BEGITU MEMASUKI atmosfer Mistero, jantung Shinkai terasa mencelos tanpa ia tahu penyebabnya. Akibat bergesekan dengan lapisan atmosfer, kapal angkasa yang mereka tumpangi mengalami guncangan besar. Karena ketidakmampuan untuk bergerak bebas dan melindungi diri dari goncangan, kepala Coda berkali-kali terantuk dinding logam yang keras. Coda bertaruh pelipisnya lebam memerah sekarang.
Setelah menit-menit yang tidak mengenakkan karena goncangan tiada henti, kapal angkasa Shinkai akhirnya kembali stabil.
Satu goncangan kasar sebelum akhirnya kapal benar-benar tak bergerak, yang membuat Coda yakin kalau mereka telah mendarat. Di Mistero, bintang paling misterius dari seluruh konstelasi.
Coda mendengar langkah kaki berangsur meninggalkannya setelah derum mesin tak lagi terdengar.
"Tunggu!" Seru Coda, panik, "Kau akan pergi?!"
"Heeh, kau takut?"
Sial. Coda menyumpah dalam hati. Yang Coda takutkan bukanlah kegelapan ataupun ruang tertutup. Tetapi, bila Shinkai meninggalkan kapal dengan kondisi mesin mati, bagaimana regulasi udara di kapal akan bekerja? Bila pasokan oksigen mulai menipis dan ruang terasa pengap karena penuh oleh karbondioksida, Coda bisa mati! Itulah yang membuatnya panik.
Tetapi Shinkai tidak peduli. "Aku mau melihat-lihat sebentar sambil menunggu kakakmu datang."
Kemudian pintu besi tertutup dengan keras.
***
Bila ada kata yang mampu mewakili pemandangan yang terhampar begitu ia menatap wajah Mistero, mungkin itu adalah...
Shinkai terdiam.
Tidak, tidak ada kata yang mampu mewakili keindahan yang telah menawan pandangan Shinkai ini. Bahkan ia merasa panas mulai menyerang Indra penglihatannya.
Lembah hijau, langit biru, dan bangunan-bangunan megah. Bukannya Shnkai tidak pernah melihat pemandangan semacam ini di Sirena, atau di bintang-bintang lain. Tetapi ... entahlah. Semua perpaduan alam dan konstruksi estetik yang ada di hadapannya berpadu dan menciptakan sebuah harmoni. Ada sebuah istana berkubah putih dengan pilar-pilar tinggi di depan sana. Taman aneka flora dan sungai-sungai kecil yang mengalir di antaranya.
Senyum tipis terbit di bibir Shinkai. Pemuda itu lantas mengambil langkah untuk mendekati kastel Mistero yang terlihat lengang. Meninggalkan kapal angkasanya di pinggiran hutan.
Sengaja mengabaikan keganjilan yang memekat, tentang betapa lengangnya area yang luas ini. Tampak hidup, tetapi di saat yang sama tak tercium adanya tanda-tanda kehidupan manusia. Mustahil taman istana yang indah ini merawat dirinya sendiri, kan?
"Selamat datang di Mistero. Ah, tapi kurasa kau bukan datang untuk berwisata."
Sebuah suara menginterupsi Shinkai yang tengah menyusuri taman-taman istana. Ketika sang penyihir menghadap ke belakang, tampaklah sesosok pemuda pirang yang menatapnya tajam. Sejenak, mata Shinkai memanas. Bahkan tanpa menatap lebih lanjut, telah dia ketahui siapa sosok yang berdiri di hadapannya.
Helai-helai pirang, iris safir bak berlian, kulit pucat layaknya porselen, dan kain-kain keemasan yang menjuntai. "Legenda selalu ditulis berdasarkan kisah nyata, itu benar." Sang penyihir terkekeh pelan. "Sungguh seperti mimpi aku bisa bertemu denganmu pada akhirnya-"
"-Capella."
Capella mengernyitkan dahi.
"Kalau begitu, aku tidak perlu memperkenalkan diri." Capella meraih sesuatu dari balik pakaiannya. Sebilah pedang keemasan, yang lantas ia hunuskan ke arah depan. "Apa pun tujuanmu, penyihir Sirena, kau tidak bisa mendekat satu langkah pun dari sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne of Stellar
FanfictionIdolish7 Hoshimeguri AU (+ info dll) Konflik berkecamuk di penjuru kaum Angkasa ketika intisari peradaban, Star Gem, meredup. Pembakaran, pembumihangusan, dan perseteruan klan-klan bintang tak lagi dapat terhindarkan. Para kesatria, para penyihir, p...