10 | Servant's Duty

522 83 31
                                    

NAMA LAZU berasal dari nama sebuah batu mulia yang menjadi komoditas ekspor mahal kedua dari Alba, Lapis Lazuli. Meski Alba gemerlap akan berlian-berliannya yang indah, tetapi Lazu baru paham mengapa dahulu mendiang ratu tidak memberi nama putra sulungnya dengan nama "Berlian" melainkan "Carnelian." Intisari peradaban Alba, potongan Star Gem yang dimiliki bintang ini berwarna oranye cerah berbentuk belah ketupat yang amat mirip dengan batu Carnelian yang langka.

Carnelian, yang sangat berharga. Bukan hanya bagi negeri ini, tetapi yang paling penting adalah bagi dirinya sendiri. Carnelian adalah yang terpenting bagi Lazu, satu-satunya alasan mengapa ia masih hidup sampai detik ini. Telah ia bersumpah pada diri sendiri untuk terus berada di samping pemuda itu, melindunginya, menjadi pedang baginya. Dan sumpah itu menjadi lebih sakral tatkala tahun lalu, Carnelian dinobatkan menjadi pewaris takhta, dan Lazu yang menjadi kesatrianya. Maka sudah jelas bagaimana jalan kehidupan Lazu telah diukir. Hanya untuk Carnelian, hanya demi Carnelian.

Bahkan, ketika Carnelian memerintahkannya untuk menghilangkan nyawa seseorang, dia akan dengan ringan mengayunkan pedangnya. Tidak ada hak untuk bertanya, meski ia tidak tahu pasti mengapa sang pangeran menginginkan kematian adiknya.

Ya. Kegelapan itu telah menguasai hati Carnelian sejak bertahun lalu, tanpa Lazu mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Ibuku memiliki seorang putra, dari seorang pria Bestia yang brengsek." Lazu masih ingat bagaimana kilat kebencian memancar dari tatapan tuannya, "hal yang tidak termaafkan mengapa dia memilih terusir bersama adik kecilku dibanding mempertahankan keluarga kami. Ayah memberinya pilihan, tinggal dan biarkan ia melenyapkan keluarga itu atau pergi dan dianggap sudah mati."

Carnelian menghela napas, pandangannya menerawang jauh. "Bahkan dengan temperamen ayahku yang seperti itu, ia masih bisa bersikap lunak pada ibuku. Tetapi ibu yang tidak mau meninggalkan adikku, dan menghilang selama bertahun-tahun lamanya. Dia hanya meninggalkan ini." Carnelian mengambil dua liontin batu berwarna biru tua dan oranye yang tersemat di kalung yang tersembunyi di balik kerah pakaian. "Ibu berharap aku akan dewasa dan melindungi adikku sebagaimana mestinya, tapi...."

Lazu hanya mendengarkan dengan diam, meski tidak dapat dipungkiri kalau kengerian mulai menyelusup di dalam hatinya. Tuannya yang terluka, Tuannya yang rapuh. Tuannya yang punya begitu banyak cara menyembunyikan kesedihan dalam hati, yang memiliki seribu cara untuk tetap tersenyum di hadapan semua orang. Tuan yang akan Lazu lindungi dengan segenap hati.

Tuan yang... Lazu tidak ingin dia jatuh lebih jauh lagi ke dalam kegelapan.

***

Begiru membuka mata, yang Erin lihat pertama kali adalah sesosok manusia bersurai langit. "Kau..."

"Ya, aku Coda, kru kapal Fang."

Erin bangkit untuk duduk. Dia menghela napas panjang sambil mengelus dadanya, hanya untuk memastikan bahwa dia saja. "Aah, iya, aku ingat."


"Maaf," Coda menunduk, "ini salahku. Kalau saja aku tahu, aku pasti tidak--"

"Bukan salahmu, ini sudah jadi risiko menjadi kesatria. Orion sudah sering bilang tentang ini tapi aku memang keras kepala." Erin tersenyum ramah dan tertawa kecil sambil mengelus surai merahnya. Hal itu membuat Coda semakin setuju dengan Fang kalau kesatria Tuan Orion adalah seseorang yang imut.

"Jadi ... Orion di mana?"

"Ah ... dia dan Fang sedang membicarakan sesuatu."

"Apa kau tahu mengenai apa?"

"Ng ... Ya, sebenarnya aku menguping sebentar tadi," Coda menggaruk pipinya salah tingkah, "mereka berbicara mengenai Eterno, juga apa yang akan Lama serta Bestia lakukan menyikapi tragedi itu, pembicaraan yang pantas bagi dua pewaris negeri--"

Throne of StellarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang