"KAU DENGAR berita hari ini?"
"Tentu, siapa yang tidak mendengarnya? Itu berita yang gila!"
"Kau benar. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Putra Mahkota diculik? Yang aku herankan adalah, dengan begitu mudahnya? Maksudku--kita semua tahu keluarga kerajaan memiliki ruh yang berbeda dari yang lain. Mereka punya serigala! Serigala, kawan!"
Suasana di sekitar pelabuhan kapal angkasa ibukota Bestia lebih ramai dari biasanya. Sambil mencari celah diantara lalu-lalang manusia yang melintas dengan barang-barang bawaan, Coda terus mendengar pembicaraan yang terus orang-orang ributkan sejak melangkahkan kaki keluar dari kapal dagang Burst Roar.
"Penculik macam apa yang bisa mengalahkan Sang Serigala dalam beberapa jam saja?"
"Benar. Kudengar, kemarin Putra Mahkota masih terlihat berlalu lalang di istana, bukan?"
Terkadang, Coda merutuki kemampuan mendengarnya yang lebih tajam dari yang lain--juga indera penciumannya. Suasana bising pelabuhan terasa berdengung di kepala, ditambah adanya berbagai macam orang dan barang bawaan--dan kargo-kargo besar yang ada--yang entah membawa apa di dalamnya, membuat semua bau bercampur aduk menjadi satu. Bau keringat, bau amis ikan, bau bubuk mesiu, bau kayu, dan segala bau lain menyatu membuat aroma sekitar menjadi tak terdefinisikan. Coda bertekad akan meminta komandan kapalnya--Fang--untuk mengajari cara mengendalikan kemampuan diri, misalnya mengatur kesensitifan indera penciuman dan pendengaran agar dapat diaktifkan sesuai keinginan.
"Pusat kota! Tumpangan menuju pusat kota! Langsung berangkat!"
Telinga Coda terangkat kala mendengar seruan itu. Sejak tadi, ia mencari-cari angkutan yang akan membawanya ke pusat kota. Rupanya jasa yang pria tua bertelinga kambing itu serukan teredam oleh gosip hangat tentang penculikan Putra Mahkota. Berita yang sama sekali tidak Coda pedulikan, toh mengetahui kabar tentang keluarga kerajaan tidak akan membuatnya menjadi kaya mendadak.
"Ke pusat kota, anak muda?"
Pria tua itu membawa Coda menuju sebuah kereta kayu beratap tanpa jendela yang ditarik seekor kuda. Setelah menyepakati tarif, berangkatlah keduanya menuju pusat kota.
"Anda habis bepergian dari Bestia, ya?" Kusir dengan itu menyapa Coda dengan ramah, "Di sini sedang ramai dengan kabar penculikan Putra Mahkota, padahal hari ini adalah hari pengesahannya."
Ah, berita itu sudah Coda dengar sejak tadi. Sejujurnya Coda tidak peduli, tetapi ia tidak bisa bersikap tidak sopan anda seorang pria tua. "Benarkah? Saya sempat mendengarnya sekelebat tadi. Wah, Bestia pasti berduka sekarang. Sosok macam apa yang mampu mengalahkan keluarga kerajaan ya?"
"Betul sekali! Sebenarnya saya juga ikut ngeri membayangkannya," ucap pak kusir sambil bergidik, "anak-anak muda mulai membicarakan perang bila saja bintang lain terlibat dalam peristiwa ini. Itu mungkin saja terjadi, kalau dipikirkan lebih lanjut. Penculiknya pastilah seseorang yang sangat kuat hingga berani menantang keluarga kerajaan Bestia, mungkin saja derajat mereka setara--yakni pemimpin Bintang yang kain juga. Ah, saya jadi mengingat kengerian perang di Eterno."
Alba. Bintang itu langsung muncul dari kepalanya kala mendengar tentang invasi Eterno. Menilik penuturan si bapak yang mengutarakan hipotesisnya akan kasus ini, mau tidak mau, Coda jadi lumayan tertarik juga. Apalagi, Alba selalu mendapatkan suatu tempat khusus di hati pemuda itu. Ada suatu hal yang membuatnya terikat dengan Alba, khususnya kisah tentang invasi Alba atas Eterno.
Coda lalu memnggeleng. Tidak. Pemimpin Alba saat ini, Carnelian, berbeda dari pemimpin gila sebelumnya. Dia pernah mendengar dari sang komandan kalau Carnelian amat ramah pada semua orang, selain itu, raja muda tersebut benci peperangan dan lebih menyukai bisnis batu mulia dibandingkan menyiapkan pasukan tempur untuk mengagresi bangsa lain. Ditambah, Carnelian masih begitu muda, Coda dengar hanya berjarak beberapa tahun lebih tua di atasnya dan dia belum lama menduduki takhta setelah kematian raja sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne of Stellar
FanfictionIdolish7 Hoshimeguri AU (+ info dll) Konflik berkecamuk di penjuru kaum Angkasa ketika intisari peradaban, Star Gem, meredup. Pembakaran, pembumihangusan, dan perseteruan klan-klan bintang tak lagi dapat terhindarkan. Para kesatria, para penyihir, p...