tanya Farhan.
"Permaisuri," kata Aziz memotong.
"Ya benar sekali," kata Gee. "Shinta ini diperlakukan seperti seorang ratu di rumahnya. Gadis cantik ini tak punya adik ataupun kakak. Ia sangat disayang oleh keluarganya. Ayah dan ibunya adalah seorang arsitek ternama di Jakarta. Meskipun hartanya melimpah, orang tuanya jarang sekali ada di rumah. Shinta hanya ditemani pembantunya sejak kecil, Mbok Asti."
"Trus, trus?" kata Farhan penasaran.
"Trus nabrak deh!" Gee bercanda.
"Ah serius, Gee!"
"Terus pada suatu hari Ibunya Shinta menjemput anaknya pulang sekolah sore itu. Ya Shinta senang lah pasti di sela-sela kesibukan pekerjaan, Ibunya masih menyempatkan diri menjemput anaknya. Mobil Range Rover putih itu membuat semua murid tempat les di kota Serang kagum."
"Lo ngeliat, Gee?"
"Iya lah, gue mah udah sering naik mobilnya. Tapi mobil Range Rover yang satunya, yang warna hitam, supirnya yang bawa. Nah jarang-jarang tuh Ibunya sendiri yang jemput sore itu sepulang les." Kata Gee.
"Buset ada dua mobilnya," kata Farhan.
"Nah, si Shinta masuk mobil kan sambil ngucapin salam, Ibunya cuma jawab tanpa nengok sama sekali ke anaknya, malah sibuk ke layar hpnya gitu," kata Gee.
"Wait, kok lo bisa tau ceritanya sih? Lo kan gak ikut waktu ibunya jemput!" Farhan memrotes.
"Lo motong-motong cerita gue mulu deh, si Shinta kan temen deket gue. Kita dulu sering banget ngobrol, dia kalau ada apa-apa curhatnya ke gue. Dengerin aja makanya!" Gee kesal.
"Nah si Shinta cerita tuh waktu itu katanya di mobil. Ibunya nggak ada sama sekali nanyain apa-apa ke anaknya. Shinta yang tadinya udah seneng karena dijemput malah jadi bad mood.
"Si Shinta kesel lalu akhirnya manggil Ibunya: 'Bu!' gitu kan. Eh si Ibunya malah nanya gini: 'Apa? Kamu butuh duit lagi kah? Berapa?' gitu coba! Ya makin galau deh si Shinta, wong cuma pengen ngobrol aja kok aslinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Mati Di Abu Dhabi
General FictionSeorang remaja bernama Gee berangkat ke Abu Dhabi meninggalkan keluarga dan kekasihnya tercinta, di sana ia bertemu berbagai macam persoalan hidup yang tak pernah selesai. Update setiap malam Minggu!