.
.
.
.
.
Terimakasih buat kalian yang selalu tulus menunggu ❤️
Semoga dunia real kalian selalu bahagia ❤️Suasana sarapan diruang makan keluarga Mahendra benar-benar hangat dan ramai. Seperti biasanya.
Sebenarnya biasanya selalu kayak begini. Maksudnya ada mama, Krista dan Jesika. Kalo pas papa lagi di Bogor ya ikut, kalo gak yaudah peserta tetapnya ya ketiga wanita itu ditambah Jeffrey. Itupun kalo Jeffrey menginap dirumah. Dia tuh lebih cinta kosan soalnya.
Jadi harusnya Jeffrey biasa aja dengan keadaan biasa ini.
Tapi nyatanya Jeffrey gak bisa biasa dan gak bisa tenang. Ya alasannya sih karna keberadaan Lisa dirumah dia. Atau tepatnya karna Lisa ada dirumah dia tapi gak ikutan sarapan sama mereka.
Kata Krista sih Lisa tadi udah bangun. Tapi dikamar doang gara-gara dilarang mama buat keluar. Mama nyuruh Lisa istirahat total beberapa hari ini, dan gak boleh turun dari ranjang kecuali buat ke WC.
Jeffrey kecewa. Tapi mau bagaimana lagi? Ini demi kebaikan Lisa juga.
Cuma ya gak bisa bohong juga, Jeffrey pengen lihat Lisa pagi ini. Ya dia udah bela-belain gak balik ke kosan tapi gak ketemu Lisa, ya mengecewakan.
Tapi gak benar-benar kecewa juga sih. Toh dia semalam bisa tidur dengan senyuman karna fakta Lalisa yang menginap dirumah dia, dibawah atap yang sama dengan dia, dan karna ucapan terimakasih disertai senyuman manis dari cewek itu semalam.
Iya, semalam Lisa manggil nama Jeffrey buat nerima sendiri ponselnya dan ngucapin terimakasih langsung ke Jeffrey. Dan hanya karna fakta sederhana itu, Jeffrey nyaris gak bisa tidur semalam.
Cuma ya pagi ini, gak seperti yang dia harapkan ketika dia bangun dengan semangat dan bersiap-siap dibalik pintu kamar dia.
Ya, mau gimana lagi. Demi kesembuhan Lisa.
"Lama amat sarapannya Jef. Gak takut telat? Udah jam tujuh loh" Jeffrey ngangkat wajah dia yang tadinya nunduk dan cuma natap kedalam piring berisi bubur ayam yang dia makan.
"Ehm gak sih mba, kuliahnya jam 8.30 kok" jawab Jeffrey pelan ke Krista yang natap dia dari ujung meja sambil ngunyah apel.
"Gak biasanya" Jeffrey menoleh karna gunaman mamanya yang nanggapin jawaban dia buat pertanyaan Krista tadi.
"Gak biasa apanya ma?" Tanya Krista penasaran ke mamanya. Emang gitu deh Krista, cantik, dingin, mukanya jutek, tapi telminya jilid empat.
Mamanya Jeffrey berdehem kecil lalu letakin gelas air putih yang tadi dia pegang ditangan kanan.
"Ya gak biasa aja Jeffrey jam segini masih betahan dirumah. Biasa juga kuliah jam berapapun dia bakal tetap pagi kan?" Jeffrey terdiam natap mamanya.
Mamanya gak ada ekspresi yang gimana-gimana sih. Tapi kok rasanya Jeffrey kayak diledekin ya sama mamanya?
"Eh iya juga ya. Kok kamu gak buru-buru sih pagi ini?" Tanya Krista setelah sekian detik berpikir dengan keras mencerna pernyataan mamanya tadi. Jeffrey gak berhasil menjawab karna Jesika, kakaknya yang paling tua dan sedingin kulkas itu udah nyela.
"Kayak gak ngerti aja sih Kris" senyuman tipis terbit Jesika setelah perkataannya tadi.
"Mba kamu aja peka, kamunya enggak. Pantesan aja Jaden mesti nunggu dua tahun buat kamu." Jesika lebih dahulu melepas tawanya diikuti mamanya. Krista naruh apel yang udah dia makan setengah kembali ke piringnya dengan wajah cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING]SERI-A (JAEHYUN-LISA-THE8)
Teen Fiction"Kesialan gue karna TA(Titip Absen) dijam pertama, bikin gue jadi tumbal angkatan buat ikut kepanitiaan SERI-A dan harus jadi PJ cabang Basket, yang gue sendiri gak pernah ngerti tentang permainan itu." - Lisa