Sebuah Berita (Lagi)

19 1 0
                                    

Gee semakin dekat dengan Rey, tak ada hari tanpa pesan dari Rey, begitu juga dengan gadis sebelas tahun itu, tak ada satu hari pun tanpa pesan dari Gee. Perasaan mulai tumbuh seiring mereka mengetik huruf per huruf. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang berani mengungkapkan perasaan, yang ada hanyalah rasa sayang dalam bentuk kode, contohnya Gee yang selalu mengingatkan Rey makan setiap hari.

Seperti saat bulan Ramadhan Juli itu, mereka hampir setiap sahur dan buka puasa bertemu di kantin sekolah dan duduk berhadap hadapan, meskipun dari jauh tapi yang penting mereka bisa melihat satu sama lain, dan Gee tidak pernah absen mengucapkan selamat berbuka puasa lewat SMS, begitulah, Gee hanya ingin membuat Rey tahu bahwa dia sayang dan peduli.

Tapi, kode Rey berbeda, dan bodohnya Gee tak bisa menangkapnya.

"Syila itu siapa?" tanyanya tiba tiba pada suatu hari.

"Mantanku, kenapa memang?" jawab Gee cuek.

"Oh. Kok ga pernah cerita?"

"Ya kamu nggak pernah nanya, lagian masa lalu sih gausah dibahas."

"Oh. Y." balasnya 'agak' cuek, sejak Rey mengetahui tentang Syila, Rey mulai banyak cueknya, Gee kebingungan tapi tetap memertahankan perhatiannya. Semua semakin parah sejak Gee dijemput adiknya untuk pulang lebih awal Jum'at sore itu di sekolah Naba Darp.

"Tunggu dulu ya, mau ngambil barang di asrama." Kata Gee ke Nur, adik bungsunya yang masih kelas dua SD, adiknya memakai seragam hijau dari atas sampai bawah.

"Oke, dede main ke asrama perempuan ya ke tempat Teteh, nanti Aa ke situ aja ya," katanya, lalu ia berlari ke asrama dengan riang. Gee berjalan ke asrama. Tunggu, pikirnya, Rey kan ada di situ.. Gimana kalau nanti Nur cerita yang aneh aneh?

Ternyata benar, saat Gee sedang membereskan barang barang dan memasukkannya ke dalam ransel hitamnya, Nur sedang bermain dengan anak-anak perempuan di asrama mereka, Rey ada di situ, teman-temannya iseng menggoda Nur.

"Eh Nur, tau nggak?" Tanya Ayu ke Nur.

"Apaan?" tanya Nur balik.

"Kakakmu suka Rey lho."

Rey kaget, matanya melotot ke arah Ayu, teman sekelasnya yang mengenakan kacamata. Nur melihat ke Rey sambil menaikkan alis.

"Nggak mungkin." Kata Nur, Rey menoleh ke anak kecil itu.

"Kenapa memang?" tanya Rey, penasaran.

"Kakakku itu punya pacar namanya Syila, aku tau dari adiknya yang satu kelas sama aku, jadi nggak mungkin kalau kakakku suka sama kamu." Jawaban Nur bagaikan pisau yang menusuk hati Rey, pembicaraan mereka berakhir di situ karena Gee terlihat berjalan ke arah asrama perempuan.

"Nah itu Aa udah datang, Nur pulang dulu ya." Pamitnya polos.

Selama sepersekian detik, mata Gee bertemu dengan mata Rey. Rey langsung pergi ke kamar, Gee merasa ada yang salah, sesuatu telah terjadi. Tanpa sempat melakukan apapun, Nur menarik tangan Gee dan berjalan ke arah mobil.

Tanpa Gee ketahui, di dalam kamar, Rey menangis, membasahi bantal. Ayu mengelus-elus punggunya menenangkan.

"Hei aku pulang dulu ya, kamu kenapa? Kayaknya ada yang salah.." Gee mengirim pesan dalam perjalanannya pulang, Rey tak membalas.

Mobil APV itu terus melaju meninggalkan lapangan parkir Naba Darp, lagu Sandiwara Cinta oleh Nike Ardilla diputar oleh supir keluarga Gee.

Mengapa kau nyalakan api, cinta dihatiku..

Membakar jiwa yang merana..

***

Sesampainya di rumah, Nur langsung berlari ke rumah temannya untuk bermain, Gee berjalan ke arah orang tuanya yang sedang duduk di samping meja makan di teras belakang rumahnya, yang satu menikmati teh, yang satunya lagi membaca koran hari itu, tak banyak dialog yang terjadi tapi atmosfir cintanya begitu terasa. Gee menyapa mereka dan mencium tangan mereka.

Aku Mati Di Abu DhabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang